PLN Probolinggo Dukung Petani Bawang Merah Gunakan Light Trap Kendalikan Hama

  • Bagikan
instalasi light trap di Probolinggo
instalasi light trap di Kabupaten Probolinggo [Foto: Wartabromo]

Mediatani – Petani bawang merah di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, menilai penggunaan perangkap lampu (Light Trap) efektif mengendalikan hama pada tanaman bawang merah. Jumlah petani pengguna pun semakin meluas di daerah tersebut.

PLN setempat pun mulai memberi perhatian pada petani pengguna perangkap lampu (Light Trap) melalui program electrifying agriculture. Mulai dari pemanfaatan hingga meminimalisir risiko dari instalasi sederhana milik petani.

Dikutip dari wartabromo.com, Manajer PLN ULP Kraksaan, Hendy Pranata, mengungkapkan dengan semangat meningkatkan produktivitas pertanian dan berkeselamatan, PLN mendorong petani untuk memanfaatkan teknologi listrik untuk pertanian (electrifying agriculture). Teknologi ini berupa pemanfaatan meteran khusus untuk areal pertanian.

Hendy menyebut penerapan electrifying agriculture sebagai KAWAN BERSIH (KAWasaN Bawang beRSInar). Upaya untuk mendukung peningkatan produktivitas pertanian melalui listrik dan penerangan. Ini juga termasuk menemukan cara baru yang lebih ekonomis.

Untuk memanfaatkan program tersebut, dinilainya mudah karena petani cukup mengisi form pendaftaran pelanggan seperti pada umumnya. Meteran listrik pun dipasang di area dekat lahan pertanian.

Hendy Pranata menjelaskan petani pengguna light trap menggunakan Lampu LED dengan instalasi kabel PLN. Untuk bisa menyalakan listrik, PLN menyambungkan instalasi ke kotak meteran, mirip dengan meteran PJU. Pengukur itu berdekatan dengan kabel PLN besar yang terletak di sisi jalan raya Sumberanyar di Paiton.

“Yang dipakai adalah layanan listrik prabayar yang dapat diisi ulang oleh pelanggan. Masih tarif rumah tangga, bukan bisnis. PLN mendorong petani memanfaatkan teknologi listrik untuk pertanian (electrifying agriculture),” sebut Manajer PLN ULP Kraksaan, Hendy Pranata.

Hendy Pranata mengungkapkan pada awal tahun 2020, timnya melakukan investigasi ke beberapa sentra budidaya bawang merah seperti di Kecamatan Gending, Pajarakan, dan Paiton. Petani bawang merah di daerah tersebut menggunakan jaring sebagai pengendali hama keper.

Penggunaan jaring seperti itu memang sangat efektif melawan hama, tetapi dari segi biaya sangat besar. Selain harga jaring dan biaya perawatan yang mahal, jaring tersebut hanya bisa bertahan 4 sampai 5 kali tanam sejak penggunaan pertama, kemudian rapuh setelahnya.

Selain jaring, sebagian petani juga sudah mulai menggunakan lampu sebagai perangkap hama. “Namun, jaringannya listriknya masih mengambil dari jaringan rumah. Kadang ada yang melintas di atas jalan raya, sangat berbahaya dari segi keselamatan,” ucapnya.

Berdasarkan data dari PLN UP3 Pasuruan, pada tahun 2020, terdapat penambahan jumlah pelanggan baru dari petani bawang di Kabupaten Probolinggo yang jumlahnya mencapai 28 orang.

“Masih sedikit sekali dibandingkan dengan jumlah petani dan luasan areal tanam, karenanya kami menggandeng Dinas Pertanian dan perbankan, agar lebih optimal,” sebut Hendy Pranata.

Salah satu petani yang menggunakan perangkap cahaya untuk mengusir hama adalah Ahmad Qusairi, 47 tahun. Luas lahannya 1 hektar, terletak di desa Sumber Anyar, kecamatan Paiton, yang terang benderang di malam hari. Berkat puluhan lampu LED yang dipasangnya di tengah persawahan memanjang.

Setidaknya ada sekitar 30 lampu yang dipasang pada jarak 5 meter dengan ketinggian 2,5 meter. Lampu dimanfaatkan untuk mengendalikan kupu-kupu sebagai cikal bakal dari ulat grayak (Spodoptera exigua), hama yang menjadi momok petani bawang merah.

Jejeran lampu tersebut dipasangnya dengan harapan kupu-kupu putih atau grayak (istilah petani; Keper) bisa menjauh dari hamparan tanaman bawang merah. Qusairi menyaksikan, kupu-kupu tersebut bakal lebih tergoda pendaran sinar cahaya dari LED dibanding merusak bawang.

“Dengan menggunakan lampu, saya bisa lebih hemat biaya. Untuk satu hektar, saya hanya bayar listrik 2 juta untuk satu musim tanam. Kalau sewa jaring, biayanya bisa mencapai 17 juta rupiah sekali panen,” tutur Pak Mat, 27 Desember 2021.

Pak Mat menjelaskan, selain menggunakan lampu LED di ketinggian, dirinya juga memasang lampu Ultra Violet (UV). Pemasangannya berbeda dengan LED, lampu UV dipasang lebih dekat dengan tanah sekitar setinggi 1 meter.
Di bawah lampu UV diletakkan ember berisi air yang bercampur oli atau solar. Dibanding lampu LED, jumlah lampu UV lebih sedikit, hanya kisaran 7-10 unit. Titik senar lampu UV tersebut pun diletakkan di pematang tengah sawah.

“Setiap malam, hama-hama ini menempel di lampu UV dan jatuh ke ember ini. Tidak jatuh pada area yang ditanami bawang merah. Tidak ada kesempatan untuk bertelur dan menjadi ulat,” lanjutnya.

Pak Mat menjelaskan, penerapan light trap memberikan keuntungan lain, tanaman bawang merah tumbuh lebih bagus. Sebab, angin yang dibutuhkan tanaman bawang merah saat pertumbuhan, bisa berhembus dengan leluasa. Hal yang berbeda ketika menggunakan jaring, sirkulasi udara terhalang oleh instalasi jaring-jaring.

“Dengan oksigen yang bagus, umbinya lebih besar dan warnanya juga lebih merah,” kata Pak Mat.

  • Bagikan