Mediatani – Masyarakat Desa Asam, Hulu Sungai Selatan optimis budidaya ikan gabus haruan bisa terus meningkatkan perekonomian mereka. Potensi pendapatan dari hasil budidaya gabus haruan yang cukup besar menarik minat masyarakat untuk serius menjalankannya.
Bisa dilihat dari jumlah produksi yang mencapai 2.833 kg per tahun, para pembudidaya di Desa Asam mampu meraup pendapatan hingga Rp 127.500.000.
Ikan gabus haruan memang dikenal dengan rasanya yang enak, dagingnya yang lembut, dan khasiatnya yang sangat baik untuk Kesehatan. Ikan air tawar ini juga bisa diolah menjadi berbagai masakan, mulai dari menu khas seperti ketupat kandangan, nasi kuning, abon, hingga kerupuk.
Harga jualnya pun cukup tinggi seiring dengan tingginya permintaan masyarakat. Di pasaran, ikan ini dibanderol dengan harga berkisar antara Rp 45.000 hingga 60.000/kg.
“Saat langka harga ikan ini bahkan bisa tembus Rp 100.000/kg, sementara modalnya hanya Rp 30.000/kg,” ujar Slamet Budianto Penyuluh Perikanan, dilansir dari Jawapos.com, Kamis (17/11).
Tercatat hingga saat ini sudah ada empat kelompok pembudidaya di Desa Asam. Mereka membudidaya ikan gabus haruan dengan berbagai model kolam, ada kolam terpal, kolam bundar, hingga keramba ulin. Ada 17 kolam untuk masing-masing model kolam yang telah mereka gunakan.
Kelebihan lain yang dimiliki oleh ikan ini yaitu kemampuan adaptif pada lingkungan dan daya tahan tubuh yang baik. Ikan ini juga bisa dikembangbiakan di berbagai jenis kolam. Tak heran jika para pembudidaya tertarik untuk membudidaya gabus haruan ini.
Kendati demikian, usaha budidaya ikan ini juga kerap menghadapi masalah, terutama terkait kebutuhan permodalan. Karena tentunya butuh modal yang cukup besar untuk meningkatkan produksinya, seperti dengan menambah kolam, membeli benih yang bagus, hingga kebutuhan sarana prasarana penunjang.
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sudah berperan cukup besar. KKP melalui satuan kerja Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) telah membantu dengan menawarkan akses permodalan yang mudah.
Bahkan KKP telah menjadikan Desa Asam Hulu Sungai Selatan sebagai salah satu Kampung Budidaya. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan pembudidaya ikan. Tidak hanya di Kalsel, Kampung Gabus Haruan ini juga menjadi satu-satunya di Indonesia.
KKP menilai ikan gabus haruan ini merupakan salah satu penyumbang inflasi terbesar. Karena itu perlu adanya kesadaran masyarakat untuk meningkatkan keberlangsungan ikan haruan melalui pembudidayaan.
Sementara itu, BPBAT Mandiangin Kalsel juga telah membangun teknik diseminasi budidaya menggunakan kolam terpal yang dilakukan secara berjenjang.
Dengan cara itu, kelompok penyedia benih bisa membesarkan ikan haruan selama kurang lebih 4 bulan untuk proses panen dan selanjutnya para pembeli dapat kembali melakukan pembesaran ikan gabus hingga usia dewasa sesuai dengan kebutuhan pasar.
Kampung Gabus Haruan tersebut juga diharapkan menjadi wadah pelatihan masyarakat, sehingga mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru dan produksi ikan haruan lebih meningkat.