Mediatani – Kabar gembira bagi peternak di Nusa Tenggara Timur (NTT) ialah mereka kini tak perlu khawatir akan pakan ternak. Hal itu lantaran UPT Pembibitan Ternak dan Pakan Ternak Provinsi NTT melakukan pengembangan rumput Odot sebagai pakan.
Kesulitan mendapatkan pakan ternak di NTT terjadi terutama pada musim kemarau, mengingat kondisi panas di NTT pada saat musim kemarau, akan menyulitkan peternakan mendapat pakan bagi ternak miliknya. Bisa dikatakan para peternak pun lega karena mereka tidak perlu lagi khawatir perihal musim kemarau nantinya.
Hal ini kemudian memantik inisiatif kepala UPT Pembibitan ternak dan pakan ternak provinsi NTT, Bambang Permana, untuk melakukan pengembangan rumput odot dalam upaya membantu masyarakat, terutama peternak.
Dikutip Minggu (21/2/2021) dari situs berita pos-kupang.com, Bambang menjelaskan bahwa dalam musim hujan seperti saat ini dimanfaatkan oleh peternak untuk melakukan penanaman rumput odot sebagai persiapan pakan ternak di musim kemarau mendatang.
“Rumput odot dari masa tanam hingga masa panen membutuhkan waktu sekitar 3 bulan” ujarnya, Jumat (19/2/2021) di lokasi pembibitan Oelamasi, kabupaten Kupang, dikutip Minggu (21/2/2021).
Bambang menuturkan bahwa pihaknya telah melakukan pembibitan rumput odot sejak bulan November 2020 lalu, dan kini telah memasuki dalam masa panen. Selain untuk memenuhi ketersediaan pakan ternak bagi masyarakat, Bambang juga mengatakan pengembangan bibit pakan tersebut juga untuk menekan pengeluaran anggaran dari pemerintah dalam pengadaan bibit.
“Salah satu cara untuk menambah pendapatan daerah melalui penjualan rumput odot, misalnya kita jual dengan Rp.200/stek. Tentu dapat menggenjot pemasukan daerah,” sambung dia.
Bambang pula mengaku, pengembangan bibit rumput odot dan lamtoro teramba nyatanya tak terlalu sulit karena kedua tanaman ini cocok dengan kondisi iklim yang ada di NTT dan tidak memerlukan banyak air.
Rumput odot mempunyai kelebihan menyediakan lebih banyak pakan dalam sekali tanam sehingga akan sangat memudahkan peternak jika menggunakan rumput ini sebagai pakan bagi ternaknya.
“Satu rumpun rumput odot memiliki berat sekitar 10-15 kilogram. Untuk kebutuhan airnya juga tak terlalu banyak bila sudah tumbuh. Dalam 1 stek juga dapat menghasilkan 10-15 kilogram pakan. Dalam sehari, jika berat sapi 300 kilogram, 10% berat badan hanya membutuhkan 3 stek rumput odot,” tutupnya.
Tidak berhenti di situ, masih dilansir dari situs yang sama, 1.000 Stek Rumput Odot diserahkan oleh komunitas wartawan yang bersinergi dengan kelompok tani binaa yang berada di desa Camplong II, kecamatan Fatuleu, kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) Jumat( 19/2/2021) dikutip Minggu (21/2/2021).
Rumput odot ini pun akan dikembangkan oleh kelompok tani dan ternak yang merupakan binaan wartawan NTT yang berada di beberapa titik di wilayah NTT.
Hal ini diungkapkan oleh ketua satu (1) komunitas wartawan bersinergi Arif Metan Bait, kepada awak media usai pembelian 1.000 stek Rumput Odot di instilasi pertanian dan peternakan Olemasi.
“Jadi pembelian 1.000 stek rumput odot ini adalah program lanjutan bagi kami wartawan bersinergi yang sebelumnya telah melakukan beberapa kegiatan seperti, penanaman jagung dan lamtoro taramba” ujar dia.
Dia menjelaskan bahwa penanaman rumput odot akan dilaksanakan kelompok binaan wartawan Bersenergi dengan luas wilayah 37 Ha.
Program ini, lanjut dia, merupakan salah satu program Gubernur NTT sehingga sebagai masyarakat dan juga wartawan di NTT, dirinya bersama sejumlah wartawan lain berinisiatif mendukung program tersebut dengan terjun langsung membina petani di NTT.
Kegiatan ini, komunitas wartawan sinergi menggandeng kepala UPT. Instilasi Pertanian dan Peternakan Provinsi NTT Bambang Permana sebagai pendamping lapangan.
Dari sisi anggaran, Arif mengatakan selama menjalankan kegiatan ini, para wartawan menggunakan uang pribadi dan juga kewajiban tiap wartawan yang apabila ingin bergabung agar membeli 1 kilogram lamatoro tramba.
“Untuk hari ini kita membeli 1000 Stek Rumput odot ini mengunakan uang kumpul (pot) dari teman-teman media” tambahnya. (*)