Mediatani – Sebagian besar petani di Kabupaten Jembrana mengalami nasib yang kurang menguntungkan. Pasalnya, sebagian tanaman padi mereka mengalami kondisi rebah, padahal mereka akan mengadakan panen raya dalam waktu dekat.
Permasalahan padi rebah yang mereka alami disebabkan oleh faktor cuaca yang ekstrem atau dampak perubahan iklim yang terjadi belakangan ini.
Hal itu pun membuat petani menjadi merugi, bahkan ada yang sampai rela untuk memanen secara manual untuk diolah secara mandiri menjadi bahan makanan pribadi.
“Ini kemarin karena hujan lebat. Sebagian besar padi saya rebah. Dari puluhan are, hanya sebagian kecil yang tidak rebah, sisanya rebah selesai hujan lebat kemarin,” ungkap salah seorang petani di Jembrana, Jumat (24/6/2022).
Dia menambahkan, pihaknya terpaksa membiarkan padi mereka untuk sementara. Bahkan, dia berencana untuk memanen padinya secara gotong-royong bersama keluarga dan petani lainnya.
“Rugi sudah pasti merugi. Apalagi kondisinya sudah rebah, biasanya biji padi sudah berjatuhan ke tanah. Solusi awal adalah kita rencana panen secara manual saja. Nanti kita olah saja untuk pribadi, itung-itung pakai stok,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Wayan Sutama menerangkan, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kondisi tersebut (padi rebah).
Pertama, yaitu dampak dari perubahan iklim. Kemudian, bisa juga disebabkan oleh pemilihan varietas bibit padi yang salah, termasuk juga akibat keliru dalam pemberian pupuk.
“Biasanya dalam kasus ini yang harus diperhatikan betul adalah varietas benihnya, dan pemilihan pupuk yang tepat. Karena aplikasi pupuk tidak berimbang cenderung menggunakan pupuk dengan kandungan N (nitrogen) tinggi, unsur P (fosfor), K (Kalium) yang kurang, serta unsur mikro lainnya,” kata Sutama.
Ketua Komisi II DPRD Jembrana, I Ketut Suastika juga angkat bicara menanggapi kondisi banyaknya padi rebah yang terjadi di Jembrana saat ini. Apalagi pihaknya juga mendapat banyak masukan atau keluhan dari para petani, mengingat banyak petani yang bakal panen.
Menurutnya, pemerintah harus mencari solusi untuk mengatasi permasalahan ini. Minimal para petani memperoleh jaminan perlindungan. Ia juga berharap ada kebijakan yang dapat membantu para petani saat beraktivitas di bidang pertanian mulai dari menanam hingga panen.
“Kami harap pemerintah bisa meringankan kawan kita para petani menjelang panen. Karena kita ketahui saat ini banyak yang mengalami padi rebah ini yang tentunya berpengaruh pada proses panennya nanti,” kata Suastika.
Pria yang akrab disapa Cohok Suastika ini mengatakan, upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah yaitu memanfaatkan asuransi pertanian dan perbankan. Kemudian juga dapat memanfaatkan anggaran biaya tak terduga (BTT) untuk membantu para petani.
“Dari segi perbankan mungkin pemerintah bisa membantu agar para petani dapat penangguhan KUR (kredit usaha rakyat) Pertanian. Tujuannya agar tidak menyurutkan niat petani untuk menjaga swasembada pangan di Kabupaten Jembrana ini,” tegasnya.
Suastika juga menilai, kondisi ini kerap dialami oleh para petani di Jembrana, bahkan di Bali. Mereka kerap mengalami kesulitan bahkan merugi saat menjelang panen.
“Jadi sangat miris sekali ketika para petani kita yang bekerja keras menjaga pangan kita, dna ketika terlebit dengan kondisi merugi saat ini belum mendapat penanganan atau perlindungan,” ungkap Suastika.