Mediatani – Hampir setiap tahunnya ketika memasuki masa panen zaitun di wilayah Tepi Barat Palestina, terjadi insiden aksi bentr0kan antara petani zaitun Palestina dengan warga Israel. Keduanya menganggap yang paling berhak memanen buah itu.
Dilansir dari keterangan koresponden BBC, Tom Bateman di Timur Tengah, kali ini bentrokan pecah di perbukitan dekat desa Burqa pada Jumat (16/10/2020) siang waktu setempat. Di lokasi kejadian, pemukim Israel yang tinggal di sebuah bukit menganggap mereka berhak memanen buah zaitun karena pohon-pohon zaitun berada di dekat rumah mereka.
Di sisi lain, para petani zaitun datang bersama sekolompok aktivis Palestina. Para aktivis tersebut datang untuk memperjuangkan hak memanen tanaman khas Timur Tengah itu karena para petani zaitun Palestina yang membudidayakannya selama ini.
“Panen zaitun bukan cuma penting secara ekonomi bagi warga Palestina, khususnya dampak yang ditimbulkan oleh virus corona. Tetapi, zaitun merupakan simbol identitas nasional orang Palestina,” kata Tom Bateman.
Bentrokan pun tak bisa dielakan, pemukim Israel dan warga Palestina saling serang dengan melemparkan batu, kayu serta membakar semak kering yang menyebabkan kebakaran.
Polisi Israel yang datang berusaha memukul mundur aktivis serta petani zaitun Palestina menggunakan tembakan gas air mata. Tim medis Palestina melaporkan puluhan orang mengalami luka-luka dan cedera dalam insiden tersebut
Beberapa waktu lalu sebelum dimulainya musim panen zaitun yang ditetapkan oleh Otoritas Pertanian, para pemukim Israel sudah sering melakukan aksi pencurian buah zaitun dan serangan terhadap petani Palestina,
Peneliti hak asasi manusia Mounir Qadus mengatakan kepada Ma’an News yang dikutip MINA, serangan para pemukim terus berlanjut, termasuk menyalakan api dan mencegah petani mencapai ladang mereka sejak awal musim ini.
Saat ini musim panen zaitun lebih kecil dibandingkan tahun lalu, sehingga minyak zaitun lebih bernilai. Minyak zaitun sangat berharga bagi semua petani Palestina yang telah lama menunggu selama bulan-bulan dalam setahun ini. Oleh karena itu, dia berusaha dengan segala cara untuk mencapai tanahnya meskipun risiko besar yang mungkin dia hadapi oleh para pemukim.
Qadus menambahkan, dia menyimpan hasil potret dan dokumentasi pencurian buah zaitun yang dilakukan, Senin (12/10) oleh sejumlah pemukim ekstremis di daerah Al-Kasarat dekat pos pemeriksaan Hawara, selatan Nablus, yang merupakan tanah milik warga Palestina Yahya Al-Kurdi. Hasil rekaman tersebut digunakannya untuk memanggil polisi Israel ke tempat itu. Pemukim melarikan diri setelah mencuri buah.
Meski demikian, insiden tersebut masih saja terjadi. Bahkan, ada belasan wilayah di Tepi Barat utara yang oleh pasukan pendudukan melarang masuknya petani Palestina kecuali setelah berkoordinasi atau mendapatkan izin khusus, dengan dalih bahwa wilayah tersebut berdekatan dengan pemukiman.
Rencana Israel mencaplok sebagian wilayah Tepi Barat dan Lembah Yordan
Rencana Israel mencaplok sebagian wilayah Tepi Barat dan Lembah Yordan, membuat sekitar 12 ribu warga Palestina di Lembah Yordan di ambang ketidakpastian. Pasalnya, sebagian besar dari mereka bergantung pada pertanian.
“Selama bertahun-tahun kami berdiri di rumah dan tanah kami, terlepas dari penindasan, agresi Israel, dan pembatasan pada kami dalam semua aspek kehidupan. Tapi hari ini masalahnya telah menjadi kabur dan tidak diketahui dan kita tidak tahu apa yang mereka rencanakan untuk kita,” kata Abu Thabet, salah seorang petani di Lembah Yordan.
Dia yakin Otoritas Palestina harus melakukan banyak hal untuk memperkuat ketahanan penduduk dan petani di Lembah Yordan dalam rangka menghadapi rencana pencaplokan. Meskipun perjanjian politik mengatakan bahwa Israel mengendalikan daerah tersebut dan bertanggung jawab untuk keamanannya.