Mediatani – Bupati Malang, Muhammad Sanusi menyatakan bahwa dirinya memberi dukungan pada rencana penanaman perkebunan kelapa sawit di wilayah Malang Selatan.
Dirinya beralasan bahwa lahan yang akan digunakan merupakan lahan yang tidak terpakai.
“Lahan yang disiapkan memakai lahan yang tak terpakai, mulai dari Kecamatan Gading dan Kecamatan Kalipare. Luasannya 40 ribu sampai 60 ribu hektare,” tutur Muhammad Sanusi, dilansir dari Tribunnews, Kamis (3/6/2021).
Muhammad Sanusi mengungkap bahwa dirinya merasa sangsi mendengar kabar tanaman kelapa sawit berdampak buruk terhadap ekosistem.
“Apa? Dampak lingkungan itu kan cuma khawatir saja,” ungkap Sanusi.
“Sudah berjalan di Kalipare, Donumulyo, Pagak tidak ada gangguan lingkungan,” tambahnya.
Menurut Sanusi, kelapa sawit bukannya menimbulkan dampak buruk, malah akan menghasilkan oksigen dan dapat mencegah banjir.
“Itu malah lebih menimbulkan oksigen dan lebih bagus karena tanamannya bagus. Bisa mencegah banjir karena tumbuhnya lebat,” ungkapnya meyakinkan.
Ia juga menjelaskan bahwa realisasi perkebunan kelapa sawit di Malang Selatan merupakan hajat pemerintah pusat.
“Realisasi penanamannya menunggu (pemerintah) pusat. Karena ini kan programnya pusat,” tutur Sanusi.
“Kami hanya menyediakan lahan, agar masyarakat dapat produktif. Perusahaannya pusat semua,” tambahnya.
Muhammad Sanusi yakin bahwa tanaman kelapa sawit akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Sebab, menurutnya kelapa sawit bisa menghasilkan oksigen dan bisa mencegah banjir jika ditanam pada tanah yang miring.
“Menurut saya ketika ditanam di tanah dengan kemiringan itu gak banjir. Karena longsor itu timbul karena (tanah) gak ada tanamannya. Itu malah lebih menimbulkan oksigen dan lebih bagus karena tanamannya bagus,” terang Sanusi.
Pengusaha tebu asal Gondanglegi ini merasa ragu jika kelapa sawit rakus konsumsi air. Sebab keraguannya tentang dampak lingkungan kelapa sawit didasari atas percakapannya bersama peniliti.
“Akarnya sawit ini sama persis dengan akar kelapa. Secara logika, gak mungkin menyerap air banyak,” tuturnya.
Bersebrangan dengan pendapat Sanusi, PROFAUNA mengkritisi wacana penanaman dan pembangunan industri kelapa sawit di Malang Selatan.
Organisasi penggiat lingkungan tersebut merasa khawatir jika tanaman kelapa sawit nantinya akan mengancam ketersediaan air di Malang Selatan.
“Dampak yang kentara misalnya terancamnya sumber air,” ujar Ketua PROFAUNA Indonesia, Rosek Nursahid.
Menurutnya, pohon sawit termasuk tanaman yang membutuhkan air dalam jumlah yang banyak dan kondisi ini tidak cocok dengan Malang Selatan yang rawan kekeringan
“Karena pohon sawit ini rakus terhadap air. Sementara di Malang Selatan rawan kekeringan,” ujar Rosek.
Apalagi, jika tanaman kelapa sawit ditanam secara massal maka akan menggerus keanekaragaman hayati. Hal ini disebabkan vegetasi yang homogen akan berdampak buruk terhadap lingkungan.
“Keragaman flora dan satwa akan menurun drastis. Pasalnya kelapa sawit ini bersifat homogen. Perubahan iklim pasti akan terjadi karena pohonnya homogen,” jelas Rosek.
Rosek merasa riskan jika penanaman kelapa sawit tetap dilakukan. Hal ini tentunya bukan tanpa alasan, sebab menurutnya, resiko jangka panjang kerusakan lingkungan akan menerpa Malang Selatan.
“Fakta yang terjadi di luar Jawa, kelapa sawit punya banyak masalah ke lingkungan. Misalnya keanekaragaman hayati yang menurun. Saya pikir pemerintah harus hati-hati dan jangan tergesa-gesa,” terangnya.
Rosek menilai, jika kondisi keanekaragaman hayati di Malang Selatan telah rusak dan memperihatinkan. Sebab, ia mengaku saat ini sudah tidak bisa lagi melihat satwa-satwa liar di Malang Selatan.
“Memprihatikan. Kami sedang fokus mengamati hutan dan fauna di Malang Selatan,” tuturnya.
“Terus terdegradasi dengan adanya JLS, bahkan kalau sekarang adanya kelapa sawit akan seperti apa?” ungkapnya heran.