Mediatani – Ilmuwan di Australia mengungkapkan bahwa saluran air di Australia telah diinvasi oleh 360 juta ekor ikan mas selama musim hujan ini. Sedangkan di saat musim lainnya, jumlah ikan mas bisa turun hingga 200 juta.
Tim penyusun Rencana Pengendalian Ikan Mas Nasional di Australia telah mencatat biomassa dan massa jenis dari ikan tersebut dalam studi pertama yang dilakukan di Australia dan diterbitkan di jurnal Konservasi Biologis.
Data yang telah dikumpulkan oleh kelompok peneliti itu diperoleh dari 4.831 titik yang tersebar di seluruh tipe habitat ikan mas, mulai dari sungai, lembah, lahan basah, dan muara sungai yang buntu.
Kepala ilmuwan Institut Arthur Rylah Bidang Penelitian Lingkungan, Jarod Lyon menyebutkan bahwa ikan mas yang teridentifikasi sekitar 96 persen ditemukan di daerah pantai timur Australia.
“Ketika jumlahnya mulai di atas 100 kilogram, per hektar, mulai muncul dampak terhadap segala jenis biota, tumbuhan air, ikan, dan burung dan binatang lainnya.”
Pada beberapa lahan basah, tambahnya, jumlah ikan yang terdapat di wilayah itu bisa mencapai hingga 1.000 kg per hektar dan dampaknya jauh lebih besar dari apa yang selama ini kita ketahui.
Dr Lyon mengungkapkan penelitian tersebut dilakukan di beberapa titik yang meliputi lahan basah di Victoria, dataran banjir di ‘Lower Murray-Darling’ Australia Selatan, dan daerah tangkapan air Sungai Lachlan.
Ikan mas (Cyprinus carpio) di Australia dikenal dengan nama ‘common carp’. Ikan ini suka memakan lumpur dan merusak kualitas air. Menurut Dr Lyon, ikan tersebut telah mengancam keanekaragaman hayati di Australia.
Pengendalian populasi ikan mas
Sebelumnya, Pemerintah federal Australia telah berencana akan menggelontorkan dana sebesar 15 juta dolar Australia untuk digunakan dalam penelitian tentang kemungkinan adanya penyebaran virus herpes ikan mas yang dianggap kontroversial pada bulan Mei 2016 silam.
Namun nelayan komersil, seperti Garry Warrick dari Barmera, di Riverland, Australia Selatan ragu terhadap adanya virus herpes ikan mas dan dampak yang ditimbulkan terhadap spesies lainnya jika ikan tersebut mati.
“Kita tidak akan bisa mengambil semua ikan mas yang ada, bahkan jika ada virus,” kata Garry.
Menurutnya, pengambilan 50 persen ikan tersebut adalah kemugkinan yang terbaik dalam jangka panjang. Ia yang juga dilibatkan dalam beberapa eksperimen tim Rencana Pengendalian Ikan Mas Nasional di sungai ‘Riverland’, khawatir terhadap hasil penelitian tersebut.
“Mereka meletakkan enam ikan mas mati ke sungai untuk melihat dampaknya dan malah membunuh ikan mas yang hidup karena mereka kehabisan oksigen dan airnya berubah menjadi hitam,” ungkap Garry.
Perubahan buruk akibat adanya ikan mas
Dalam satu kali masa pembuahan, ikan mas betina mampu menghasilkan 300.000 telur dan akan berpotensi untuk menghasilkan 1 juta telur pada masa pembiakan.
Meskipun masih belum jelas apakah upaya pelepasan virus herpes ikan mas akan dilanjutkan, namun menurut Dr Lyon, penelitian ini juga dapat digunakan sebagai teknik kontrol lokasi yang spesifik, seperti kandang dan pemindahan manual.
Di tingkat spesies, tambahnya, kegiatan ini tidak akan menimbulkan banyak perubahan, namun dampak yang dihasilkan bisa sangat kuat dan positif di level situs dimana komunitas dapat ambil bagian dalam program pengurangan ikan mas.
Saat ini Garry turut membantu menyelamatkan habitat ikan mas tersebut. Ia menangkap ikan mas yang terdapat di Lake Bonney dan anak sungai lainnya.
Garry mengaku, selama 35 tahun terakhir, ia telah menyaksikan banyak perubahan di habitat air dari pengalamannya memancing. Ia juga yakin bahwa salah satu masalah terbesarnya adalah kurangnya sungai yang berada di daerah tinggi.
“Ikan mas berkembang biak karena sungainya tidak mengalir, mereka membawa lumpur ke sungai, jumlahnya sudah terlalu banyak hingga mengalahkan spesies aslinya,” katanya.