Mediatani – Petani sawit meminta pemerintah untuk segera mempercepat proses ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) beserta turunannya.
Pasalnya, meski hingga dua pekan semenjak Presiden Joko Widodo (Jokowi) mencabut larangan ekspor minyak goreng dan CPO, harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit masih juga rendah
Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Gulat Manurung menyebutkan, untuk petani swadaya (non-mitra) harga TBS sekitar Rp 1.700/kg, untuk petani bermitra harga TBS sekitar Rp 2.200/kg dan untuk Harga Pokok Produksi (HPP) mencapai 2.250/kg TBS.
“Artinya, petani sawit swadaya sudah tekor rata-rata Rp450 per kg TBS dan petani bermitra Rp110 per kg TBS. Yang paling beratnya adalah di petani swadaya ada lagi namanya potongan timbangan sampai 10-15% oleh PKS,” ungkap Gulat pada Selasa (7/6/2022).
Menurutnya, kondisi harga TBS petani tidak berbeda dengan saat Jokowi menetapkan larangan ekspor. Harga TBS turun setiap hari selama sepekan terakhir. Selain itu akibat mulai penuhnya tangki timbunan CPO di PKS, mereka menolak membeli TBS dari petani.
Di lain sisi, perusahaan refinery juga mengurangi pembelian CPO dari PKS dikarenakan alasan tangki penimbunan yang mulai penuh akibat ekspor yang belum berjalan.
Hal tersebut juga disampaikan oleh Sekjen Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS), Mansuetus Darto. Menurutnya, harga TBS petani sempat turun menjadi Rp 1.200/kg sejak dicabutnya larangan ekspor. Harga tersebut merupakan harga terendah sejak akhir tahun 2020.
Padahal, tambah Darto, setelah presiden Jokowi mengumumkan perihal pencabutan larangan ekspor, harga TBS petani masih berada di kisaran Rp 1.600/kg. Ia mengakui, pembelian TBS masih berjalan dengan lancar.
“Hanya masalah harga, kaget saja di petani dan kemudian resah. Sebab sudah 2 tahun harga selalu di atas Rp2.000 sampai Rp3.500. Tiba tiba berubah total. Kaget dan resah,” ungkap Darto
Di lain sisi, Darto mengungkapkan, sampai saat ini dirinya belum mendapat informasi terkait dengan pabrik kelapa sawit yang dikabarkan tutup. Jika ada pabrik yang tutup, bisa jadi disebabkan karena adanya masalah teknis di pabrik, seperti mesin rusak atau yang lainnya.
Darto juga menambahkan Terkait dengan target Menko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan agar harga TBS petani dijaga tidak kurang dari Rp2.500 itu sulit direalisasikan.
Gulat menerangkan, harga yang dimaksud oleh Luhut adalah di atas dari harga modal. Keunikan dari sawit yaitu, harga dari komoditas ini tidak dihitung dari HPP, akan tetapi terbentuk dari tender CPO internasional, kemudian ditransmisi ke tender CPO di KPBN dan menjadi penetapan harga TBS petani di Dinas Perkebunan Provinsi.