Pemerintah Imbau Masyarakat Waspada Virus Nipah yang Ditularkan dari Ternak Babi

  • Bagikan
ILUSTRASI. Virus/ist

Mediatani – Wabah pandemi virus corona atau covid-19 di Indonesia masih belum teratasi. Tapi kini pemerintah melalui Kementerian Kesehatan meminta dan mengimbau kepada masyarakat untuk waspada terhadap penyebaran virus Nipah.

Dilansir Sabtu (30/1/2021) dari Banjarmasinpost.co.id bahwa virus Nipah disebut belakangan ini muncul dan mengkhawatirkan para ahli dunia.

Dalam keterangan yang diterima beberapa waktu lalu, masih dikutip dari sumber yang sama, virus Nipah harus diwaspadai dengan serius dikarenakan memiliki gejala klinis yang bervariasi.

Gejala itu pun seperti gangguan pernapasan hingga ensefalitis atau radang otak. Virus itu disebut memiliki tingkat kematian 75 persen dan belum ditemukan vaksinnya.

Diketahui, virus Nipah sendiri berasal dari nama sebuah kampung di Malaysia yakni Sungai Nipah.

“Indonesia harus selalu waspada pada potensi penularan virus nipah dari hewan ternak babi di Malaysia melalui kelelawar pemakan buah,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes, Didik Budijanto dilansir Banjarmasinpost, Jumat (29/1/2021).

Dia mengatakan, dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya kelelawar buah bergerak secara teratur dari Semenanjung Malaysia ke Pulau Sumatera khususnya di Sumatera Utara yang dekat dengan Malaysia.

“Sehingga ada kemungkinan penyebaran virus Nipah melalui kelelawar atau melalui perdagangan babi yang ilegal dari Malaysia ke Indonesia,” ujar dia.

Virus Nipah diketahui menyebar pertama kali di Malaysia pada tahun 1999. Dari situ diduga hampir 300 orang tertular virus itu dari kawanan babi yang terinfeksi.

Babi-babi itu diduga sakit karena terjangkit Virus Nipah usai menyantap sisa-sisa buah yang dimakan oleh kelelawar dari famili Pteropodidae yang membawa virus itu.

Meski demikian Didik menegaskan bahwa hinga saat ini kasus virus nipah belum pernah ditemukan di Indonesia.

“Sampai saat ini kejadian infeksi virus nipah belum pernah dilaporkan di Indonesia,” terang Didik.

Selain itu, dilansir Sabtu (30/1/2021) dari CNNIndonesia.com, Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban memperingatkan pemerintah Indonesia untuk berjaga dan segera mengantisipasi kemunculan virus nipah yang telah menyerang Malaysia.

Wanti-wanti itu disampaikannya agar Indonesia tidak lagi kecolongan seperti halnya pada wabah virus corona.

Lebih lanjut dia bahkan menduga, virus nipah sudah masuk ke Tanah Air lantaran ada sebagian orang Indonesia yang mengkonsumsi hewan endemik seperti babi dan kelelawar.

“Kemungkinan virus nipah sudah masuk Indonesia tentu ada, tidak menyangkal kemungkinan itu, nah itu jangan sampai kecolongan seperti Covid-19,” kata Zubairi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (29/1), dikutip Sabtu (30/1/2021).

Belum lagi kata dia, ditambah dengan angka kematian virus nipah yang tergolong tinggi yakni mencapai 75 persen.

“Ini masalahnya kecil sekarang, tapi harus diantisipasi. Pemerintah mestinya harus paham, memang sudah banyak masalah, namun lebih baik mengantisipasi masalah kecil ini daripada nanti dia berubah jadi wabah,” ujar dia.

Virus yang disebut memiliki tingkat kematian 75 persen itu disebut berasal dari sebuah kampung di Malaysia, Sungai Nipah. Hingga kini vaksinnya pun diklaim belum ditemukan.

Virus nipah menyebar pertama kali di Malaysia pada 1999 silam. Diduga hampir sekitar 300 orang yang tertular dari kawanan babi terinfeksi.

Babi ini diduga sakit lantaran terjangkit virus nipah usai menyantap sisa buah yang dimakan kelelawar–famili pteropodidae–pembawa virus.

Wabah berakhir setelah sekitar 1 juta ekor babi dikorbankan. Namun jumlah orang meninggal akibat terjangkit virus nipah mencapai 109 jiwa.

Pakar kesehatan memperingatkan agar virus itu harus mendapat perhatian serius karena memiliki manifestasi klinis atau gejala klinis bervariasi. Mulai dari gangguan pernapasan hingga radang otak.

Terkait antisipasi virus nipah itu, Kementerian Kesehatan menyatakan sudah bekerja sama lintas kementerian dan lembaga guna mencegah masuknya virus melalui pendekatan ‘one health’.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor Zoonotik Kemenkes Didik Budijanto mengutarakan, salah satu upaya mencegah penularan virus nipah ialah dengan menghindari perdagangan babi ilegal.

Pihak Kemenkes juga meyakini virus nipah belum pernah terindikasi di Indonesia. (*)

  • Bagikan