Mediatani – Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) sebut pertanian saat ini tengah menghadapi tantangan besar perubahan iklim. Karena itu, petani dan semua pelaku pertanian diharapkan mampu beradaptasi dengan kondisi alam tersebut.
“TOT adalah starting point dari perjalanan yang panjang. Saya ingin TOT ini ada targetnya, setiap peserta tahu apa yang didapatkan setelah TOT dan ending apa yang diharapkan,” kata SYL.
Untuk menghadapi perubahan iklim, tambah SYL, kemampuan petani harus ditingkatkan. Peningkatan produksi harus disertai dengan sustainability untuk menjaga ekosistem agar tetap sehat.
Anggota Komisi IV DPR RI, Dwita Ria Gunadi menuturkan, masyarakat Provinsi Lampung sangat menyambut baik penyelenggaraan TOT ini yang secara khusus membahas tentang pertanian ramah lingkungan.
Dwita berharap, keluaran dari kegiatan TOT dapat menjawab tantangan dalam meningkatkan produksi pangan di tengah ancaman krisis lahan dan pemanasan global.
“Tugas besar kita adalah berdaulatnya pangan dan sejahteranya masyarakat khususnya petani, serta tercapainya visi Indonesia menjadi lumbung pangan dunia,” ungkap Dwita.
Dia menilai, visi Indonesia untuk menjadi lumbung pangan dunia bukanlah visi yang mudah, namun bukan berarti juga mustahil untuk dicapai. Menurutnya, perlu ada gerakan dan terobosan baru dalam sektor pertanian yang dilakukan secara kolektif.
“Kami dari Komisi IV senantiasa mendukung Kementerian Pertanian untuk mewujudkan swasembada pangan dengan prioritas swasembada beras. Visi kita menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia akan sulit terpenuhi jika kita salah dalam membangun fondasi yang kuat yakni sumber daya manusia sebagai perumus, pelaku sekaligus penentu kebijakan pertanian,” kata Dwita.
Pada saat yang sama, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi menerangkan, pertanian ramah lingkungan sejalan dengan pertanian berkelanjutan yang menjadi implementasi dari RPJMN Prioritas Nasional (PN) 6 tentang pembangunan lingkungan hidup, peningkatan ketahanan bencana dan perubahan iklim, serta pembangunan yang rendah karbon.
Dedi menegaskan, untuk dapat memajukan pertanian, tidak hanya cukup dengan mengandalkan anggaran, namun perlu adanya mindsetting agenda dan intellectual agenda.
Maka dari itu, dia berharap agar para stakeholder di bidang pertanian dapat terus meningkatkan kapasitas dan wawasan mereka untuk menjawab berbagai tantangan yang ada di dunia pertanian.
“Untuk itu, widyaiswara, dosen, guru, penyuluh pertanian, dan insan lainnya harus terus mengupgrade wawasan, kapasitas dan kemampuan untuk menjawab tantangan perkembangan dunia pertanian, terutama terkait teknologi untuk beradaptasi dan memitigasi perubahan iklim,” jelas Dedi.
Lebih lanjut, Dedi mengatakan, ketahanan pangan saat ini tidak hanya terkendala oleh adanya perang antar negara namun juga adanya climate change. Ini ditandai dengan adany peningkatan suhu permukaan bumi yang berpengaruh secara signifikan terhadap seluruh ekosistem yang ada termasuk pada ekosistem pertanian.
“Solusi dari pemanasan global dan cuaca ekstrim adalah pertanian ramah lingkungan dan pertanian bersahabat. Konsep pertanian yang betul-betul memperhatikan penyebab pemanasan global harus kita segera terapkan,” kata Dedi.