Mediatani – Pemakaian pupuk berlebihan merupakan salah satu masalah yang sudah lama terjadi di sektor pertanian Indonesia. Hal ini terjadi karena kurangnya edukasi terkait pengaplikasian pupuk yang berimbang di lahan pertanian.
Salah seorang penyuluh pertanian, Rudy Prambudi mengatakan bahwa perlu dilakukan edukasi bagi para petani agar tahu bagaimana cara pemakaian pupuk yang berimbang.
“Petani ini harus selalu diedukasi untuk pemakaian pupuk dan obat-obatan hama yang benar dan tepat karena selama ini kan selalu berlebihan, seakan-akan kalau pupuknya banyak cepat subur,” dalam acara webinar yang bertema “PKT Menyapa Petani: Cerdas Budidaya Tanaman Lewat Pemupukan Berimbang”, Rabu (24/8/).
Lebih lanjut Rudy mengatakan, akibat dari pola pemakaian yang berlebih, para petani kerap kekurangan modal karena terlalu sering memberi pupuk dan obat-obatan untuk penanggulangan hama tanaman.
“Kalau semakin boros petaninya, maka semakin besar modal yang harus dikeluarkan. Kalau pemakaian pupuk dan obatan-obatan sesuai dengan aturannya, petani bisa irit jadinya,” ungkapnya.
Sebagai langkah dari pemupukan berimbang, Rudy mencontohkan, pemakaian pupuk yang ia terapkan diluar pakem yang ada, seperti pada pemakaian pupuk NPK yang biasanya diaplikasikan 10 hari setelah tanam, tetapi olehnya pemakaian pupuk NPK justru diaplikasikan sebagai sebagai pupuk dasar.
“Pupuk NPK Pelangi itu saya buat jadi pupuk dasar setelah saya campur dengan eco farm untuk penanaman awal. Jadi kedepannya petani nggak perlu beri pupuk lagi, cukup sekali aja. Karena NPK Pelangi ini sifatnya mampu bertahan lama di dalam tanah, kalau begitu kita nggak perlu lagi mengulang pemberian pupuk berkali-kali,” sebut Rudy.
Senada dengan Rudy, seorang petani milenial di Jember, Iqbal Abipraya mengatakan, pemupukan berimbang yang diterapkan mampu memberikan keuntungan bagi para petani karena hasilnya yang baik namun tetap efisien (hemat biaya).
Menurut petani semangka tersebut, dengan pemupukan berimbang yang diterapkan, ia bisa mendapatkan hasil panen yang melimpah. Untuk satu kali masa tanam, panen yang ia peroleh rata-rata 35-40 ton per hektare dari sebelumnya yang hanya 30 ton per hektare.
Terkait dengan pemupukan berimbang, salah satu produsen pupuk urea PT Pupuk Kalimantan Timur atau Pupuk Kaltim (PKT) menghadirkan sebuah progam yang bernama “Program Makmur”.
Program Makmur sendiri menerapkan pola pemupukan berimbang pada pertanian melalui beberapa langkah, yaitu dengan memperhatikan karakteristik jenis tanah, tidak langsung mengobati daun yang kuning, dan menyiasati trik pemupukan.
Staf SVP Tranformasi Bisnis PKT, Yusva Sulistyo menyebutkan, program Makmur yang diinisiasi oleh PKT sejak 2020 mampu meningkatkan pemberdayaan para petani dan produktivitas sektor pertanian melalu ekosistem pertanian yang kondusif.
Berdasarkan studi yang dilakukan, tambah Yusva, petani Indonesia dihadapkan oleh sejumlah tantangan. Di antaranya yaitu, minimnya akses untuk permodalan, kurangnya fasilitasi sarana produksi, pemahaman terhadap kebutuhan pasar, hingga jaminan pasar untuk beberapa komoditas utama.
Yusva mengatakan, program Makmur sejak awal dijalankan sebagai langkah untuk meningkatkan produktivitas pertanian, sekaligus mendorong kesejahteraan petani melalui pendekatan yang komprehensif, mulai dari akses modal dan sarana pertanian, hingga pendampingan dan edukasi bagi petani.
“Kami berharap hadirnya program Makmur tidak hanya untuk jawab tantangan produktivitas pertanian, tetapi juga menjamin pertanian berkelanjutan,” ungkap Yusva.
Dalam praktiknya, Yusva mengatakan, program ini terus berupaya mengintegrasikan mekanisme pertanian dan teknologi pertanian. Beberapa di antaranya, yaitu melalui peralatan pertanian modern (combine harvester, transplanter), penyemprotan pestisida dengan menggunakan drone, hingga penerapan aplikasi i-Farm (geo tagging kepada petani dan cara budidaya).
“Dengan begitu, diharapkan kemajuan pertanian bisa semakin terwujud,” pungkasnya.