Mediatani – Budidaya Ikan Nila dapat dilakukan dengan cara yang relatif sederhana maupun dengan cara intensif untuk hasil yang lebih optimal. Selain itu, dagingnya mengandung asam lemak omega-3 dan omega-6 serta protein yang tinggi, sehingga budidaya banyak dikembangkan di Indonesia.
Perkembangan Budidaya Ikan Nila
Ikan Nila mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungannya, sehingga dapat dibudidayakan dengan kualitas air yang minimal, selain itu, ikan ini juga dapat berkembang biak dengan cepat, serta pertumbuhannya juga tidak kalah cepat dari pada ikan konsumsi lainnya.
Budidaya Ikan Nila atau juga disebut Tilapia bukan merupakan hal yang baru. Diperkirakan orang Mesir telah membudidayakan ikan ini selama ribuan tahun di sungai Nil. Sungai Nil sendiri masih menjadi tempat budidaya ikan terkemuka sampai saat ini. Dari Afrika Utara, ikan nila mulai diperkenalkan ke Asia, di mana budidaya ikan adalah bisnis yang cukup berkembang. Pada saat ini Cina tetap menjadi pemain terbesar dalam budidaya nila, dengn menghasilkan lebih dari satu juta ton per tahun, yang diikuti oleh Mesir, Taiwan dan Thailand.
Pada awalnya ikan nila di Indonesia didatangkan dari Taiwan pada tahun 1969. Kemudian disusul dengan beberapa spesies yang didatangkan dari beberapa negara, diantaranya: Nila Chitralada dari Thailand, Nila GIFT dari Filipina dan Nila JICA dari Jepang. Pada tahun 2006, BPPT (Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi) bekerja sama dengan BBPAT (Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar), mengembangkan dan memperkenalkan spesies nila baru “genetika supermale ikan nila Indonesia” (GESIT). Nila GESIT direkayasa secara genetik untuk menghasilkan 98% – 100% nila jantan, yang lebih produktif.
Pada saat ini sentra budidaya nila yang terdapat di Jawa Barat dan Sumatera Utara, telah membudidayakan dan mengembangkan tidak kurang dari 14 jenis nila.
Jenis Usaha Budidaya Nila
Usaha Budidaya Ikan Nila pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
1.Pembenihan (Hatchery)
Usaha pembenihan ikan Nila dilakukan dengan mengawinkan induk Nila untuk menghasilkan bibit ikan Nila yang siap untuk ditebar pada kolam pembesaran. Biasanya bibit sudah dapat dijual saat mulai berukuran 3 – 12 cm dengan harga 400 – 1.400 Rupiah per ekornya.
2.Pembesaran
Pembesaran Nila dilakukan dengan memelihara bibit sampai dengan ukuran siap untuk dikonsumsi. Pada umumnya untuk pasar dalam negeri ukuran konsumsi berkisar antara 250 – 500 gram per ekornya, sedangkan bagi keperluan ekspor biasanya berukuran 900 gram ke atas per ekornya.
3.Pembenihan dan Pembesaran
Selain usaha pembenihan maupun pembesaran ikan Nila, ada juga pengusaha yang melakukan keduanya, dimulai dari menyiapkan bibitnya dan membesarkannya sampai ukuran konsumsi.
1.Persiapan Tempat
Sebagai ikan yang habitat aslinya berasal dari rawa-rawa maupun sungai, ikan Nila memerlukan suhu air yang cukup. Untuk itu pemilihan lokasi atau tempat kolam budidaya perlu diperhatikan, agar kondisi air yang optimal, yaitu dengan pH 7-8 dan suhu 25 – 28 derajat Celcius, dapat mudah untuk dipenuhi. Meskipun ikan Nila dapat hidup pada suhu air di bawah 20 derajat Celcius, namun dalam skala usaha, perkembangan lambat dan tingkat kematiannya akan tinggi, sehingga usaha budidaya yang dilakukan akan menjadi kurang menguntungkan.
Kolam yang digunakan sebagai tempat budidaya ikan Nila dapat menggunakanberbagai jenis kolam, yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri, yaitu :
a.Kolam Tanah.
Kolam tanah banyak digunakan dalam usaha budidaya tradisional yang tidak memisahkan antara pembenihan maupun pembesaran. Pada kolam jenis ini ikan nila lebih mudah untuk berkembang biak karena dapat dikondisikan mendekati habitat yang disukai ikan Nila.
Kekurangannya kolam jenis ini memerlukan perawaran ekstra, terutama pada saat persiapan kolam, setelah panen sebelum benih ditebar agar didapat pH maupun plankton yang disukai ikan Nila. Serta dibutuhkan lahan yang cukup luas dengan akses air yang baik. Namun dibalik kekurangannya, dengan adanya plakton, pemberian pakan buatan dapat dikurangi sehingga dapat menekan biaya pemeliharaan.
b.Kolam Beton.
Seperti halnya pada kolam tanah, budidaya Ikan Nila pada kolam beton, juga dapat mengurangi pemberian pakan buatan karena dapat dikondisikan jenis planktonnya, serta dalam perawatannya tidak sesulit kolam tanah. Namun budidaya pada kolam beton, memerlukan modal awal yang tidak sedikit, untuk pembuatan kolam atau bak beton.
c.Kolam Terpal.
