Mediatani – Peningkatan jumlah gas rumah kaca menjadi suatu permasalahan lingkungan yang dihadapi khususnya di Indonesia. Terkait hal ini, kegiatan peternakan dianggap sebagai penyumbang terbesar pemanasan global, dimana gas metana yang terakumulasi di atmosfer sebagian besar disumbangkan oleh sektor peternakan.
Data Badan Pusat Statistik menyebutkan, tahun 2020 jumlah sapi potong di Indonesia mencapai 17.466.792 ekor. Jumlah tersebut diperkirakan dapat menghasilkan emisi gas metana sekitar 45,5 kg/ekor/tahun.
Salah satu penyebab produksi metana yang lebih tinggi dalam fermentasi enterik ruminansia adalah pemberian pakan yang mengandung hijauan yang lebih banyak dibandingkan konsentrat.
Karena itu, perlu dilakukan pemberian pakan dengan formulasi sedemikian rupa. Dengan demikian, gas hasil fermentasi berupa metana yang dihasilkan oleh mikrobia dalam rumen dapat diminimalisir jumlahnya.
Berangkat dari permasalahan tersebut, empat mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan inovasi pengembangan pelet nano-biochar pakan ternak. Inovasi ini untuk menekan jumlah emisi gas metana yang dihasilkan oleh ternak sapi.
Keempat mahasiswa tersebut terdiri dari Agung Rizky Fauzi (Peternakan 2018), Aulia Tegar Luh Azzahra (Kedokteran Hewan 2019), Arifa Zaini Syafhira (Peternakan 2020), Muhammad Maulana Sadid (Peternakan 2018) dan Arifah Maharani Crishna Fadzilah (Kimia 2019).
Ketua tim peneliti Agung Rizky Fauzi mengatakan, timnya melakukan penelitian untuk menghasilkan pelet nano- biochar sebagai feed additive pakan ternak ruminansia.
Dengan adanya inovasi ini, diharapkan pakan ini dapat dikonsumsi untuk menurunkan produksi gas metana dalam proses fermentasi enterik ternak tersebut.
Fermentasi zat organik pakan pelet nano- biochar akan menghasilkan Volatile Fatty Acid (VFA), gas hidrogen (H 2 ), karbon dioksida (CO2 ), dan sejumlah mikroba.
“Adanya akumulasi gas-gas tersebut di dalam rumen menstimulasi terjadinya metanogenesis yang menghasilkan gas metana ,” jelas Agung dikutip dari laman jogja.tibunnews.com, Senin, 11 Oktober 2021.
Dalam proses pembuatan pakan, bahan yang ditambahkan dalam pelet tersebut berupa tanin yang dapat menurunkan kadar metana pada ruminansia. Tanin berfungsi untuk melindungi protein sehingga tidak bisa digunakan oleh bakteri metanogen-bakteri penghasil metana.
Dilakukan juga penambahan essential oil dan bio carbon sebagai antimikroba atau zat volatil yang dapat menurunkan aktivitas mikroba rumen, utamanya protozoa dan metanogen penghasil metana.
Selain itu, untuk menambah biocarbon yang berfungsi sebagai senyawa adsorben metana atau CH4, cara yang dilakukan yaitu mengubah biofilm mikroba rumen dan meningkatkan metanotrof rumen-bakteri yang menggunakan metana sebagai sumber karbon dan energi.
Dengan demikian, pellet nano-biochar ini sangat berpotensi menurunkan gas metana. Sebab, pakan ini merupakan hasil dari proses fermentasi mikroba rumen melalui penambahan tanin, biochar dan essential oil.
“Selain menurunkan jumlah emisi, juga mampu meningkatkan penyerapan nutrisi dari pakan. Sehingga bisa memaksimalkan produktivitas ternak itu sendiri,” ujarnya.
Selaku dosen pembimbing, Prof. Lies Mira Yusiati dan Dr. Muhsin Al Anas berharap, dengan adanya inovasi pengembangan pellet nano-biochar sebagai Feed Additive pada Pakan Ternak ini, nantinya bisa dimanfaatkan oleh peternak maupun masyarakat serta memiliki nilai ekonomi.