Penyakit Hawar dan Busuk Pelepah Ancam Produksi Padi, Begini Langkah Kementan

  • Bagikan
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat melkukan kunjungan kerja lapangan.

Mediatani – Cuaca ekstrim dan perubahan iklim yang cepat seperti yang terjadi saat ini berpotensi memicu munculnya penyakit hawar dan busuk pelepah pada tanaman padi. Hal ini tentu menjadi ancaman bagi produksi padi dalam negeri.

Karena itu, Kementerian Pertanian (Kementan) berupaya mengambil sejumlah langkah untuk memperketat penanganan serangan hama penyakit hawar dan busuk pelepah guna menjaga stok beras nasional.

Sebagai langkah awal, Kementan melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melaksanakan kegiatan Bimbingan Teknis dan Sosialisasi (BTS) Propaktani episode ke-621 dengan tema Pengelolaan Penyakit Hawar dan Busuk Pelepah Pada Tanaman Padi, pada Selasa (14/9/2022).

Dalam kegiatan tersebut, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menjelaskan iklim ekstrim dan musim yang kerap berubah dengan cepat, biasanya berdampak pada munculnya serangan hama penyakit, seperti penyakit hawar dan pelepah busuk yang menyerang tanaman padi.

Untuk mencegah hal tersebut, perlu dilakukan penekanan pada aspek-aspek pada dampak perubahan iklim dan dampak serangan hama penyakit untuk mengurangi risiko kerugian.

“Langkah-langkah antisipasi, mitigasi, dan tindak penanganan terhadap penyakit ini harus segera disiapkan untuk meminimalisir risiko busuk, sehingga petani tidak menerima kerugian,” ujarnya.

Untuk diketahui, penyakit hawar dan busuk pelepah merupakan salah satu dari berbagai penyakit yang sering menyerang tanaman padi di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Rhizoctonia sp dan Sarocladium orizae.

Tanaman padi yang terserang penyakit ini dapat membuat jumlah gabah isi di setiap malai padi berkurang. Sehingga, apabila menginfeksi tanaman dalam jumlah banyak, produksi gabah tentu akan menurun dalam jumlah yang banyak.

Dalam kesempatan yang sama, Guru Besar Pertanian IPB, Suryo Wiyono menjelaskan munculnya penyakit busuk pelepah yang dipicu oleh patogen Sarocladium orizae. Namun, penyakit ini juga bisa disebabkan oleh fusarium spp, burkholderia glumae, dan burkholderia fuscovagine.

Adapun gejala yang ditimbulkan dapat terlihat pada saat patogen menyerang pada fase generatif tanaman, sehingga menyebabkan busuk pada pelepah dan malai padi, serta membuat bulir gabah berwarna hitam.

Suryo menjelaskan penularan penyakit busuk pelepah dapat terjadi melalui benih, percikan air, angin, dan luka akibat serangga. Ketahanan tanaman padi terhadap serangan Sarocladium orizae bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya ketinggian tempat, varietas, umur tanaman, kondisi suhu panas dan kelembaban tanaman, tanaman yang stress, serta tingkat kadar kalium.

“Dari penelitian yang dilakukan pada tahun 2018 di wilayah Karawang, varietas yang memiliki ketahanan paling tinggi terhadap serangan Sarocladium orizae adalah varietas IR – 42. Pada tahun tersebut indeks kejadian penyakit pada varietas IR – 42 sebesar 0 persen,” urainya.

Peneliti dari pusat riset tanaman pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bambang Nuryanto mengatakan bahwa penyakit hawar pelepah padi yang disebabkan oleh Rhizoctonia solani Kuhn ini biasa ditemukan di daerah pertanian padi yang intensif.

Tanaman yang terinfeksi penyakit ini ditandai dengan munculnya bercak-bercak berwarna kecoklatan atau orange dan warna putih di bagian tengah pelepah dan batangnya. Infeksi dapat menjadi parah pada tanaman yang rapat dan dipupuk menggunakan urea secara berlebihan.

Ia menjelaskan beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk meminimalisir serangan penyakit hawar pelepah, yakni dengan memilih tipe tanaman tinggi, menggunakan benih unggul bersertifikat, memerhatikan sanitasi lingkungan persawahan, melakukan pemupukan dengan pupuk organik, khususnya kompos.

“Kemudian mengatur sistem pengairan menggunakan sistem parit keliling dengan penggenangan 1 kali seminggu. Pengendalian penyakit hawar pelepah ini harus dilakukan secara terpadu agar tingkat keberhasilannya semakin tinggi,” pungkasnya.

  • Bagikan