Mediatani – Air kelapa asal Sulawesi Utara (Sulut), ternyata selama beberapa bulan belakangan, sudah menjadi komoditas ekspor yang sudah rutin dikirimkan ke Singapura.
Tak hanya itu, pada Selasa (8/6) lalu, produk yang sama pun telah berhasil menembus pasar Vietnam.
Dengan total volume air kelapa sebanyak 22,5 ton, Selasa (8/6) kemarin, lewat Pelabuhan Laut Bitung, air kelapa di ekspor ke Vietnam. Sementara total nilai ekonomi yang berhasil diraih mencapai Rp786.463.825.
Kepala Karantina Pertanian Manado, Donni Muksydadan Saragih dalam keterangan persnya menjelaskan bahwa ekspor air kelapa ke negara Vietnam milik PT Sasa Inti dilakukan setelah berhasil mengantongi Phytosanitary Sertificate dari Karantina Pertanian Manado.
Menurut Muksydadan, ekspor air kelapa ke Vietnam itu memang merupakan pasar yang baru berhasil ditembus. “Ini suatu apresiasi, tentunya kepada pelaku usahanya karena berhasil mengangkat nilai komoditas sampingan yang sebagian besar di Sulawesi Utara masih menjadi limbah,” ujar Muksydayan, dikutip, Minggu (13/6/2021) dari laman Kumparan.com.
Dikutip dari keterangan tertulis dari situs yang sama, Rohmah, staf Quality Control PT. Sasa Inti mengatakan, jika pihaknya mendapatkan info dari buyer di Vietnam, jika air kelapa banyak diproduksi menjadi aneka produk minuman.
“Info yang ada, produk air kelapa diproduksi menjadi aneka produk minuman. Tapi, lebih detailnya apakah diaplikasikan ke produk selain minuman, itu belum didapatkan,” ujar Rohmah.
Sementara itu, berdasarkan data IQFAST Barantan, komoditas Air kelapa yang berhasil diekspor sepanjang 2021 berjumlah 63.602 kg dengan nilai mencapai Rp1.970.213.088. Terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2020, pada periode yang sama, dengan angka Rp1.246.041.752.
Muksydadan mengungkapkan, berbagai produk turunan kelapa kini menjadi fokus utama yang didorong menjadi komoditas ekspor. Menurutnya, komoditas sabut kelapa dan ampas (Cocopeat) juga sudah berhasil diekspor.
“Kita harapkan volumenya terus meningkat, mengingat potensi market besar selain bahan baku juga melimpah. Potensi ini merupakan anugerah terbaik dari surga tropis di daratan Nyiur Malambai yang perlu kita manfaatkan,” ujar Muksydadan.
Di tempat terpisah, Kepala Badan Karantina Pertanian, Bambang mengapresiasi bertambahnya pasar baru bagi komoditas pertanian asal Sulut.
Menurut dia, hal tersebut sejalan dengan program strategis berupa upaya peningkatan ekspor.
Diutarakannnya, Barantan selain melaksanakan tugas perkarantinaan, secara khusus juga bertugas untuk mengawal program strategis Kementerian Pertanian berupa upaya peningkatan ekspor produk pertanian, melalui gerakan tiga kali lipat ekspor pertanian atau Gratieks yang digagas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
“Kami mendukung upaya ini dengan melakukan inovasi aplikasi peta komditas ekspor atau IMACE yang telah disiapkan Barantan, selain pendampingan sertifikasi. Kami juga memberikan informasi peluang pasar ekspor, seperti air kelapa ini,” ujar Bambang, mengutip Kumparan.com.
Bibit Kelapa Genjah Pandan Wangi dari Sumut Juga Sudah Disertifikasi
Selain di Sulut, Dinas Perkebunan Sumatera Utara (Sumut) juga menginformasikan bahwa bibit Kelapa Genjah Pandan Wangi yang dikembangkan di Desa Pantai Cermin Kanan, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai sudah disertifikasi oleh Kementerian Pertanian.
Sertifikasi itu dilakukan untuk memenuhi aturan Kementerian Pertanian, yakni Undang-undang No. 12 Tahun 1992 yang menjelaskan bahwa benih yang beredar harus berasal dari benih bina (benih yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian).
“Untuk yang menginginkan bibit Kelapa Pandan Wangi di Indonesia sudah bisa menggunakan bibit kami, karena bibit kami sudah disertifikasi oleh Kementerian Pertanian,” ujar Kepala Dinas Perkebunan Sumut Lies Handayani Siregar.
Dinas Perkebunan Sumut mengembangkan pembibitan Kelapa Genjah Pandan Wangi karena dinilai sangat menjanjikan sebab masih belum banyak dibudidayakan di berbagai daerah…baca selengkapnya dengan klik di sini. (*)