Peternak Milenial Omzet Ratusan Juta, Khoiri: Salah Satu Kunci Sukses ialah Rutin Ngaji

  • Bagikan
Muhammad Tanfidzul Khoiri, peternak muda asal Madiun, Jawa timur/ Hidayatullah.com/IST

Mediatani – Di antara milenials, label menjadi seorang peternak atau petani mungkin sebagian masih dianggap ndeso atau ketinggalan zaman. Namun, stigma itu tak berlaku bagi Muhammad Tanfidzul Khoiri, sosok pemuda asal Madiun, Jawa timur.

Berkat kerja keras dan ketekunannya, Khoiri berhasil mengembangkan bidang peternakan mulai dari budidaya kambing/domba, membuat pakan silase dan konsentrat, pupuk organik, perlengkapan ternak ruminansia hingga melayani aqiqah siap saji dan kambing guling.

Hasilnya pun sangat menggiurkan, omzet pebulannya pun tembus ratusan juta.

Dikutip dari Suara Hidayatullah yang berkesempatan bersilaturrahmi ke kediamannya yang berlokasi di Jalan Sarana Mulya, Gang Buntu, RT 5/RW 2, Rejomulyo, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun, Khoiri pun mengisahkan awal mula bisnisnya itu.

Sambil mengunjungi peternakan yang tak jauh dari rumahnya, Kandank Oewang, Khoiri menamakannya. Di situ ia menceritakan awal mula terjun memulai usahanya.

Khususnya di dunia peternakan domba wonosobo (dombos) secara terpadu, bermula di tahun 2011 silam.

Saat itu dirinya memasuki kelas 3 SMK bidang kimia organik. Dia pun harus menjalani program magang selama 3 bulan sebagai syarat kelulusan.

“Awalnya orientasi, saya ke industri pabrik petrokimia, tetapi tak lolos,” ujar dia.

Lantaran ayahnya menginginkan salah satu anaknya menjadi petani, maka Khoiri pun diarahkan untuk melaksanakan magang di sebuah perusahaan milik kawan ayahnya yang bergerak di bidang produksi pupuk organik.

Maka jadilah pemuda milenial kelahiran 16 Mei 1993 itu, terjun ke dunia pertanian.

“Selama 3 bulan, saya belajar membuat pupuk organik, olahan pakan ternak, dan sebagainya,” kisahnya.

Tahun 2012, setelah lulus SMK, berkat skill selama 3 bulan magang tersebut, Khoiri kemudian merasa nyaman terjun di dunia pertanian.

“Terbiasa membuat pupuk, jadi kemudian di rumah memang ada bangunan yang mendukung untuk dijadikan kandang tempat usaha. Kebetulan bapak juga punya proyek pasar kurban yang menampung hewan ternak, mulai dari situ, saya lalu bergerak di bidang pertanian,” papar ayah beranak satu ini.

Sembari menjalankan usahanya, dia pula mengambil kuliah kelas karyawann dan mengambil jurusan akuntansi.

Di tahun 2012 itulah, Khoiri akhirnya mendirikan Kandank Oewang, usaha peternakan domba wonosobo (dombos) yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.

“Saya peternak by design, bukan tiba tiba jadi petani. By design dari lingkungan keluarga yang basic-nya bukan petani tetapi menyukai pertanian,” ungkap Khoiri.

Ada tiga macama kegiatan usaha yang dilakukan Khoiri di Kandank Oewang.

Di hulu, dirinya melakukan penanaman hijauan ternak untuk bahan pakan ternak, lalu pembuatan silase (pakan berkadar air tinggi hasil fermentasi yang diberikan kepada hewan ternak ruminansia), dan pengembangbiakan domba wonosobo.

“Prinsipnya, mengapa menanam dan beternak, karena pertanian dan peternakan tak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Prinsip yang kami bawa ialah pertanian sebagai awal peternakan dan peternakan sebagai akhir dari pertanian,” terang pria yang sempat mengikuti training di Jepang perihal silase untuk pakan ternak.

