Mediatani – Pemerintah berencana melakukan impor gandum untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak seiring dengan tingginya harga jagung di dalam negeri.
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis (Deputi II) Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud mengatakan bahwa pemerintah sedang mendiskusikan apa saja yang bisa dilakukan untuk mengendalikan peningkatan laju harga pakan ternak tersebut.
“Salah satunya untuk unggas, kami dorong impor pakan dari komoditas lain yaitu gandum. Karena sekarang jagung sangat tinggi seharga Rp6 ribu,” papar Musdhalifah secara virtual, Rabu (28/4/2021), melansir, Kamis (29/4/2021) dari laman Tribunnews.com.
Menurut dia, impor gandum dapat saja dilakukan dengan mudah karena tak masuk dalam kelompok barang yang dilarang atau dibatasi.
“Tidak ada pembatasan impornya,” ucap Musdhalifah yang tidak merinci besaran rencana impor gandung untuk pakan ternak.
Selain gandum, kata Musdhalifah, pemerintah juga mendorong pemanfatan sumber pakan ternak lainnya pengganti jagung ataupun soybean (bungkil kedelai) yang sekarang mengalami kenaikan harganya.
“Jangka panjang kami dorong pemanfaatan lainnya, apalagi kita ketahui banyak alternatif substitusi impor pakan,” paparnya.
Solusi Pakan Ternak, Guru Besar IPB Temukan Inovasi Pakan dari Bungkil Sawit
Saat ini, industri pakan ternak di Indonesia masih dihadapkan pada dinamika ketersediaan bahan baku pakan yang musiman dan tak berkelanjutan.
Apalagi, di tengah kondisi pandemi COVID-19 yang kian menambah kesemrawutan khususnya dalam ketersediaan bahan baku lokal dan impor.
Menanggapi hal itu, PT Buana Karya Bhakti bersama IPB University mencoba memberikan solusi atas dinamika industri pakan nasional.
Solusi yang ditawarkan ialah pemanfaatan Bungkil Inti Sawit atau Palm Kernel Meal (PKM) sebagai bahan pakan alternatif sumber energi dan protein.
PKM sendiri merupakan hasil sampil dari industri pengolahan kelapa sawit dengan ketersediaan di Indonesia sangat tinggi.
PKM ini diharapkan dapat memberikan solusi atas ketersediaan bahan baku pakan yang berkualitas dan berkelanjutan dengan harga kompetitif.
Dengan demikian, inovasi ini dapat memberikan dampak signifikan pada kemajuan industri pakan dan peternakan.
PT Buana Karya Bhakti bersama IPB University memang hendak memperkenalkan Palmofeed sebagai produk unggulan melalui webinar “Mengulas Inovasi Palm Kernel Meal Terolah (Palmofeed) sebagai Bahan Pakan Fungsional Sumber Energi dan Protein” yang digelar di Hotel Santika, Bogor, 26/4, mengutip Rabu (28/4/2021).
Prof Arif Satria, Rektor IPB University menuturkan bahwa dirinya sangat bangga pada Prof Nahrowi sebagai peneliti yang mengembangkan produk-produk sampingan sawit sebagai pakan ternak.
Terobosan Palmofeed sebagai pakan fungsional yang berkualitas juga dinilai dapat meningkatkan kemampuan peternak dalam produktivitasnya.
Ia pula meyakini, bahwa hasil riset tersebut dapat dikembangkan bagi sektor perikanan yang juga mengalami dinamika pada biaya operasionalnya.
“Bila kita sudah bisa meningkatkan dalam hal kemandirian pangan dalam hal pakan, maka industri peternakan kita akan semakin berkembang pesat. Karena bagaimanapun juga Indonesia dihadapkan pada upaya untuk meningkatkan pemenuhan protein dari masyarakat kita,” kata dia.
Lebih lanjut ia menerangkan bahwa konsumsi daging masih relatif rendah dibanding negara lain sehingga perlu terus didorong agar kecukupan protein hewani meningkat.
“Jadi pakan dari PKM ini merupakan inovasi yang ditunggu-tunggu oleh banyak kalangan,” sebutnya.
Prof Nahrowi, Guru Besar IPB University dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP) Fakultas Peternakan (Fapet) sekaligus ahli Palmofeed, menyampaikan hasil riset inovatif PKM bagi pakan ternak…baca selengkapnya dengan klik di sini. (*)