Mediatani – Kemudahan untuk berutang belakangan ini menjadi tak terhindarkan dari kehidupan para pengusaha pemula. Tentu tidak semua pula usaha yang berjalan mulus sehingga utang dapat terbayar dan terlunasi tepat waktu.
Salah langkah, usaha menjadi tidak maju, ditambah lagi utang yang menggunung membuat beban tersendiri. Hal itulah yang pernah dirasakanseorang milenial asal Kabupaten Garut, Jawa Barat Bayu Purnama Alam (28).
Pada usianya yang masih muda, Bayu bahkan pernah terlilit utang Rp2 miliar banyaknya, setelah didera kerugian di bisnis properti pada 2015, lalu.
Dalam memenuhi kebutuhan dan mencicil utangnya, ia pun bekerja di perusahaan swasta, menjadi sopir ojek online, sambil beternak lele, sapi, dan ayam broiler.
Pada tahun 2016, dia juga pernah mencoba peruntungan baru di tempat kerja teranyarnya: Rumah Amal Salman ITB.
Meskipun pendapatannya tak sebesar di tempat kerja yang lama, Bayu yakin bekerja di lingkungan masjid akan membantu banyak orang.
Dirinya juga meyakini jalan ini akan memberi kemudahan untuk melunasi utang-utangnya.
“Barulah tahun 2017, saya mulai beternak sapi. Karena saya kan anak kampung, hidup selalu berkaitan dengan desa. Sebelum ke Bandung, saya aktif di organisasi kemasyarakatan di desa saya di Garut,” kata founder Daya Desa Farm dan Desa Punya ini, Kamis, 27 Mei 2021, melansir dari situs Pikiran-rakyat.com.
Tak disangka sebuah kesempatan mengurus sapi jelang Idul Adha, justru menjadi peluang baru baginya. Suatu hari ada konsumen yang membutuhkan sapi berbobot 1 ton. Kebetulan, yang sedang ia rawat adalah sapi ternak berbobot 1 ton juga.
“Saya tawarkan kepada konsumen dan hasilnya bagus. Saya pun bertemu dengan investor yang punya satu misi, sehingga dibangunlah peternakan sapi ini,” ujar Bayu, yang kini menjabat Direktur PT. Daya Desa Asasta ini.
Pra mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang peternakan dan pemenuhan kebutuhan pangan bernilai halal dan lokal ini, Bayu ternyata telah lama berpikir bahwa desa memang memiliki potensi lumbung pangan yang besar dari hasil pertanian dan peternakan.
Akan tetapi, jika banyak pemuda dari desa yang pergi ke kota untuk mencari kerja, maka tidak akan ada regenerasi. Akhirnya, potensi desa tidak akan bisa dimanfaatkan oleh penduduk lokalnya sendiri.
Alhasil alumni Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB ini berpendapat jika pemuda desa harus bisa menciptakan lapangan kerja sendiri.
Supaya bisa memberdayakan desa sekaligus merangkai rantai perputaran bisnis agar kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal terwujud.
“Ada banyak masalah yang saya hadapi ketika terjun ke lapangan. Salah satunya adalah banyaknya rantai pasok. Hal ini memutus keuntungan para peternak di desa”
“Artinya, cost yang mereka keluarkan tidak sebanding dengan apa yang mereka terima. Cost yang ditekan membuat peternak harus mencari pakan seadanya. Hal ini akan berdampak pada kualitas daging ternak,” ujarnya.
Bayu pun menuturkan, daging ternak yang tidak berkualitas akan berefek pada manusia yang memakannya seperti mengundang penyakit dan memengaruhi perilakunya.
Masalah lain yang harus Bayu hadapi adalah jaminan kualitas daging halal.
Ya! Hal itu lantaran, peternakan berkaitan erat dengan kehalalan. Peran penting peternak tidak hanya sekedar menjual saja, tapi juga harus memastikan dan menjamin hewan ternaknya sehat, berkualitas, dan disembelih dengan cara halal.
Sehingga, daging yang sampai di meja makan itu bisa dikonsumsi dengan baik guna terwujud makanan halal dan thayyib (baik).
“Intinya, harus kita kontrol from farm to table,” terang Bayu.
Problem peternakan yang Bayu hadapi di lapangan tak membuatnya pantang mundur untuk memberikan yang terbaik bagi desa. Karena itu, perusahaan yang dia pimpin memiliki fokus di bidang peternakan dan pemenuhan kebutuhan pangan.
Selain dengan cara mengontrol from farm to table, perusahaan ini juga memberdayakan masyarakat lokal dengan memberikan binaan tentang cara beternak yang baik kepada para mitra.
Sampai saat ini, mitra binaan perusahaannya sudah menjangkau Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
“Kami membina sekitar 45 mitra peternak sapi, 17 mitra peternak ayam dan 25 mitra peternak lele organik. Perusahaan ini juga punya 35 karyawan di level manajemen,” ujarnya.
Di samping itu, Bayu bakal terus mengembangkan banyak bisnis lainnya di samping peternakan. Ia tengah menggarap bisnis F&B bernama Katuang, perkebunan sawit, dan media.
“Intinya, saya ingin menyemarakkan kalau beternak itu keren, lho. Buktinya, saya bisa keluar dari jeratan utang hingga lunas pada 2019, kemudian banyak membangun bisnis setelah 1 tahun beternak sapi,” ujar dia. (*)