Unik! Peternak Tikus di Thailand Beromset Rp34 Juta Perbulan

  • Bagikan

Mediatani – Bukan sapi atau kambing yang umumnya diternak peternak. Beda halnya dengan seorang petani di Thailand.

Dia memilih mengembangbiakan tikus untuk dijadikan bahan makanan. Bahkan banyak yang memesan hingga meraup untung tinggi.

Negara Thailand ini memang kerap dikenal dengan aneka kulinernya yang ekstrem. Di sana, masyarakatnya biasa mengonsumsi daging-daging hewan yang tak biasa, mulai dari tokek, buaya, kalajengking hingga tikus.

Bahkan, di Thailand terdapat perkembangbiakan tikus. Jika kamu biasanya menemukan tikus di tempat-tempat kotor, maka di sana tikus-tikus dirawat dengan baik hingga bertubuh gemuk.

Tikus-tikus tersebut kemudian dijual untuk dijadikan bahan makanan. Tak disangka, permintaan daging tikus di Thailand pun cukup tinggi.

Bahkan petani tikus di sana bisa meraup keuntungan hingga lebih dari Rp34 juta, sebagaimana dilansir dari laman detik.com.

Seperti yang dialami oleh salah satu petani tikus bernama Chalermphon Saothong, dilansir dari situs yang sama yang juga melansir dari The Smart Local (13/05) peternak itu mendirikan operasi pembiakan tikus yang terletak di provinsi Surin di Isaan.

Mengutip dari Naewna, satu kilogram tikus segar dari peternakan Saothong dibanderol dengan harga 19 Ringgit Malaysia atau setara dengan Rp65.000.

Sementara satu kilogram tikus mati dihargai sekitar Rp110.000.

Percaya atau tidak, bahwa petani tikus tersebut menerima setidaknya 300 kilogram pesanan setiap bulan. Maka tidak heran keuntungan yang didapat oleh Saothong bisa mencapai hingga Rp34 juta lebih.

Selain beternak, Saothong dan karyawannya juga membeli tikus dari penduduk setempat. Satu ekornya dibeli dengan harga Rp22.000.

Sawanapa Puemmee, salah satu pelanggan tetap di peternakan Saothong menyukai kualitas daging tikus di sana.

Menurut dia, selain dagingnya berkualitas, Sawanapa juga mengatakan bahwa harganya terjangkau. Sawanapa mengatakan bahwa ia dan keluarganya sangat menyukai daging tikus.

Di sana, daging hewan yang kerap dikatakan hewan kotor di Indonesia itu, diolah menjadi berbagai jenis masakan. Di Thailand bukan hanya tikus saja yang dijadikan bahan makanan dengan harga selangit.

Hal yang sama juga terjadi pada tokek. Hewan reptil tersebut bahkan dibanderol hingga Rp135.000 untuk satu kilogramnya dan Rp136 juta untuk satu tonnya.

Manfaat Maggot sebagai Pakan Ternak Ikan dan Cara Budidayanya

Jika di Thailand tikus diternakkan dan menjadi unik. Di Indonesia hal yang unik lainnya ialah Maggot.

Maggot sendiri adalah larva dari lalat Black Soldier yang diperoleh dari proses biokonversi Palm Kernel Meal.

Nama latinnya adalah Hermetia illucens (Diptera, famili: Stratiomydae). Biokonversi merupakan hasil fermentasi sampah-sampah organik menjadi sumber energi metan yang melibatkan organisme hidup.

Belum banyak yang tahu dan minat membudidayakan Maggot atau belatung lalat Black Soldier ini untuk dijadikan pakan ikan. Padahal, manfaat dalam kandungan Maggot ini cukup besar.

Seperti dikutip dari situs Mongabay.co.id, Kepala Badan Riset Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP) KKP Sjarief Widjaja mengatakan Maggot memenuhi kriteria yang dibutuhkan untuk pembuatan pakan ikan.

“Salah satu nutrisi pakan yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan ikan adalah protein. Kualitas protein sangat tergantung dari kemudahannya dicerna dan nilai biologis yang ditentukan oleh asam amino yang menyusunnya. Semakin lengkap kandungan asam aminonya maka kualitas protein akan semakin baik,” papar dia.

Artinya, kata dia, komponen yang dibutuhkan untuk membuat pakan ikan yang mengandung gizi cukup baik, bisa didapatkan dari Maggot.

Kemudahan lainnya dari maggot sendiri ialah mudah untuk memperolehnya. Mudah didapat, diproses, dan bisa dijangkau oleh masyarakat luas dengan harga yang murah.

Adapun, komponen yang dimaksud, adalah protein yang menjadi kebutuhan utama ikan dan bisa didapatkan dari pakan ikan…baca selengkapnya dengan klik di sini. (*)

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version