Mediatani – Ikan bilih termasuk sebagai salah satu jenis ikan endemik yang populasinya terdapat di kawasan perairan danau Singkarak, Sumatera Barat. Namun belakangan, populasi ikan ini dikembangkan pada ekosistem perairan lainnya, yakni di kawasan danau Toba, Sumatra Utara.
Proses pengembangan ekosistem ikan bilih ini dilakukan karena sebelumnya populasi ikan ini terancam punah di danau Singkarak. Selain karena aktivitas penangkapan, danau tersebut juga menjadi tempat membuang berbagai jenis limbah, sehingga terus mengancam kehidupan ikan endemik ini
Namun berkat adanya pengembangan ekosistem ikan bilih itu, masyarakat sekitar memperoleh dampak yang sangat baik. Karena peningkatan populasi ikan ini membuat hasil tangkapan masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan juga ikut meningkat.
Bertambahnya hasil tangkapan dari para nelayan membuat mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Terlebih, ikan bilih ini memilik harga yang lumayan mahal, yaitu berkisar Rp60-70 ribu/liter. Bahkan, ikan ini sempat menjadi salah satu komoditas ekspor.
Ikan dengan nama latin Mystacoleuseus padangensis ini kerap disamakan dengan ikan teri. Namun faktanya, ikan ini memiliki ukuran yang sedikit lebih besar dari ikan teri, bentuknya juga lonjong dan pipih dengan panjang 6-12 centimeter.
Berikut sederet fakta tentang ikan bilih yang dirangkum Mediatani dari berbagai sumber.
Ada yang menyebutnya Dubilih
Penyebutan dubilih tersebut adalah hal yang keliru. Karena kata bilih dan dubilih memiliki pengertian yang berbeda dalam bahasa Minang. Kata bilih merupakan pelafalan kata bilis dalam Bahasa Minang. Sedangkan dubilih artinya adalah setan atau iblis.
Habitat asli Sumatera
Jenis ikan air tawar ini merupakan ikan endemik Sumatera dan tidak dapat ditemukan di daerah lain. Beberapa perairan yang menjadi habitat ikan ini diantaranya, yaitu di Danau Singkarak, Danau Maninjau dan Danau Toba. Selain di danau, ikan ini juga terdapat di sungai yang bermuara ke Danau Singkarak salah satunya Batang Kuantan di Kabupaten Kuantan Singingi.
Diolah menjadi berbagai jenis masakan
Di Minangkabau, ikan bilih diolah menjadi berbagai jenis masakan. Salah sataunya yatu ikan bilih balado, dimana ikan ini digoreng kering lalu campurkan dengan bumbu balado yang pedas dan gurih. Dalam penyajiannya, ikan ini biasa dilengkapi dengan petai, jengkol, atau kentang goreng agar lebih nikmat.
Ikan bilih juga dapat diolah menjadi pepes atau dipalai. Olahan ikan bilih ini menggunakan campuran kelapa yang telah diberikan bumbu kemudian dibungkus dengan daun pisang dan dibakar. Selain itu, ada juga pangek ikan bilih yaitu masakan ikan bilih yang bumbunya terdiri dari cabai, kunyit, bawang putih, bawang merah, dan jahe.
Pengemasan ikan bilih
Untuk mendapatkan ikan bilih, kita dapat menemukannya di pasar tradisional hingga marketplace. Di pasar tradisional, ikan bilih yang ditemukan berupa ikan bilih yang masih basah serta yang telah digoreng. Ikan bilih dalam keadaan basah biasanya dijual oleh penjual dengan cara dionggok atau disusun di atas daun pisang.
Ikan bilih ini dibanderol dengan harga yang cukup beragam. Ikan bilih yang telah digoreng dipatok dengan harga Rp75 ribu per 250 gram. Sedangkan untuk ikan yang masih basah dijual dengan harga Rp10 ribu per daun.
Introduksi ke Danau Toba
Akibat adanya penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, populasi ikan bilih di Danau Singkarak menjadi menurun. Maka dari itu, pada tahun 2003 lalu, dilakukan upaya penyelamatan melalui introduksi ke habitat baru di Danau Toba.
Alhasil, ikan bilih dapat hidup dan berkembang di Danau Toba. Saat ini terdapat sentra penangkapan ikan bilih di muara sungai Sipiso-piso, Tongging dan Sungai Naborsahan di Ajibata.