Mediatani – Selama ini Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang menghasilkan produk teh dengan kualitas terbaik. Teh produksi petani Indonesia ini bahkan telah menjadi komoditas yang bisa menjadi penyumbang devisa negara, mengurangi kemiskinan masyarakat desa, dan melestarikan lingkungan.
Sayangnya, petani kecil yang mengelola kebun tehnya secara mandiri masih menjadi pihak yang paling rentan. Karena keterbatasan modal, kemampuan, dan teknologi, mereka sulit untuk bertahan menghadapi kedinamisan kondisi pasar.
Ketua Paguyuban Tani Lestari Waras Paliant menuturkan petani berada pada posisi paling ujung di rantai pasok yang memiliki banyak keterbatasan. Karena sangat bergantung pada pelaku lain, mereka menjadi berada pada posisi tawar yang rendah.
“Sehingga harus ada solusi inovatif untuk mengubah kondisi tersebut. Salah satunya adalah seperti yang kami (paguyuban) lakukan bersama para petani dengan membangun produk teh rakyat yang telah kami beri nama brand ‘Teh nDeso’,” jelas Waras, dilansir dari Sindonews, Minggu (3/12).
Selain itu, lanjut Waras, konsumen Indonesia cenderung menggunakan produk teh dengan harga murah yang kini banyak di pasaran Indonesia. Karena itu, pelaku usaha yang menggunakan bahan baku teh, lebih memilih teh impor dengan kualitas rendah tersebut, apalagi harganya juga lebih murah.
Menurutnya, kondisi tersebut dapat merugikan sektor teh Indonesia dan akan memberikan dampak negatif bagi seluruh petani teh.
Direktur Indonesian Tea Marketing Asisociation (ITMA) Ratri Kustanti menjelaskan, pihaknya akan terus mendukung produk teh rakyat. Karena Perkebunan Rakyat adalah masa depan industri teh Indonesia.
“Mengingat dominasi kepemilikan lahan ada pada mereka. Maka dari itu, kami mengajak generasi muda terutama yang bergerak di sektor F&B, Kafe, dan UKM pangan untuk ikut membantu mempromosikan dan menggunakan produk yang dihasilkan dari teh rakyat,” imbuhnya.
Ia mengatakan, para petani secara perlahan kini mulai menyadari posisinya yang memiliki peran penting pada rantai pasok dan tengah berupaya melakukan perbaikan kolektif melalui kelompok atau koperasi tani.
Adapun upaya yang telah dilakukan di antaranya yaitu mulai dengan mendayagunakan koperasi sebagai pengumpul untuk memangkas rantai pasok, mengimplementasikan Good Agricultural Practice, hingga diversifikasi produk untuk meningkatkan nilai tambah hasil panen.
Pengelola brand Teh nDeso, Nanang Christianto menjelaskan, teh nDeso diproduksi menggunakan bahan baku dari pucuk teh berkualitas yang berasa dari perkebunan teh rakyat dengan menerapkan sortasi dan manajemen mutu yang terjamin agar menghasilkan cita rasa dan aroma khas.
Teh nDeso juga merupakan produk yang sudah mendapatkan standar lestari yang memastikan, praktik budidaya, dan proses pengolahannya sudah memperhatikan aspek sosial dan lingkungan berdasarkan prinsip berkelanjutan.
Nanang mengungkapkan bahwa pihaknya juga memberikan harga yang adil untuk petani karena mereka sudah menerapkan proses budidaya sesuai dengan standar lestari. Dengan begitu, Teh nDeso telah turut menjaga eksistensi perkebunan teh rakyat juga memberikan kualitas teh terbaik untuk konsumen Indonesia.
“Teh nDeso juga menjadi salah satu ujung tombak teh rakyat yang membantu dan mendukung perkebunan teh rakyat mulai dari hulu hingga ke hilir,” tambahnya.
Saat ini juga mulai terlihat peningkatan minat konsumen domestik terhadap the, salah satunya bisa dilihat dari menjamurnya kafe-kafe yang menawarkan sajian teh yang digemari kaum muda.
“Marilah kita sebagai masyarakat Indonesia berpartisipasi dalam transformasi sektor teh Indonesia dan memaksimalkan momentum ini, demi menjaga keberlangsungan teh Indonesia agar tidak punah,” pungkasnya.