Mediatani – Sudah tiga tahun belakangan I Nengah Suta menjabat sebagai Kepala Desa Pempatan, Bali. Dengan jabatan itu, I Nengah memiliki program andalan untuk memajukan perekonomian desa yang dia pimpin.
Program yang diunggulkan itu yakni di bidang tani dan ternak. Hal itu dipilihnya karena warga di Desa Pempatan memiliki kategori masyarakat petani dan peternak.
Kades I Nengah menceritakan bahwa wilayah Desa Pempatan berdampingan dengan hutan. Saat satu tahun I Nengah menjabat sebagai kades, desanya itu masih tergolong desa tertinggal.
Kemudian setelah dua tahun menjabat, Desa Pempatan berhasil masuk dalam kategori desa maju.
Dia menyebut, sebelumnya, sejumlah program kerja dilakukan dilakukan dengan baik seperti membuat pasar, membuka pengelolaan daging sapi, hingga menggunakan lahan hutan yang gundul menjadi hutan kemitraan dengan izin kementerian terkait.
“Di sana kita membangun pasar, itu pun buat pabrik hutan itu karena punya potensi sapi untuk desa pempatan punya sapi. Kita pengajuan ke nasional itu pembangunan pabrik pengolahan sapi yang dikelola oleh BumDes,” kata I Nengah.
I Nengah menjelaskan bahwa pabrik pengelolaan daging sapi sudah mulai dikenal hingga di beberapa kabupaten di Bali. Dia menargetkan hasil pengelolaan daging sapi bisa mencakup hingga pasar nasional.
“Hasil daripada kegiatan pemberdayaan olahan daging sapi, kita sudah mencakup beberapa kabupaten di bali. Di satu tahun pertama, itu target ke depan kita masuk nasional pasarannya,” ujar I Nengah.
Kini dirinya sangat bersyukur dengan kemajuan desa yang dipimpinnya. Tak hanya itu saja, I Nengah juga sangat bangga dengan masyarakat di Desa Pempatan, karena mampu bekerja sama hingga bisa menjadi desa maju dan mandiri.
“Syukur sampai hari ini, itu hasil madu berbuah manis. untuk warga itu. pemasarannya termasuk level nasional, antar daerah sudah, sampai daerah Jawa, Jakarta pengirimnya.
Tapi pengelohannya oleh kelompok-kelompok di masyarakat. Sudah gitu pasar rakyat sudah dibangun. Yang mana awalnya itu penduduk wilayah desa itu belanjanya jauh, sekarang di desa sendiri,” jelas I Nengah.
Sosok lainnya yang juga inspiratif ialah Yuda Yusuf Danial (36). Bedanya, Yuda mundur dari jabatan aparatur desa dan memulai kisah suksesnya yang ternyata juga melibatkan warga setempat.
Dia menyatakan mundur dari jabatan aparatur desa dan memilih jadi peternak kambing perah. Dia pun mengajak bermitra dengan 6 orang warga sebagai binaan.
Langkah hijrah yang dipilih Yuda pada faktanya kini pun tidak sia-sia. Mantan mahasiswa Fakultas Pertanian Unigal 3 semester tersebut kini menjadi peternak kambing perah yang sukses dan menjadi satu-satunya di Ciamis.
Yuda juga merupakan pemain tunggal kambing perah di Tatar Galuh Ciamis. “Alhamdulillah, jumlahnya sekarang 135 ekor. Semuanya jenis Sapera (Sanen Peranakan Etawa),” ujar Yuda Yusuf Danial kepada Tribun saat ditemui di kandang dombanya yang mentereng tak jauh dari kediamannya di Kampung Rancawiru Rt 03 RW 07 Dusun Pasir Kadu Desa Petir Hilir Kecamatan Baregbeg Ciamis Rabu (24/3), melansir, Kamis (25/3/2021) dari situs jabar.tribunnews.com.
Dari jumlah 135 ekor kambing Sapera tersebut, dikatakan Yuda, di antaranya 4 ekor penjantan, 61 ekor anak dan dara, 35 ekor betina yang lagi bunting juga 35 ekor induk yang lagi masa laktasi (menyusui).
“Ke-35 ekor induk yang lagi masa laktasi itulah yang kini setiap hari diperah. Setiap ekornya diperah 2 kali sehari. Pagi dan sore,” katanya. Sebagaimana telah diberitakan mediatani.co, kamu bisa baca kisah selengkapnya dengan klik di sini. (*)