Mediatani – Nama jeruk purut masih terdengar asing bagi masyarakat Garut, Jawa Barat. Keberadaan tanaman ini di Garut pun masih dikatakan sebagai tanaman liar.
Namun siapa yang menyangka jika si mungil ini menyimpan segudang potensi yang dapat diolah menjadi ragam olahan untuk dunia kesehatan, terutama minyak atsiri yang menjadi bahan dasar minyak wangi dan produk lainnya.
Dilansir dari SariAgri – Ketua Paguyuban Petani Jeruk Purut Pucuk 8 Garut, Yuyu Karyudin Yunantara mengatakan bahwa, potensi jeruk purut sebagai bahan dasar atau bibit olahan untuk dunia kesehatan, baru ditemukan dalam dua tahun terakhir ini.
Saat itu ada seorang pensiunan lembaga sertifikasi nasional pelat merah berhasil mendapatkan formula minyak atsiri berbahan jeruk purut dengan kualitas mumpuni.
“Produk kami sangat cocok menjadi bahan dasar parfum kelas premium,” kata Yuyu (28/3/2021).
Awalnya banyak buah jeruk purut sisa ekspor yang dibuang atau dibiarkan membusuk dan dijadikan pupuk organik, namun kini tidak lagi sebab ditemukannya formula minyak atsiri tersebut.
“Dulu bahkan sengaja dibuang ke sungai karena kami belum tahu akan diolah menjadi apa,” ungkapnya.
Perlahan namun pasti, formula minyak atsiri jeruk purut mulai terendus di kalangan industri kesehatan dan kecantikan sebagai bahan dasar minyak wangi.
“Menjual dalam kapasitas besar belum sebab masih terbentur produksi,” kata dia.
Kini setelah diolah secara langsung oleh anggota kelompok paguyuban, beberapa produk alami pun berhasil dibuat, seperti sabun cuci piring, sabun mandi, sabun kecantikan, hand sanitizer, pembersih lantai, hingga parfum.
“Wangi jeruk purut terbilang pekat, sehingga bagus untuk menjadi ragi (bahan baku)” kata dia.
Yuyu mengungkapkan, selain cocok untuk industri kesehatan, buah ini pun bisa digunakan sebagai bahan dasar industri parfum dunia sebab susunan senyawa kimia minyak atsiri jeruk purut asal Garut, diketahui menyerupai minyak atsiri Bergamot Italia.
“Informasinya harga minyak atsiri jeruk purut di pasaran dunia mulai dijual Rp550 ribu hingga Rp2 juta per liter tergantung kualitas,” ungkap dia.
Sekarang proses penyulingan minyak atsiri jeruk perut asal Garut masih dilakukan dengan sederhana. Dari 50 kilogram (kg) bahan jeruk purut, baru bisa menghasilkan sekitar 0,5 liter minyak atsiri.
“Randemen minyak atsiri jeruk purut kami terbilang bagus untuk industri minyak wangi,” ujarnya.
Kelebihan dari minyak atsiri jeruk purut ini ada pada warnanya yang lebih mengkilap bening ke hijau-hijauan dibanding bergamot yang agak kuning.
Kemudian, aroma minyak atsiri jeruk purut juga lebih tajam, serta harga minyak atsiri jeruk purut asal Garut lebih murah jika dibandingkan dengan minyak atsiri asal negeri Italia tersebut.
“Sudah ada empat eksportir meminta namun belum kami sanggupi sebab belum mampu berproduksi banyak,” katanya.
Selain produksi yang masih minim, dukungan peralatan serta laboratorium pun belum memadai sehingga belum berproduksi dengan konsisten.
“Sebenarnya tinggal duduk bersama antara dinas pertanian Garut, kemudian provinsi Jawa Barat termasuk balai penelitian Kementan untuk merancang pengembangan minyak atsiri jeruk purut ini,” ujarnya.
Melihat potensi pasarannya yang besar, Yuyu berharap agar Garut dapat menjadi Pusat Jeruk Purut Pucuk 8, selaras dengan manisnya jeruk Garut.
“Sebenarnya ada juga (jeruk purut) di Tulungagung (Jawa Timur), namun Garut memiliki potensi besar menjadi sentra jeruk purut di Indonesia,” ungkapnya.
Dengan jumlah potensi tanam saat ini yang sudah mencapai 20 ribu pohon, Yuyu berharap agar produksi jeruk purut Garut dapat memenuhi angka 3-4 ton per bulan pada akhir 2022 mendatang.
“Minimal permintaan ekspor 7 ton per bulan kami mulai bisa sanggupi setengahnya,” ujarnya.