Mediatani – Sebuah lokasi wisata edukasi perternakan dan pengolahan susu sapi yang berada di Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, kini tetap menjadi salah satu tujuan wisata yang populer.
Wisata edukasi yang masih bertahan dengan berabagai daya tariknya di tengah pandemi COVID-19.
“Wabah pandemi saat ini memang mengganggu seluruh lini kehidupan. Tapi, Keju Lasi masih ramai dikunjungi wisatawan khususnya pewisata keluarga yang datang dari beragam daerah,” kata pemilik usaha peternakan dan Keju Lasi, Suhatril di Bukittinggi, Jumat 30 Juli, mengutip dari situs Elshinta.com.
Keaslian, pure, naturalnya dan letak geografis peternakan di Keju Lasi menjadi daya tarik utama wisatawan. Orang-orang selalu datang walaupun harus menempuh jarak cukup jauh dari pusat Kota Bukittinggi ke pinggang Gunung Marapi itu.
Wisata Keju Lasi menurut dia, memberikan edukasi kepada wisatawan tentang pengolahan susu sapi perah pun juga produksi keju dengan nuansa alam yang sejuk, khas nan suasana pegunungan.
“Selain menampilkan wisata edukasi keluarga melalui sapi perah, saat ini kami mengembangkan dengan wisata peternakan dari hewan-hewan sejenis semisal kambing, ayam, ikan, itik, domba, kerbau dan lainnya,” kata Suhatril.
Beberapa ekor sapi perah pun dilimpahkan ke beberapa masyarakat sekitar agar dapat menjadi pemberdayaan baru bagi warga. Lalu, dari hasil susu sapi perahnya akan dipasarkan di Keju Lasi.
“Jadi masyarakat sekitar juga terbantu dengan perekonomiannya, silahkan diproduksi susu sapi sebanyak-banyaknya, nanti kita yang menjamin pemasarannya,” kata dia lagi.
Menurut Suhatril, Keju Lasi saat ini tengah memfokuskan di bidang pemasaran susu sapi hasil dari pembibitan dan budi daya peternakan sapi hingga semua pihak bisa bekerjasama secara maksimal dalam pengembangan wisata edukasi ke depannya.
“Produk keju dan susu sapi segar juga menjadi kekuatan sendiri dari Wisata Edukasi ini di tengah pandemi, makanan sehat itu cukup banyak dicari pengunjung selain memberikan pelajaran dasar beternak bagi anak-anak,” ujar dia.
Ia menyebut, susu sapi dari peternak yang diolah di Keju Lasi bisa mencapai 500 liter setiap hari dan 50 Kg produksi keju.
Usaha yang dimulai Suhatril sejak 2016 itu pun kini menjadi hits dengan spot tujuan wisata menarik bagi seluruh kalangan.
Apalagi, wisata Keju Lasi memiliki kelengkapan fasilitas seperti parkir gratis, kafe, arena bermain anak, mushalla dan sudut berfoto terbaik khas pegunungan.
Pada berita yang lain, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) menyatakan pemerintah selalu berpihak pada peternakan rakyat.
Keberpihakan pemerintah pada peternak rakyat menurutnya tidak perlu diragukan lagi. Semua potensi dan sumberdaya di Kementan berupaya memberikan solusi maksimal permasalahan peternakan nasional.
“Saya rasa kita ini berjuang untuk merah putih. Apalagi di masa pandemi ini, pemerintah akan selalu hadir untuk setiap golongan masyarakat, termasuk para peternak rakyat,” ujar Mentan di Jakarta, bel6lama ini, dikutip dari IDX Channel.
Mentan menuturkan, upaya yang dilakukan pemerintah saat ini adalah mencari solusi terbaik bagi persoalan peternakan nasional. Akan tetapi, tentu saja tidak setiap kebijakan akan memuaskan semua pihak, dan memberikan dampak yang instan di lapangan.
“Saya berharap kita saling membantu dan mendorong terjadinya kestabilan supply dan demand. Ujungnya kestabilan harga dapat tercapai,” tutur Mentan.