Teknik budidaya Nila pada kolam plastik atau terpal merupakan pengembangan terbaru dari penggunaan kolam beton. Jika budidaya pada kolam beton memerlukan investasi awal yang cukup mahal, maka investasi awal budidaya Nila pada kolam terpal yang diperlukan relatif kecil. Karena dengan teknik ini luas lahan yang diperlukan dapat disesuaikan dengan kebutuhan serta perawatannya juga tidak sulit, dengan demikian besarnya modal awal yang diperlukan juga dapat disesuaikan. Pada saat ini teknik budidaya ikan Nila pada kolam plastik atau yang disebut juga bioflok sudah cukup populer.
Bagi Anda yang baru mulai terjun pada usaha budidaya Nila, kolamterpal dapat menjadi pilihan yang ekonomis. Untuk persiapannya, setelah kolam terpasang dengan baik, isi kolam dengan air sampai penuh, dan biarkan selama beberapa hari. Selanjutnya cuci dan bilas kolam beberapa kali, sampai dengan air yang berada di kolam tidak lagi bebau plastik. Setelah itu isi kolam sampai ketinggian air mencapai sekitar 70 cm.
2.Persiapan Bibit
Bibit ikan Nila yang akan dipelihara, dapat diadakan dengan cara membenihkan sendiri ataupun dengan cara membeli bibit dari penjual bibit ikan. Bagai yang baru memulai usaha budidaya ikan Nila dengan modal yang terbatas, disarankan untuk membeli bibit dari pada melakukan pembenihan sendiri. Karena untuk menghasilkan benih yang berkualitas, diperlukan peralatan maupun kolam tersendiri. Sesuaikan ukuran bibit yang akan dibeli dengan rencana waktu pembesaran, karena semakin lama waktu pemeliharaannya, maka semakin tinggi biaya pakan yang diperlukan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan benih :
- Menggunakan bibit monosex (bibit dengan jenis kelamin seragam, biasanya jantan). Untuk usaha pembesaran Nila, penggunaan bibit monosex akan mempersingkat waktu pemeliharaan, karena perkembangannya lebih cepat.
- Keseragaman ukuran. Bibit yang baik berukuran seragam, dengan variasi ukuran tidak lebih dari 2 cm.
Aktivitas bibit. Pilih bibit Nila yang aktif bergerak dan tidak terlihat berwarna pucat atau lesu. - Jarak pengiriman. Belilah bibit dari tempat yang tidak terlalu jauh dari kolam, karena semakin lama bibit di perjalanan, semakin tinggi peluangnya untuk stress. Selain itu usahakan waktu pengiriman pada saat malam hari, agar perbedaan suhu air antara tempat pembenihan dengan kolam pemeliharaan tidak terlalu besar.
Baca Juga : Jenis Ikan Nila Paling Berkualitas yang Bisa Dibudidayakan
3.Pemeliharaan
Setelah bibit diperoleh langkah selanjutnya adalah melakukan penebaran pada kolam pemeliharaan atau kolam pembesaran. Jika benih dibeli dari lokasi yang cukup jauh dari kolam, sebelum dilepas ke kolam, lakukan adaptasi dahulu dengan memasukkan kantong benih ke dalam kolam dan membiarkannya selama kurang lebih 30 menit. Perhatikan kepadatan bibit pada setiap kolam, biasanya padat penebaran bibit berkisar antara 30-100 ekor bibit per meter persegi. Untuk permulaan dapat dicoba dengan padat penebaran yang tidak terlalu tinggi, kecuali Anda memiliki lebih dari satu kolam, Anda dapat melakukan percobaan mana padat tebar yang optimal sesuai dengan ukuran kolam.
Frekwensi pemberian pakan dapat dilakukan sebanyak 2-4 kali dalam sehari, dengan jumlah pakan harian yang diberikan sekitar 3% dari total bobot ikan. Misalnya jika berat bibit yang ditebar pada satu kolam adalah 5 kg, maka pakan yang diperlukan untuk kolam tersebut dalam sehari adalah 3% x 5 kg = 0,5 kg. Ikan Nila pada umumnya membutuhkan pakan buatan (pelet) dengan kadar protein 20-30%. Lakukan sampling berat ikan sekitar 2 minggu sekali, untuk mengetahui jumlah kebutuhan pakan.
Perhatikan kondisi air pada kolam, jika terlihat busa atau jika air terlihat keruh dan berbau tidak sedap, segera ganti air kolam. Pada kolam terpal atau bioflok, biasanya air dapat bertahan antara sekitar 2 minggu sampai dengan 3 minggu, sebelum perlu dilakukan penggantian.
4.Pemanenan
Pada umumnya ikan nila dapat dipanen saat mulai berukuran 250 – 900 gram per ekor, tergantung permintaan dan kebutuhan pasarnya, dengan masa pemeliharaannya berkisar antara 9 minggu sampai dengan 7 bulan. tergantung kualitas bibit maupun pakan yang diberikan.