Mediatani – Seorang petani bernama Luki Lukmanulhakim (46) asal Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, sukses mengembangkan tanaman asli Hutan Amazon Peru, bernama sacha inchi.
Di atas lahan seluas 2.000 meter persegi, Luki berhasil melakukan panen perdana. Lokasi lahan tersebut tepatnya berada di Kampung Lebak, Desa Cirumput, Kecamatan Cugenang, Cianjur.
Luki mengaku ketertarikannya untuk melakukan budidaya pada tanaman ini setelah pertama kali mendapat informasi jenis tanaman sacha inchi dari koleganya yang baru pulang dari Vietnam.
“Waktu itu saya dapat 40 biji, lalu saya kembangkan dan dapat 100 bibit untuk kemudian saya kembangkan di sini. Alhamdulilah sekarang bisa panen perdana,” kata Luki dilansir dari kompas saat ditemui di kebunnya, Rabu (22/7/2020).
Mengetahui permintaan pasar Indonesia akan sacha inchi sangat tinggi, Luki pun bertekad untuk menanamnya secara lebih luas lagi.
Tanaman yang punya nama latin Plukenetia volubilis ini masih terbilang langka di kalangan petani setempat. Namun, suplai atau pasokan dari petani lokal terbilang minim.
“Padahal, sacha inchi ini jenis superfood. Selain kaya nutrisi, juga punya nilai jual yang sangat fantastis,” ujar dia.
Berdasarkan keterangan Luki, sacha inchi diproduksi dan dijual di pasar dalam bentuk minyak yang digunakan sebagai produk kesehatan, suplemen dan kecantikan. Dari referensi yang didapat, pangsa pasar minyak sacha inchi sangat tinggi, karena produk ini kaya nutrisi dan sumber omega 3, 6, dan 9.
Selan itu, sumber omega 3 yang terkandung dalam minyak sacha inchi, 17 kali lebih tinggi dibanding omega ikan salmon. “Selain itu, juga diproduksi untuk kosmetik dan kesehatan. Sebagai anti aging,” ucapnya.
Sacha inchi terbilang memiliki nilai jual yang tinggi. Untuk 1 liter minyak sacha inchi saja dijual Rp 1 juta. “Kalau dijual bijian atau kacangnya itu harga Rp100.000 per kilogram. Untuk per bibit atau pohonan bisa Rp20.000 sampai Rp50.000,” sebut Luki.
Luki menuturkan, budidaya sacha inchi relatif lebih mudah, karena tanaman yang punya nama lain kacang inka ini relatif lebih tahan terhadap iklim ekstrem, seperti kemarau dan musim hujan.
“Sejak saya tanam 7 bulan lalu, belum pernah dipupuk. Namun, ada syarat tertentu untuk bisa memperbanyak buahnya. Kuncinya ada di teknik perambatan,” kata dia.
Ke depannya, Luki berencana akan menanam sacha inchi di atas lahan 100 hektar. Ia pun sedang melakukan penjajakan dengan sejumlah investor.
Luki juga menjelaskan bahwa dirinya telah siap dari segi teknologi, bibit maupun pasar. Oleh karena itu, ia akan tetap memberi peluang kepada investor lain yang juga tertarik untuk bekerja sama.