Mediatani – Saat ini alga cokelat atau ganggang cokelat (Phaeophyta) di pesisir pantai selatan Garut, Jawa Barat tengah melimpah. Hal tersebut menjadi berkah bagi masyarakat sekitar lantaran dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kecantikan.
Di tengah pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3 di Garut, masyarakat sekitar lebih banyak beraktivitas di laut, mencari dan mengumpulkan alga cokelat.
“Tahun ini yang paling banyak sasaripan (alga cokelat) ini, sementara kalau untuk agar-agar belum tumbuh banyak,” ungkap Empat (55), salah seorang nelayan Garut, dilansir dari SariAgri, Selasa (27/7).
Menurutnya, pasokan alga cokelat memang sudah melimpah di perairan Garut sejak awal tahun 2021. Selain itu, jenis gangang ini lebih banyak memiliki potensi dibanding tanaman laut lainnya.
“Tahun lalu yang banyak agar-agar, saat ini justru sasaripan ini,” ujarnya.
Sebelumnya, para pengepul lebih sering mengambil alga cokelat untuk diserap beberapa oleh pabrik pupuk, serta farmasi untuk kebutuhan bahan kecantikan.
“Kalau dari sini lebih banyak dibawa ke Surabaya untuk dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik,” kata dia.
Jae, nelayan lainnya juga menyampaikan hal yang senada. Saat ini harga alga cokelat basah yang dikumpulkan nelayan dihargai Rp250 per kilogram, sementara dalam kondisi kering hasil pencemuran, diserap dengan harga mencapai Rp1.500 per kilogram.
Sementara rata-rata hasil panen yang diperoleh nelayan di pantai Cikoreang, Desa Sancang, Kecamatan Cibalong ini per harinya bisa berkisar antara 7-8 kuintal dalam keadaan basah, namun ganggang ini akan menyusut hingga 50 persen lebih setelah melalui proses pengeringan.
“Biasanya kalau sudah satu truk atau sebanyak (5-6 ton) baru diambil pengepul,” sebut Jae.
Selain jumlahnya yang melimpah, kondisi cuaca yang cenderung bagus atau mendapat banyak penyinaran matahari juga menjadi salah satu faktor yang membuat warga sekitar sukses meraup keuntungan.
Di tengah kondisi perekonomian yang sulit terutama saat PPKM Level 3 ini berlangsung, ia berharap alga cokelat yang dihasilkan tersebut dapat diserap dengan harga yang lebih baik lagi.
“Minimal bisa Rp 2.000 per kilogram sudah lumayan,” harapnya.
Untuk diketahui, ganggang coklat merupakan jenis protista yang memiliki talus dengan sel yang banyak (multiselular), sehingga dapat dilihat secara kasat mata. Talus alga ini dilengkapi dengan alat pelekat yang berfungsi untuk menempelkan tubuhnya pada substrat, sedangkan bagian tubuh lainnya mengapung di atas air.
Salah satu jenis dari alga Heterokontophyta ini memiliki kandungan pigmen cokelat (xantofil), klorofil a dan c yang dominan, sehingga warna talusnya menjadi berwarna cokelat.
Alga cokelat memiliki banyak manfaat bagi manusia. Beberapa jenisnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan manusia. Selain itu, tanaman laut ini juga biasa dimanfaatkan untuk makanan ternak dan pupuk, karena memiliki kandungan nitrogen dan kalium yang tinggi tetapi kandungan fosfornya rendah.
Alga cokelat juga menghasilkan algin (asam alginat), suatu koloid yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan penstabil pada pembuatan es krim. Algin juga digunakan dalam industri farmasi sebagai bahan pembuatan pil, tablet, salep, dan obat pembersih gigi.
Natrium yang terkandung dalam alga coklat juga cukup tinggi. Zat ini diketahui sangat bermanfaat untuk kesehatan badan manusia, khususnya untuk memastikan pertumbuhan tubuh berlangsung dengan maksimal.
Kandungan kalium pada alga cokelat juga sangat penting untuk menjaga kesehatan tulang. Alga coklat diketahui mempunyai kandungan kalium yang tinggi untuk mencukupi kebutuhan konsumsi kalium seseorang. Maka dari itu, alga coklat biasa diolah menjadi kuliner yang sehat.