Di hilir, usahanya melaksanakan bisnis penjualan daging kambing, domba untuk aqiqah, dan catering serta kuliner berbahan dasar daging kambing atau domba.

Kemudian, pada sektor pengolahan, ia pula menjalankan usaha pengolahan limbah menjadi pupuk organik hayati dengan bahan baku kotoran hewan yang dicampur limbah pertanian.

Berikutnya ialah sektor pendukung yakni penjualan alat-alat pertanian.

“Sifatnya online, jadi bisa dijual ke seluruh Indonesia, mulai dari produk peternakan, obat-obatan, jamu, buku materi peternakan, juga alat mekanisasi peternakan,” jelas dia.

Khoiri pun membuka usaha kunjungan atau farm trip bagi anak-anak muda yang ingin belajar dan melakukan praktik magang. Usaha pelatihan peternakan ini diampu oleh Koperasi P4S.

Koperasi itu sendiri, didirikan Khoiri dalam rangka menjalankan usaha jual-beli yang sifatnya skala besar seperti pembelian obat-obatan, dan mengedarkannya ke anggota serta ke wilayah lain yang dapat dijangkau.

Dari sekian sektor yang dijalankan, boleh dikata, usaha di sektor hilir, yakni penjualan inilah yang menjadi inti usahanya.

Rutin Ngaji

Kesuksesannya dalam berbisnis diakuinya karena kerap mencari ilmu dan mentor. Termasuk rutin menjaga sisi spiritualnya, seperti rutin mengaji.

“Penting bagi kami untuk tetap memperdalam ilmu-ilmu agama, dari aqidah hinggah fiqih. Sehingga ketika dalam berbisnis kami tetap berada pada koridor syariah. Bersama teman-teman komunitas peternak, setiap pekan kami rutin untuk menggelar pengajian,” ungkap Khoiri.

Selain itu, dia juga mengutarakan bahwa dengan rutin ngaji, dirinya selalu merasa tenang jika terjadi musibah atau masalah dalam bisnisnya, termasuk saat musim pandemi ini.

“Saya yakin dengan segala takdir Allah. Jadi segala sesuatu sudah ada yang mengatur. Maka jika terjadi sesuatu, contohnya ada ternak kami yang mati, tak kami ambil pusing, bahkan ketika sepi orderan. Saya yakin semuanya sudah ada jatahnya, tinggal kita yang harus berikhtiar, berusaha sebaik-baiknya,” pungkasnya.

Meski begitu ia mengatakan, dengan adanya rutin ngaji dan mempererat silaturahmi. Selain itu jaringannya kian luas, dan malahan orderan kian meningkat.

Berbagi Ilmu

Bersamaan usahanya yang kian berkembang, Khoiri pun membuat channel di YouTube yang membicarakan perihal dunia peternakan kambing.

Lewat itu pula namanya dikenal oleh kalangan peminat ternak kambing.

‘’Akhirnya muncul ide bikin pelatihan,’’ ujar dia.

Pelatihan itu tidak melulu membahas cara merawat kambing, melainkan juga beberapa ilmu lain. Salah satunya ialah cara memproduksi silase.

‘’Ada alumni yang sekarang sukses berbisnis silase dengan bahan dasar daun jagung. Produknya juga sudah dikirim ke berbagai daerah,’’ beber dia.

Khoiri pula rutin memberikan bimbingan, baik personal maupun kelompok, melalui grup WhatsApp.

Dari situ, para alumni bisa leluasa menceritakan kendala yang dialami ketika praktik.

Pun, ia sering memberikan ide-ide usaha sesuai potensi di lingkungan sekitar tempat tinggal mereka.

Saat ini, banyak alumninya yang sukses beternak kambing dengan pakan utama silase.

Tidak sedikit pula yang menjadi produsen pakan, pupuk, dan vitamin hewan ternak.

“Saya harap agar generasi muda tidak takut untuk bermimpi menjadi peternak. Jangan takut dan ragu untuk terjun dalam sektor peternakan. Beternak itu menjanjikan dan menguntungkan,” tuturnya. (*)

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version