Mediatani – Kementerian Pertanian (Kementan) selalu berusaha memberikan dukungan untuk sektor pertanian berupa inovasi – inovasi ataupun bantuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya para petani. Kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) adalah salah satu upaya untuk mewujudkan visi misi dari Kementerian Pertanian itu sendiri. Beberapa wilayah di Indonesia sudah merasakan dampak positif dari adanya Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) ini.
Sarwo Edhy selaku Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan menjelaskan, Program RJIT ini akan dilaksanakan di hampir seluruh provinsi di Indonesia dengan rincian sekitar 300 Kabupaten/Kota. Kinerja dari sistem irigasi ini menjadi tidak maksimal jika ada kerusakan pada salah satu bangunan irigasinya. Kondisi saluran irigasi sebelum diperbaiki masih berupa saluran tanah. Sehingga, distribusi air ke lahan-lahan persawahan menjadi kurang lancar. Dengan hadirnya program RJIT, kondisi saluran irigasi dibuat menjadi permanen menggunakan konstruksi pasangan batu, sehingga lebih kuat. Kegiatan RJIT terbukti meningkatkan produktivitas.
Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier ini adalah salah satu program yang dicanangkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan). Sebagian besar dananya disalurkan melalui sistem swakelola petani. Jaringan irigasi tersier yang direhabitasi oleh swakelola petani pada umumnya akan lebih bagus dan petani merasa lebih memiliki. Kami membangun secara bertahap berdasarkan kebutuhan masyarakat petani.
Melalui Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) di Kabupaten Bandung, Jawa Barat telah dilaksanakan kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT). Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Nagrog, Kec. Cicalengka, Kab. Bandung, Jawa Barat dan dikerjakan secara swakelola oleh Poktan P3A Mitra Tani. Fungsi dari kegiatan RJIT ini adalah untuk memastikan kebutuhan air tersedia pada lahan pertanian. RJIT tersebut ditargetkan mampu mengairi lahan seluas 55 hektar. Dengan adanya RJIT ini, penggunaan air untuk kebutuhan lahan petani mudah dikelola.
Selain di Kecamatan Cicalengka, Kecamatan Culamega, Jawa Barat juga merasakan dampak positif dari kegiatan RJIT ini. Asep Tirtana selaku PPL Kecamatan Culamega mengatakan rumus program RJIT adalah jaringan yang sudah rusak dan disekitarnya ada sawah yang diairi, sumber air, dan ada petaninya. Melalui sistem gotongroyong, pembangunan jaringan ini akan lebih bagus.
Sementara itu, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah menjadi salah satu target RJIT pada wilayah di Indonesia yang sebelumnya telah terdampak bencana. Setelah adanya RJIT, produktivitas pertanian di Sigi semakin maksimal. Kegiatan RJIT ini dilakukan di daerah Irigasi Gimpu, Desa Salufame, Kecamatan Kuwali Selatan oleh Poktan Sabar Jaya.
Diharapkan ke depan, program-program seperti ini dapat masuk di Desa-desa di Indonesia yang memang membutuhkan untuk kesejahteraan masyarakat desa. Pengelolaan air irigasi dari hulu (upstream) sampai dengan hilir (downstream) memerlukan sarana dan prasarana irigasi yang memadai. Sarana dan prasarana tersebut bisa berupa bendungan, saluran primer, saluran sekunder, boks bagi dan saluran tersier serta saluran tingkat usaha tani.
Penentuan lokasi yang dipilih dan mendapat kesempatan untuk direhabilitasi irigasinya berdasarkan dan harus sesuai kewenangan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, maupun pemerintah kabupaten/kota, dan irigasi pada tingkat desa yang memerlukan rehabilitasi atau peningkatan. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kriteria lokasi adalah diutamakan pada jaringan irigasi yang tersiernya mengalami kerusakan dan/atau memerlukan peningkatan, jaringan irigasi primer dan sekunder dalam kondisi baik dengan sumber air yang tersedia dan dibuktikan dengan Surat Keterangan dari Dinas/Balai lingkup pengairan, tersedianya sumber air apabila berada pada jaringan irigasi desa, dan lokasi dilengkapi dengan koordinat (LU/LS – BT/BB).