Terapkan Pertanian Cerdas Iklim, Petani Purworejo Gelar Sekolah Lapang

  • Bagikan
Sumber foto: solopos.com

Mediatani – Sekolah Lapang (SL) adalah salah satu cara tepat yang bisa dipergunakan oleh para penyuluh untuk melakukan transfer IPTEK pertanian. Sejumlah kelebihan dari Sekolah Lapang yang bisa diperoleh oleh para petani adalah mereka bisa belajar secara langsung di lahan usaha tani.

Tidak hanya itu, para petani juga bisa memecahkan permasalahannya secara langsung. Di tahun 2021 ini, Sekolah Lapang lahan SIMURP telah memasuki tahun ketiga.

Terkait hal ini, Syahrul Yasin Limpo selaku Menteri Pertanian RI pada berbagai kesempatan senantiasa menyampaikan bahwa, semua pelaku utama pada sektor pertanian harus mendukung dan ikut mensukseskan program utama dari Kementerian Pertanian termasuk program SIMURP.

Beberapa program utama dari Kementerian Pertanian lainnya yang harus didukung yaitu diantaranya Kostratani dan juga peningkatan pemberdayaan petani dan penyuluh.

“Semua itu adalah kunci keberhasilan dari pembangunan sektor pertanian dan pembangunan pertanian dimulai dari para penyuluhnya. Caranya yaitu dengan meningkatkan kapasitas dan keterampilan para penyuluh. Oleh karena itu, produksi pangan untuk 267 juta jiwa penduduk Indonesia bisa tercapai”, ujar Mentan SYL.

Merespon hal tersebut, Dedi Nursyamsi selaku Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber daya manusia Pertanian kembali menekankan bahwa Climatte Smart Agricultural (CSA) adalah kunci andalan SIMURP. Oleh karena itu, harus betul-betul dipahami oleh seluruh pelaksana SIMURP Pusat dan daerah.

“Implementasi Climatte Smart Agricultural (CSA) juga wajib diterapkan oleh seluruh pengelola SIMURP baik di Pusat maupun di daerah. Program SIMURP memiliki banyak kegiatan yang dapat meningkatkan produktivitas sekaligus mengubah perilaku petani. Salah satunya kegiatan Sekolah Lapang,” urai Dedi Nursyamsi.

Sekadar informasi tambahan, Dedi Nursyamsi juga menyampaikan bahwa Sekolah Lapang merupakan kegiatan belajar non formal buat para petani. Dengan adanya Sekolah Lapang, maka diharapkan para petani bisa meningkatkan pengetahuannya dan juga keterampilannya.

“Sekolah Lapangan untuk para petani dilakukan sebagai pembelajaran non formal bagi para petani. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para petani. Utamanya untuk menerapkan teknologi pertanian demi meningkatkan produktivitas hasil pertanian,” jelas Dedi.

Kabupaten Purworejo adalah salah satu lokasi SIMURP dan kegiatan Sekolah Lapang telah dilaksanakan di kelompok tani (Poktan) Maju Jaya Abadi yang terletak di Desa Seboro Krapyak BPP Banyuurip. Kegiatan ini sebagai salah satu rangkaian dari program SIMURP.

Para petani melakukan kegiatan dengan penerapan Climatte Smart Agricultural (CSA), para petani juga bisa melakukan budidaya dengan cerdas iklim. Kegiatan Sekolah Lapang ini dipandu oleh para petani yang telah lulus di Training of Farmer (TOF) dan didampingi oleh para penyuluh yang sudah mendapatkan Training  of Trainer (TOT).

Terkait hal ini, Kelik selaku Penyuluh wilayah binaan Seborokrapyak mengungkapkan bahwa dengan adanya kegiatan pembelajaran Sekolah Lapang di lokasi penerapan CSA maka para petani harus betul memahami dan mengetahui serta bisa mengubah sikap bahwa saat ini kita bisa menjadi petani yang maju, mandiri modern.

“Tentunya kita semua sangat mengharapkan bahwa pembangunan di sektor pertanian lewat program SIMURP mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para petani, khususnya di daerah irigasi dan masyarakat sekitar program SIMURP.

Menurut Kelik, program SIMURP dinilai mampu membawa perubahan terhadap pola pikir para petani tentang bagaimana cara mengelola usaha tani yang baik. Melalui Sekolah Lapang (SL) para petani diajarkan oleh penyuluh pendampingnya tentang bagaimana cara mengelola usaha tani padi sawah yang baik.

  • Bagikan