Mediatani – Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI), Riyanto mendukung upaya Kementerian Pertanian (Kementan) untuk meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) melalui program IP400 yang saat ini sedang digulirkan di sejumlah daerah di Indonesia.
Menurut Riyanto, program IP400 ini merupakan terobosan yang sangat cerdas dari seorang Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo. Dengan adanya program ini, Indonesia ke depannya memiliki kepastian terhadap cadangan pangan yang kuat, bahkan dalam menghadapi berbagai krisis seperti saat menghadapi pandemi Covid 19.
“Program yang bagus dan memang peningkatan produksi harus dilakukan sscara simultan dengan berbagai cara. Saya pikir program ini, tidak saja produksi padi nasional yang akan meningkat, tetapi juga kesejahteraan petani yang akan lebih baik,” ungkap Riyanto, pada Jumat (11/2/22).
Dirinya juga menambahkan bahwa IP400 adalah bentuk kinerja yang kongkrit dari jajaran Kementan untuk mewujudkan pertanian yang maju, mandiri dan modern. Terlebih lagi, Kementan telah berhasil mengeluarkan banyak varietas unggul yang bahkan mampu hingga 4 kali panen dalam satu musim.
Riyanto berharap bahwa ke depannya apa yang menjadi cita-cita bersama dalam hal mewujudkan swasembada pangan nasional bisa dicapai dengan secepat mungkin.
Beberapa waktu lalu di Kabupaten Bone, Mentan Syahrul mendorong para petani yang ada di Desa Pakkasalo, Kecamatan Dua Boccoe, Kabupaten Bone untuk melakukan penanaman padi dengan menggunakan varietas unggul yang mampu menarik banyak negara untuk melakukan impor beras dari Indonesia.
Oleh karena itu, Mentan Syahrul meminta agar di tahun 2022 ini penanaman padi perdana dapat memproduksi hingga 4 kali panen. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan pola tanam IP400.
Mentan Syahrul menyampaikan bahwa Kabupaten Bone harus mampu untuk membuktikan diri sebagai Kabupaten yang bisa memproduksi padi lebih banyak, sehingga ke depan Provinsi Sulawesi Selatan kembali menjadi percontohan produksi padi nasional.
“Kabupaten lain Bone saya yakin bisa menjadi contoh bagi pertanian nasional. Oleh karena itu semua petani yang ada ini harus di latih dulu, baik dari sisi teknologi maupun cara menanamnya. Ingat yang paling tinggi dari modal itu bukan uang, tapi semangat dan kebersamaan,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Mentan Syahrul juga mengatakan bahwa secara keseluruhan Indonesia dinilai sebagai negara yang subur dengan hasil produksi beras yang selalu mengalami surplus. Sehingga dalam waktu beberapa tahun terakhir ini, Indonesia tidak pernah melakukan impor.
“2020 stok kita tujuh juta ton dan 2021 stok kita sampai sembilan juta ton. Dan kalau ke depan kita bisa terus terusan tidak impor, maka negara kita termasuk negara yang swasembada pangan di bidang beras. Apalagi nilai tukar petani kita naik, artinya kesejahteraan petani juga naik,” pungkas Mentan Syahrul.