Syahrul bilang, sinergi berbagai pihak dan kepentingan di sektor peternakan menjadi keharusan, baik pemerintah pusat dan daerah, organisasi peternak, swasta nasional dan stakeholder lainnya.
Ia melanjutkan, sebagai sektor pangan yang krusial sebagai sumber protein hewani bagi rakyat, sinergi dan harmonisasi di level kebijakan hingga lapangan menjadi keharusan.
“Kebijakan pemerintah saya pastikan untuk kepentingan semua pihak. Dan semua kita pemangku kepentingan harus bersatu. Kita selesaikan lah dengan baik dan cepat soal ini. Swasta dan peternak rakyat saling sinergi dengan peran masing-masing,” kata Mentan.
Di samping itu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Nasrullah mengungkapkan, pemerintah selama ini terus melakukan upaya serius memecahkan permasalahan peternakan rakyat.
Tidak berhenti di situ, bahkan evaluasi kebijakan selalu melibatkan pelaku usaha, asosiasi peternak, dan peternakn rakyat atau UMKM.
“Kita selalu mendengar masukan berbagai pihak. Bahkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 32 Tahun 2017 juga merupakan hasil dari masukan semua pihak. Kita akomodir kepentingan mereka,” ungkap Nasrullah.
Ia memastikan sampai saat ini pihaknya terus aktif berkomunikasi mendengarkan masukan dari beberapa Asosiasi Perunggasan seperti GPPU, PINSAR dan GOPAN.
“Mereka juga merupakan representatif dari para peternak dan pengusaha secara nasional. Forum dan kegiatan Rembug peternak, pemerintah pun selalu hadir. Ini karena kita ingin paham dan mendalami apa harapan mereka,” papar dia.
Di lain sisi, Nasrullah merespon adanya gugatan terhadap pemerintah oleh salah satu peternak rakyat.
Ia menilai, memang pemerintah secara resmi belum menerima pemberitahuan atas gugatan itu.
“Pemerintah sangat memahami bahwa masa pandemi ini bukanlah sesuatu yang mudah, semua pihak terdampak. Pemerintah terus berusaha meminimalisir dampak pandemi di semua sektor, tidak terkecuali sektor perunggasan,” jelas dia.
Nasrullah mengutarakan, sejatinya pemerintah telah menerapkan kebijakan dari hulu ke hilir untuk mengatasi persoalan perunggasan nasional. Misalnya kebijakan di hulu dengan pengaturan dan pengendalian DOC.
Ada pula, pengaturan mutu benih bibit yang bersertifikat, menyeimbangkan supply and demand dalam hal pengaturan impor GPS, segmentasi usaha ayam layer (petelur) dimana sebagian besar usaha budidaya untuk peternak (98%) dan perusahaan (2%).
Lalu, kemudian dalam pembentukan tim analisa dan pengawasan (audit) dalam mendukung pelaksanaan Permentan 32 tahun 2017.
Di sisi hilir, kata dia, pemerintah mendorong tumbuhnya usaha pasca panen, di antaranya pemotongan dan penyimpanan yang disertai dengan fasilitas rantai dingin.
Pemerintah berharapa usaha peternakan tidak lagi dijual dalam bentuk livebird (LB) atau daging ayam segar, melainkan dalam bentuk ayam beku dan ayam olahan.
“Harapannya lebih tahan terhadap gejolak harga, dan kini terbukti dengan harga karkas ayam selalu stabil,” terang Nasrullah.
Untuk pemantauan terhadap para integrator, sejak 1 Maret 2019 Kementan sudah mewajibkan para integrator menyampaikan laporan produksi DOC setiap bulan melalui pelaporan online, termasuk pendistribusiannya.
Dengan begitu, pemerintah bisa memantau dengan lebih mudah. “Terkait pengawasan, selama ini Ditjen PKH telah bekerjasama dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) untuk melakukan optimalisasi pengawasan terhadap pelaksanaan kemitraan usaha peternakan. Termasuk juga dengan Kemendag untuk pemantauan harga”, jelasnya. (*)