Mediatani – PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) menyatakan pihaknya membuka peluang bagi investor asing yang memang hendak membangun peternakan di Indonesia.
Apalagi, RNI sendiri melihat banyak investor yang tertarik atas rencana ini.
Direktur Utama RNI Arief Prasetyo Adi menjelaskan bahwa saat ini RNI masih mempelajari peluang ini. Opsi-opsinya pun bahkan lanjut Arief, para perusahaan asing itu dapat sebagai mayoritas ataupun minoritas di perusahaan perternakan di Indonesia.
“Kita masih terus pelajari peluang ini. Kami membuka perusahaan luar untuk masuk ke Indonesia sebagai investor,” ujar Arief secara virtual, Kamis (29/4), mengutip, Jumat (30/4/2021) dari laman Republika.co.id.
Arief pula mengakui bahwa pihaknya kini tengah mencermati segala kemungkinan yang ada. Contohnya, PT Berdikari yang memiliki 6.000 ha lahan di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, yang bisa dikerjasamakan atau tidak.
“Kemudian teknologinya dari teman-teman luar seperti Belgia, atau ke depan juga ada Meksiko, atau ada Australia yang paling dekat. Semua kita buka possibility-nya,” ungkap Arief.
Kabar ini pun, lanjutnya, seolah jadi respons positif terhadap rencana Menteri BUMN Erick Thohir yang mau membeli peternakan sapi di Belgia dalam mendukung upaya transformasi ketahanan pangan.
Arief menuturkan, RNI pun telah menyambut baik ide tersebut. Sebagai calon induk holding pangan, perusahaan tengah melakukan rencana transformasi pangan dari beberapa komoditas.
Salah satunya ialah daging sapi untuk peningkatan ketahanan pangan serta inklusifitas nilai tukar peternak. “Bagi kami, rencana Menteri Erick membeli peternakan sapi Belgia merupakan terobosan transformasi pangan komoditas sapi,” ujar Arief.
Melansir, Jumat (30/4/2021) dari situs CNNIndonesia.com, Arief mengungkapkan bahwa alasan di balik rencana Menteri BUMN Erick Thohir membeli peternakan sapi di Belgia disebabkan kualitas sapi di peternakan Belgia bagus.
“Kenapa kemarin Belgia? Karena beliau melihat ada sapi di sana namanya Belgian Blue beratnya kurang lebih 900 kilogram sampai dengan 1,2 ton,” ujar dia dalam konferensi pers usai FGD Konsolidasi BUMN Pangan, Kamis (29/4).
Selanjutnya, niat Erick tersebut disampaikan kepada Duta Besar Indonesia untuk Belgia Andri Hadi lewat sebuah webinar belum lama ini.
Hal tersebut, ucap Arief, ditindaklanjuti oleh RNI dengan bertemu dengan atase perdagangan di Belgia dan mengundang akademisi serta tokoh pangan untuk menilai rencana tersebut.
“Banyak yang kami pelajari, ini belum final tapi ini terobosan yang harus dilakukan oleh klaster pangan, karena problem dan tantangannya (sektor peternakan) sama tiap tahun tapi perlu terobosan,” jelas Arief.
Tidak hanya perihal rencana membeli peternakan, ia mengungkapkan Erick pun mempertimbangkan untuk mendatangkan investor ke peternakan di Indonesia.
Dalam hal ini, mereka nantinya bekerja sama dengan BUMN terkait. “Juga alternatif yang kami buka apabila kami membawa perusahaan dari luar untuk masuk ke Indonesia sebagai investor, apakah sebagai mayoritas atau minoritas, 51:49 itu bisa kami diskusikan,” terangnya.
Tak hanya dari Belgia, pemerintah juga membuka peluang serupa bagi negara lain yang memiliki peternakan sapi. Misalnya, dari Australia dan Meksiko.
Sebelumnya, Erick menyampaikan rencana membeli peternakan sapi di Belgia kepada Dubes Indonesia untuk Belgia Andri Hadi. Pembelian akan dilakukan lewat perusahaan pelat merah.
“Kalau ada peternakan sapi di Belgia Pak Dubes, mau dijual pak. Peternakannya Pak Dubes kalau ada,” ungkap Erick beberapa waktu lalu.
Nantinya, peternakan tersebut ditargetkan menjadi pemasok kebutuhan daging sapi di Indonesia. Pasalnya, Erick ‘gemas’ karena Indonesia selalu impor daging sapi setiap tahun.
“Masa Indonesia impor sapi terus 1,5 juta setiap tahun. Kalau peternakan nanti BUMN yang beli,” ujar Erick. (*)