Mediatani – Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka mengatakan, pemerintah baru saja membangun pabrik pupuk di Papua akhir tahun 2023, yang bertujuan untuk memudahkan petani mendapatkan pupuk.
Selain harga murah, ketersediaannya juga akan dijamin untuk selalu ada bagi para petani.
“Untuk kesejahteraan petani akan kita dorong ketersediaan pupuk dan bibit yang mudah dan murah,” ujarnya dalam debat ke-2 Cawapres di Senayan JCC, Minggu (21/1/2024).
Namun langkah ini tidak memberikan jaminan terhadap keberhasilan ketersediaan pupuk.
“Penyediaan pupuk misalnya di Papua itu, tidak akan menjamin bahwa sektor pertanian kita berhasil, penyediaan pupuk yang ada malah akan merusak tanah dan pertanian kita makin buruk,” kata Peneliti Senior Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Deni Friawan.
Ia meyakini, satu-satunya cara agar Indonesia sukses di sektor pertanian adalah dengan menjadikan sektor tersebut menguntungkan para pelaku usaha tani atau petaninya, seperti kemandirian dan integrasi pertanian atau penerapan pertanian terpadu yang memadukan pertanian, perikanan, dan peternakan.
“Tanpa itu mustahil, jadi tidak hanya bibit atau pupuk pupuk yang murah sementara harganya manajemen harga atau pasar dan manajemen pertaniannya buruk kita juga kan gagal,” sebut Deni.
Pupuk Indonesia sebelumnya juga memastikan bahwa ketersediaan pupuk yang aman, khususnya pupuk bersubsidi. Tercatat pada 23 Oktober 2023, jumlah stok pupuk bersubsidi sebanyak 1.453.132 ton atau 275 persen dari kebutuhan minimal yang ditetapkan pemerintah.
“Stok pupuk subsidi saat ini sudah mencukupi, kira-kira hampir 3 kali lipat dari ketentuan minimum Pemerintah atau yang disyaratkan,” demikian ungkap Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi.
Stok pupuk pendukung sebanyak 1.453.132 ton, yang terdiri dari pupuk urea sebanyak 986.551 ton dan NPK sebanyak 466.582 ton.
Sementara itu disisi lain, Guru Besar Institut Pertanian Bogor Prof. Muhammad Firdaus berpendapat, ada beberapa teknis yang harus diperhatikan petani dalam mengembangkan pertanian, antara lain penggunaan pupuk yang tepat untuk memaksimalkan hasil.
“Pupuk sebetulnya harus dilihat kembali bahwa yang digunakan petani banyak yang melebihi rekomendasi teknis, misal urea 250 Kg per Ha, sedangkan petani menggunakan 400-500 kg per Ha, pupuk lain perlu pengujian tanam, jadi yg perlu dilakukan pengujian tanah oleh petani dibantu didampingi penyuluh atau perguruan tinggi lalu penggunaan pupuk presisi, itu paling penting,” kata Firdaus.
Sayangnya, anggaran pupuk bersubsidi telah dikurangi dalam beberapa tahun terakhir. Alokasi anggaran tahun 2024 untuk pupuk bersubsidi. direncanakan sebesar Rp 26,68 triliun. Sayangnya alokasi tersebut masih jauh dari kebutuhan saat ini.
“Sedangkan jumlah pupuk sekarang yang berkurang itu yang pupuk subsidi, sedangkan ketersediaan pupuk sebetulnya tidak terlalu berubah, tapi harga makin tinggi karena pasokan input dari negara input Ukraina-Rusia sebagai pengekspor pupuk dunia alami kenaikan,” sebut Firdaus.