Mediatani – Setelah pandemi Covid-19 yang melanda dunia, semua pihak baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat umur menaruh perhatian yang besar kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Hal ini dilakukan karena UMKM dinilai punya peran yang strategis untuk mendorong pemulihan ekonomi dalam negeri. Salah satu UMKM adalah Kelompok Wanita Tani (KWT).
Kehadiran kelompok tani dinilai mampu menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi angka pengangguran dan kesejahteraan pekerja. Selain itu, KWT juga dapat berinovasi dan terampil dalam membuat suatu produk.
Hal inilah yang mendorong Dosen Politeknik Negeri Sambas (Poltesa) untuk mengadakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di Kabupaten Sambas yang berlangsung sejak pertengahan bulan Juli 2022.
Kegiatan ini mengangkat tema “Penilaian Nilai Tambah Produk melalui Pemanfaatan Limbah dari Kulit Ubi Kayu pada KWT Berkat Usaha. KWT yang dibentuk sejak tahun 2013 ini diketuai oleh Ibu Hamilah dengan beranggotakan sebanyak 15 orang.
Ketua kelompok PKM, Susilawati, SP, MMA menyampaikan bahwa kerupuk ubi kayu yang mereka olah sudah laku terjual di pasaran. Dirinya juga mengakui bahwa kesulitan yang dialami adalah saat pemasaran karena produk tradisional akan bersaing dengan produk modern.
“Kerupuk ubi kayu yang dijual dalam bentuk mentah atau belum digoreng dengan harga jual Rp 25.000/kg, pemasaran kerupuk ubi kayu ini sudah beredar di Kabupaten Sambas, Kecamatan Sambas, Tebas, Pemangkat dan daerah sekitarnya,” jelas Susilawati dilansir dari laman suarapemredkalbar.com, Selasa (27/9/2022).
Menurutnya, penjualan dan produksi kerupuk ubi kayu mengalami penurunan dan berpengaruh terhadap pendapatan anggota KWT Berkat Usaha. Ketersediaan bahan baku dan bahan penunjang dalam pengolahan kerupuk ubi kayu yang sulit diperoleh menjadi penyebabnya.
Selain mengolah kerupuk, KWT Berkat Usaha juga memproduksi stik kulit singkong dengan memanfaatkan bahan baku yang tersedia. Bahan-bahan yang dibutuhkan seperti telur ayam, bumbu-bumbu masakan, mentega, santan kelapa, dan minyak goreng untuk meningkatkan cita rasa stik kulit singkong.
Anggota PKM lainnya menjelaskan bahwa nantinya akan didesain kemasan produk agar terlihat lebih menarik ketika dipasarkan. Kemasan produk tidak hanya berfungsi sebagai pembungkus tetapi juga sebagai sarana komunikasi dan informasi terkait produk tersebut pada konsumen.
Pelatihan yang berlangsung ini diharapkan bisa meningkatkan keterampilan para anggota KWT khususnya yang ada di Kabupaten Sambas. Selain itu, juga dapat bisa memaksimalkan pemanfaatan limbah ubi kayu agar jenis produk bisa bertambah, pengolahan produk pertanian ini menjadi lebih ramah lingkungan, dan diikuti dengan bertambahnya volume penjualan. Hal ini yang kemudian berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan bagi anggota KWT Berkat Usaha.
“Melalui pelatihan pemanfaatan limbah kulit ubi kayu yang diolah menjadi stik kulit singkong, maka keterampilan dari anggota PKM ini bertambah, jenis produk olahan juga bertambah,” pungkasnya.