Mediatani – Salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) kembali menunjukkan bukti dari implementasi tridarma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Dilansir dari laman okezone.com, beberapa mahasiswa berprestasi yang berasal dari program studi teknik pertanian, Fakultas Pertanian Unsoed telah berhasil mengembangkan sebuah sistem irigasi pertanian yang berbasis pada energi angin.
Sistem irigasi yang dikembangkan oleh Umi Kholilah, Sulaiman Putra Janitra, Rydhora Gumay dan Aditya Agung Ferdinan ini memilih energi angin karena dinilai ramah lingkungan sekaligus dapat berfungsi sebagai tenaga penggerak pompa.
Terkait hal ini, Dr. Ardiansyah sebagai salah satu dosen teknik pertanian Unsoed menyebutkan bahwa sistem irigasi yang dikembangkan oleh keempat mahasiswanya itu diberi nama Smarkle.
“Konsep ini memanfaatkan potensi tenaga angin sebagai tenaga penggerak pompa irigasi,” ujar Dr. Ardiansyah.
Lebih lanjut, Dr. Ardiansyah yang sekaligus juga bertugas sebagai dosen pembimbing dalam pengembangan sistem irigasi ramah lingkungan ini menjelaskan bahwa konsep ini berasal dari ide yang dituangkan melalui program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC).
“Para mahasiswa merancang sistem irigasi ‘sprinkle’ berbasis ‘Internet of Things’ (IoT) dengan menggunakan turbin angin vertikal sebagai tenaga penggerak pompa. Nama smarkle merupakan kependekan dari smart sprinkle,” ungkap Dr. Ardiansyah.
Dia juga menambahkan bahwa sistem irigasi pintar ini kedepannya akan diprogramkan untuk bekerja secara otomatis. Pompa tersebut dengan otomatis akan menyemprotkan air ketika nilai kelembaban pada tanah berada di bawah titik optimalnya.
Menurutnya, ketika alat ini difungsikan oleh para petani, maka petani bisa memantau keadaan tentang nilai kelembaban tanah m melalui aplikasi yang terhubung secara ‘real time’ dengan sensor kelembaban yang sudah tertanam di lahan.
Sistem irigasi yang dikembangkan ini dinilai sangat cocok untuk difungsikan ketika ingin menanam tanaman hortikultura pada lahan yang memiliki keadaan tekstur yang berpasir.
Sebab, biasanya kendala besar yang dihadapi oleh para petani yang berada di daerah pesisir pantai adalah lahan berpasir yang pori-pori tanahnya terlalu besar. Sehingga, infiltrasi menjadi tinggi dan berdampak pada kurangnya kekuatan tanah untuk menahan air.
“Sehingga diperlukan sistem irigasi yang tepat. Salah satunya irigasi sprinkle di mana bentuk pemberian air seperti air hujan,” beber Dr. Ardiansyah.
Dia juga menambahkan, potensi angin yang dimiliki oleh daerah pesisir pantai yang besar pun bisa dimanfaatkan sebagai tenaga penggerak pompa irigasi yang tentunya ramah lingkungan.
Sementara itu, Ikhsan Nur Rahman salah satu mahasiswa teknik pertanian menyampaikan bahwa Smarkle ini adalah salah satu contoh penggunaan IoT terhadap bidang pertanian khususnya sistem irigasi otomatis yang bisa diterapkan di lahan pertanian dengan kondisi keadaan angin yang besar.
Umi Kholilah yang bertugas sebagai ketua Tim PKM-KC mengatakan, pihaknya berharap bahwa sistem irigasi yang mereka kembangkan ini mampu berguna untuk para petani yang berada di pesisir pantai sehingga bisa berdampak dalam peningkatan produktivitas hasil pertanian.