Mediatani – Tidak hanya rasanya, Komoditas cabai di pasarpun harganya juga pedas. Salah satu contohnya yaitu di Solo Raya dengan per kilonya menembus harga Rp 100 ribu. Akibatnya, masyarakat menjadi khawatir karena kenaikan harga ini.
Menyikapi hal tersebut, Syahrul Yasin Limpo selaku Menteri Pertanian menyampaikan bahwa kenaikan harga ini menjadi bagian dari siklus. Hal tersebut disampaikan saat melakukan kunjungan ke Desa Dibal, Kecamatan Ngemplak, Boyolali pada Hari Jumat (05/03/2021).
“Saya kira ini menjadi momentum, ini hanya masalah suplai saja. Jika stok cabai kembali melimpah, Insyaa Allah harganya pasti pelan-pelan akan turun lagi begitu pula sebaliknya,” ungkap Mentan SYL.
Meski demikian, Mentan SYL mengungkapkan bahwa harga yang terbilang mengalami kenaikan sebesar hampir tiga kali lipat tersebut masih dalam batas wajar. Sebab, menurutnya naik turun harga itu bersifat dinamis.
Mentan SYL mengatakan, ada sejumlah momentum seperti hari raya yang akan memengaruhi harga kebutuhan pokok. Seperti momentum ramadhan, yang sebentar lagi tiba.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Mentan SYL memberikan suplai ke beberapa daerah yang menjadi defisit panen cabai. Ke depannya pasokan cabai dari daerah lain yang lokasinya dekat sekaligus sedang melakukan panen serta produktifitasnya tinggi.
“Pada proses itu kita harus ada alternatif mendekatkan distribusi ke pasar dari komoditi yang tersedia, dan kita ambil langkah-lahkah lainnya. Dan itu sudah kami lakukan, antara Jawa dengan beberapa daerah di Maluku dan lain sebagainya,” tandasnya.
Selain itu, dalam kunjungannya ke Boyolali kali ini, Mentan SYL melakukan penanaman pohon antara lain berupa pohon kelapa dan jeruk. Tidak hanya itu, Mentan bersama dengan masyarakat, melakukan gerakan penyemprotan untuk membasmi hama Wereng Batang Coklat (WBC) pada tanaman padi.
Mentan SYL menghimbau kepada semua pihak mulai dari Pemerintah Desa, Kecamatan, Kabupaten dan juga Provinsi agar bersama-sama membenahi dan mengontrol sektor pertanian. Sehingga sektor pertanian di Indonesia bisa menjadi lebih kuat.
“Bapak Presiden Jokowi selalu mengandalkan sektor pertanian ini agar menjadi kekuatan di negeri ini, dan itu harus mampu kita wujudkan, terkhusus di Boyolali,” kata Mentan dalam sambutannya.
Pihaknya juga berharap, Boyolali bisa menjadi lokomotif hadirnya akselerasi yang berlapis untuk bisa menghadirkan upaya-upaya pertanian yang lebih kuat.
Tidak hanya di Boyolali, kenaikan harga cabai juga terjadi di Pasar Rakyat daerah Jakarta. Diketahui harga cabai melonjak hingga menembus Rp 130 ribu per kilonya.
Kementerian Pertanian mengungkapkan bahwa para petani enggan menanam lagi karena harga murah. Selain itu, masalah tersebut diperparah karena masih berada dimusim penghujan. Sehingga menyebabkan keterlambatan penanaman.
Merespon hal tersebut, Agung Hendriadi selaku Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan mengungkapn bahwa terjadi kemunduran panen cabai rawit merah di bulan ini, sehingga mengakibatkan kekurangan stok di pasar.
“Karena petani enggan menanam, berarti panen mundur, itu yang terjadi di kondisi sekarang ini. Yang bermasalah ini sebetulnya cabai rawit merah,” jelasnya pada rapat kerja membahas ketersediaan dan stabilisasi harga bahan pokok pada Jumat (5/3).
Untuk mengantisipasi agar harga tidak melonjak lebih parah lagi di ibu kota, Kementerian Pertanian telah bekerja sama dengan Asosasi Pedagang Cabe di Pasar Kramat Jati. Yaitu, dengan cara membantu pendistribusian cabai.
“Bagaimana bisa mengamankan dari sekarang sampai tanggal 20 Maret, dengan membantu distribusi mereka, sehingga harga di pasar tidak sampai Rp120-130 ribu,” jelasnya.
Untuk solusi jangka panjang, ia menyebut pemerintah akan membantu petani membangun shelter penanaman, sehingga cabai bisa dipanen meski musim hujan melanda.