Mediatani – Pemeritah Kabupaten (Pemkab) Boyolali, Provinsi Jawa Tengah memperketat alih fungsi lahan pertanian berkelanjutan sebagai upaya untuk meningkatkan produksi pangan, khususnya tanaman padi di daerah itu.
“Kami konsisten sejak beberapa tahun yang lalu, antara lain dengan memperketat alih fungsi lahan pertanian berkelanjutan untuk meningkatkan produksi pangan,” ungkap Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali, Bambang Jiyanto, di Boyolali, pada Senin (6/6/2022).
Sebelumnuya, berkaitan dengan pengembangan pertanian berkelanjutan, Pemkab Boyolali telah mengeluarkan Peraturan Daerah (perda) terkait Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) yang kemudian diperkuat lagi setelah dilakukan revisi pada tahun 2022.
Bambang menjelaskan, pihaknya melarang alih fungsi lahan pertanian berkelanjutan agar dapat mempertahankan produksi pertanian.
Selain itu, Pemkab Boyolali juga membuat sebuah strategi dengan melakukan perbaikan dan pengadaan sarana-sarana irigasi, peralatan, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) petani.
Tidak hanya itu, Pemkab Boyolali bahkan telah memberikan keringanan pembayaran Pajak Bumi Bangunan (PBB), khususnya di lahan-lahan pertanian berkelanjutan, terutama LP2B yang menerapkan irigasi teknis.
Pemkab Boyolali mengatakan, sudah ada sekitar 700.000 hektare lahan pertanian yang memperoleh priorita keringanan dengan tingkat keringanan pajak mencapai 90 persen.
“Misal, bayar pajak PBB Rp1 juta per tahun, mereka cukup bayar Rp100.000,” ungkapnya.
Berkenaan dengan hal itu, untuk RPJMD yang diturunkan ke Dinas Pertanian Boyolali untuk tahun 2022 menargetkan sekitar 48.606 hektare luas untuk tanam dan sekitar 48.719 hektare luas untuk panen dengan tingkat produktifitas mencapai sebesar 5,8 ton per hektare.
Berdasarkan luasan tersebut, hingga akhir tahun, target perkiraan produksi dapat mencapai sebesar 283.444 ton gabah kering giling (GKG) atau setara beras sebesar 162.605 ton.
Dari perkiraan kondisi tersebut, dapat dipastikan stok pengan di Kabupaten Boyolali akan tetap dalam keadaan aman, apalagi mengingat jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali pada tahun 2022 sebanyak 1.070.247 jiwa dengan rata-rata konsumsi beras nasional sebesar 111,58 kilogram per kapita per tahun
Semenetara untuk realisasi produksi pangan di Boyolali sampai dengan akhir Mei 2022, luas tanam telah mencapai 21.626 hektare dan luas panen mencapai sekitar 25.168 hektare dengan produktifitas mencapai sebesar 5,7 ton per hektare.
Disamping itu, produksi GKG mencapai sebanyak 145.002 ton atau setara beras sebanyak 83.214 ton per hektar. Hal ini masih terpantau dalam kondisi surplus.
Jika disandingkan pada tahun 2020 ke 2021, jumlah produksi pangan di kabupaten Boyolali mengalami peningkatan dengan luas panen yang meningkat 50.948 hektar atau meningkat sekitar 188 hektar. Dan untuk produksi gabah meningkat dari 225.426 ton menjadi sebanyak 286.152 ton, atau naik sebanyak 60.726 ton.
Terkait potensi pengembangan pangan dan komoditas langka di wilayah Kabupaten Boyolali, saat ini pihaknya masih berfokus pada tanaman pokok yakni padi dan jagung.
“Kami belum memprioritaskan pengembangan komoditas langka di Boyolali, masih fokus produksi pangan jenis padi dan jagung saja,” katanya.