Sudah Layakkah Petani Indonesia Beralih ke Padi Hidroponik?

  • Bagikan
Padi hidroponik

Mediatani – Masalah keterbatasan lahan sudah sering menjadi kendala yang dihadapi dalam produksi pertanian. Cara yang ditempuh salah satunya dengan kegiatan cocok tanam di lingkungan rumah perkotaan dengan memanfaatkan lahan yang ditanami berbagai jenis komoditas sayur-sayuran bahkan tanaman buah semusim. Namun seiring berjalannya waktu, padi sudah dilirik dan diminati masyarakat kota menjadi komoditas andalan model ini.

Padi hidroponik merupakan inovasi penanaman padi yang dikenalkan sebagai alternatif dalam membudidayakan padi tanpa memerlukan lahan ekstra atau tanah. Membudidayakan padi secara hidroponik populer seiring dengan meningkatnya kapasitas manusia dalam berfikir secara lebih rasional. Menanam padi tanpa tanah jauh lebih unggul disebabkan tidak adanya biaya persiapan tanah.

Tingkat kebutuhan masyarakat akan padi terus bertambah seiring dengan bertambahnya pula tingkat populasi masyarakat negara yang mengkonsumsi padi sebagai makanan pokok dan menyempitnya lahan pertanian dikarenakan relokasi lahan pertanian menjadi kawasan industri dan tempat tinggal. Selain itu, faktor produksi seperti gagal panen menyebabkan beras langka yang berujung harga beras melambung.

Padi (oryza sativa) merupakan tumbuhan dengan kadar karbohidrat tinggi yang berasal dari India dan Indochina. Padi menjadi tumbuhan populer yang dikarenakan tumbuhan penghasil beras tersebut dijadikan makanan pokok oleh hampir seperempat negara di dunia. Produksi padi seluruh dunia bahkan menduduki peringkat ketiga di bawah jagung dan gandum sebagai bahan makanan pokok masyarakat.

Petani Indonesia menghadapi berbagai tantangan dari proses penanaman padi hingga panen tiba. Selain minimnya proteksi, subsidi terhadap bahan pertanian, dan pupuk, petani harus dihadapkan dengan terbatasnya teknologi yang mengakibatkan proses penanaman padi menjadi lamban serta tertinggal dibandingakan negara lain. Petani juga harus menghadapi harga beras yang tidak stabil.

Belum lagi masalah persebaran pupuk dan bibit padi yang tidak merata. Petani desa dan daerah pelosok sering kali mendapat jatah pupuk dan bibit terbelakang dan terbatas. Hal tersebut menjadikan para petani desa dan pelosok lamban dalam penanaman. Selai itu keterbatasan bibit dan pupuk yang mereka terima sering kali menjadi faktor kelangkaan beras di daerah mereka.

Para inovator pertanian Indonesia terus menggerakkan para petani untuk mencoba membudidayakan tanpa tanah. Langkah tersebut tentunya tidak se gampang yang diduga. Banyak petani terutama petani pedesaan yang belum memahami apakah yang dimaksud dengan padi hidroponik. Tentu merupakan tantangan tersendiri bagi para innovator pertanian untuk terus memberikan arahan kepada para petani.

Faktor tersebut menjadi penentu apakah sudah layak para petani Indonesia beralih ke sistem penanaman padi tersebut. Kendati sudah banyak program pertanian yang memberikan arahan kepada para petani baik secara langsung maupun melalui media elektronik, masih saja ada petani pelosok yang justru sama sekali tidak mendapat akses informasi dikarenakan keterbelakangan teknologi.

Jangankan untuk mengakses informasi, mereka harus mengandalkan tenaga manusia untuk mengolah tanah, persiapan persemaian, pembuatan irigasi, persiapan cadangan air yang cukup, panen, dan berbagai proses yang dilakukan sendiri tanpa menggunakan teknologi mesin yang memadai. Selain Menguras tenaga, cara tersebut juga boros akan biaya dan membutuhkan waktu yang relative lama.

Selain itu, menanam padi secara hidroponik juga dirasa tidak masuk akal bagi para petani yang mind-set nya sudah tertanam bahwa padi hanya bisa ditanam dalam tanah. Para innovator pertanian yang bekerja sama dengan pemerintahan harus mampu memengaruhi, menyadarkan, mengarahkan, mendidik dan menyuguhi bukti konkret akan keberhasilan dan efektivitas cara tersebut kepada para petani.

Keunggulan Pertanian Padi Hidroponik

  1. Biaya mesin traktor dan mesin pemotong rumput liar dapat dihilangkan. Petani tidak perlu menyewa mesin traktor maupun pemotong rumput karena area pertanian yang digunakan bukan lagi sawah melainkan wadah plastik.
  2. Biaya pengolahan tanah yang dapat di pangkas. Karena tidak menggunakan tahan, maka biaya yang biasa digunakan pengolah tanah sawah dapat digunakan sebagai biaya lainnya.
  3. Biaya pembuatan irigasi sudah tidak diperlukan lagi karena dibawah akar padi ini sudah terdapat banyak air.
  4. Biaya angkut ketika panen dapat diminimalisir karena tidak membutuhkan pengangkutan massal.
  5. Menghemat waktu panen sehingga dalam setahun petani mampu menanam 4-5 kali berturut-turut.

Beberapa keunggulan menanam padi hidroponik memang cukup menggiurkan bagi para petani yang sudah paham mengenai tata cara dan keunggulan padi tanpa tanah. Namun tetap saja para petani enggan mencoba menanam dalam skala besar dikarenakan memang biaya awal memerlukan budget yang besar, petani tidak terbiasa dengan sistem, dan kekhawatiran akan risiko gagal panen.

 

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version