Sulap Daun Kelor Jadi Cokelat, Wanita Asal Bantul ini Raup Omzet Jutaan Rupiah

  • Bagikan
Sumber foto: detik.com

Mediatani – Seorang warga Kabupaten Bantul sukses meraup omzet hingga belasan juta rupiah dari usaha “Kelorida”. Pemilik usaha Kelorida ini adalah Siti Haida Hutagaol. Kesuksesannya itu diraih setelah berhasil menyulap daun kelor menjadi cokelat. 

Haida menceritakan awal dirinya tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Ngudi Rejeki sejak tahun 2015. Sejak tergabung dalam kelompok tani tersebut, ia mempelajari khasiat dari daun kelor. Hingga pada akhirnya, Haida me-launching produk minuman dari daun kelor.

“Tadinya memang kelor tidak memiliki nilai jual, secara pribadi saya juga tidak tahu kalau kelor bisa diolah. Ternyata bisa diolah dan 2015 belajar kandungan di kelor dan ternyata banyak nutrisinya dan mulai memproduksi teh kelor baik teh tubruk dan teh celup, kapsul, masker kecantikan hingga cokelat kelor,” kata Haida, dilansir dari detik.com, Rabu (24/8/2022).

Untuk menjalankan usahanya, Haida memberdayakan kelompok KWT Ngudi Rejeki yang beranggotakan 20 orang untuk menanam pohon kelor. Kemudian, daun kelor disetorkan kepada Haida untuk dijadikan bahan baku.

“Dari situ anggota yang men-support bahan dan di Kelorida yang memproduksinya. Hal itu yang membuat kelompok terpacu mengolahnya, sekarang sudah ada 20 sekian varian dari Kelorida,” terang Hilda.

Haida menceritakan awal mula dia membuat cokelat kelor. Saat itu ia berusaha untuk menarik minat anak yang susah makan sayur utamanya daun kelor, meskipun daun kelor ini sudah sering digalakkan oleh posyandu setempat karena kaya akan khasiat dan manfaat.

“Banyak anak-anak sering kali konsumsi ini, dari yang punya (mata) minus, lebih cepat untuk vitamin mata karena tinggi vitamin A. Apalagi dia kalau kering gini lebih tinggi (nutrisinya) dari basah bisa 17 kali lipat,” ungkapnya.

Kelor juga bagus untuk orang dewasa, bisa untuk menanggulangi asam urat dan diabetes, karena kelor bisa mendetoks tubuh.

Awalnya, cokelat batangan melewati proses pencairan. Satu kilogram cokelat putih dicampurkan dengan 100 gram tepung kelor. Setelah tercampur rata, adonan dimasukkan ke dalam cetakan plastik yang berbentuk persegi panjang. Jika suhunya mulai dingin, cetakan berisi cokelat kelor dimasukkan ke dalam lemari pendingin.

Untuk pemasarannya, Haida sudah memasarkan produknya di Yogyakarta International Airport (YIA), Bandara Adisutjipto, empat koperasi khususnya Dinas Pertanian DIY, hingga 30 toko jejaring di Kabupaten Bantul melalui display produk UMKM, bahkan ada juga yang berasal dari luar DIY.

“Biasanya yang rutin dari Bali, dari Bali itu dia kirim ke Dubai ke temannya. Setiap bulan sekali beli 30-60 botol kapsul kelor, dari 2016 sampai sekarang,” ungkapnya.

Sementara untuk keuntungannya, Haida mengaku usahanya ini cukup menjanjikan. Bahkan di saat produk lain mengalami kerugian ketika pandemi COVID-19, permintaan teh dan kapsul kelor meningkatkan karena dinilai bisa meningkatkan imunitas.

“Tapi kalau untuk omzet puji Tuhan, ini sudah di atas Rp 15 juta per bulan. Kalau pameran, ikut sekali pameran bisa dapat Rp 15 juta,” ungkapnya.

Rencananya, Haida berharap aga bisa mengekspor sendiri produknya. Haida juga menginginkan agar dia bisa punya pabrik teh celup sendiri.

“Saya ingin ekspor produk Kelorida. Selain itu ingin punya pabrik teh celup sendiri karena selama ini masih kerjasama dengan pabrik teh celup agar lebih higienis dan punya ISO,” pungkasnya.

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version