Media tanam tentu merupakan hal penting bagi Anda yang melakukan kegiatan cocok tanam. Entah itu untuk bisnis maupun sekadar hobi, media tanam yang baik adalah satu hal yang perlu dipikirkan. Karena media tanam yang baik sangat menentukan kualitas tanaman yang tumbuh.
Selain untuk menjadi tempat tumbuhnya tanaman, media tanam memiliki tugas menjaga kelembaban area sekitar akar. Tak hanya itu, media tanam harus memberi suplai udara dan unsur hara.
Media tanam pun kini tak hanya terbatas pada tanah; dapat pula menggunakan batu bata, arang, sabut kelapa, air, styrofoam, dan macam-macam lainnya. Jadi apabila Anda tak memiliki halaman atau area tanah yang tersedia, Anda masih bisa menggunakan media lain.
Media tanam apa saja yang dapat Anda gunakan?
Media Tanam Campuran
Media tanam campuran ini merupakan gabungan dari beberapa media tanam yang tersedia. Penggabungan beberapa media tanam ini akan memberikan kesempatan bagi tanaman untuk bertumbuh maksimal. Media tanam ini cocok untuk media tanam anggur, buah tin, bonsai, cabe, dan buah naga agar lebih cepat berbuah.
Komposisi media tanam ini adalah sebagai berikut:
- Kompos/bokashi
- Arang sekam
- Cocopeat
- Dolomit
- Tanah
- Pasir
Untuk membuat media tanam campuran sendiri cukup mudah. Yang perlu diingat adalah rasio dari media tanam ini. Rasio yang tepat adalah 1:1:1:2:1.
Jadi untuk membuat satu media dalam pot misalnya. Anda harus menambah satu bagian kompos, satu arang sekam, satu sabut kelapa halus (cocopeat), satu dolomit, dua tanah, dan satu pasir. Anda dapat menyesuaikan dengan wadahnya. Yang terpenting adalah pembagiannya seperti yang tadi.
Mungkin Anda bertanya-tanya: apa manfaat komponen-komponen tersebut di atas?
KOMPOS
Kompos memiliki peran untuk meningkatkan kesuburan tanaman. Kompos sendiri memiliki berbagai zat kimia yang dibutuhkan tanaman, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang diperlukan tanaman untuk tumbuh. Media satu ini cocok untuk jahe.
ARANG SEKAM
Arang sekam dalam media tanam diperlukan untuk meningkatkan unsur fosfor. Ini diperlukan oleh tanaman. Selain itu arang sekam memiliki pori-pori yang besar, sehingga menjaga sirkulasi udara di media tanam tetap terjaga. Media tanam arang sendiri biasanya digunakan sebagai anggrek.
COCOPEAT
Cocopeat atau sabut kelapa halus memiliki sifat penyerapan air yang baik. Ini artinya, air yang Anda siramkan dapat ditangkap dan disimpan lebih baik di media tanam. Bahkan kemampuan penyimpanannya mencapai 6 kali lipat dari berat sabut kelapa itu sendiri. Artinya dalam sekali penyiraman, air dapat tersimpan lebih baik dan tersedia cadangan air untuk tanaman. Media tanam satu ini cocok untuk media tanam buah tin.
DOLOMIT
Anda yang bergelut di dunia pertanian pasti mengetahui tentang dolomit. Dolomit atau kapur pertanian memiliki kemampuan menjaga kadar pH di media tanam. Keasaman atau pH di media tanam harusnya mendekati poin 7 atau netral. Dengan keasaman netral, aktivitas organisme di komponen organik dapat terurai dan tersusun baik. Selain itu unsur hara dalam media tanam dapat tetap terjaga dan tidak terbuang bersama air.
Media Tanam dari Batang Pakis
Media tanam yang pertama merupakan media batang pakis.
Batang pakis sendiri secara umum terbagi dua: pakis hitam dan pakis coklat. Dari kedua jenis tanaman tersebut, biasanya yang sering digunakan untuk media tanam adalah pakis hitam.
Batang pakis hitam sendiri biasanya berasal dari tanaman pakis/paku yang sudah tua dan kering. Batang pakis ini biasanya tersedia dalam bentuk dipotong kecil-kecil atau dicacah. Selain dalam bentuk cacahan, ada juga yang berbentuk pipih persegi.
Biasanya media tanam ini dimanfaatkan untuk menanam anggrek. Kekurangan media tanam ini ialah media ini sering kali menjadi sasaran tempat berkembang biaknya semut dan hewan-hewan kecil lain.
Sementara untuk kelebihannya adalah pakis mudah menyerap air dan mengikatnya. Sehingga, air dapat tersimpan lebih baik di dalam tanah. Selain itu teksturnya lunak, sehingga akar mudah tertancap.
Media Tanam dari Akar Pakis
Selain batang pakis, akar pakis pun dapat menjadi media tanam. Media ini sering disebut sebagai moss. Moss sendiri menjadi media tanam organik yang berasal dari akar paku.
Biasanya, moss digunakan untuk periode penyemaian atau saat bunga dari tanaman akan bersemi. Kelebihan media moss adalah memiliki rongga-rongga yang besar sehingga akar tanaman dapat tumbuh dan berkembang leluasa. Selain itu, adanya rongga memungkinkan udara dapat tersirkulasi dengan baik.
Namun kekurangan media ini adalah karena memiliki rongga besar, menyebabkan moss menjadi media yang rapuh. Tanaman dapat mudah roboh apabila hanya mengandalkan media ini. Sebaiknya kombinasi dengan media lain yang lebih kuat seperti gambut atau tanah.
Media Tanam dari Sabut Kelapa
Sabut kelapa adalah bahan organik alternatif lain yang dapat Anda manfaatkan menjadi media tanam. Sabut kelapa yang dapat dijadikan media tanam berasal dari buah kelapa yang tua, dan memiliki serat kuat.
Media tanam jenis ini sangat direkomendasikan untuk bercocok tanam di daerah dengan curah hujan rendah, ini karena bahan satu ini sangat mudah rusak bila sering terkena air hujan.
Bila sabut kelapa sudah mulai lapuk, biasanya tanaman jadi mudah membusuk. Ini akan menyebabkan tanaman rentan terserang penyakit. Untuk mencegah hal ini, disarankan sebelum menggunakannya sebagai media tanam, sabut kelapa direndam dengan larutan fungisida lebih dulu.
Kelebihan dari media tanam ini adalah kemampuannya dalam mengikat dan menyimpan air dengan kuat, sehingga akan sangat baik apabila digunakan untuk daerah panas. Selain itu kandungan sabut kelapa ini kaya akan unsur hara esensial seperti magnesium, kalsium, kalium, fosfor dan natrium yang akan sangat menunjang kebutuhan tanaman. Biasanya media tanam ini digunakan untuk media tanam anggrek.
Media Tanam dari Sekam
Sekam padi merupakan media tanam yang dibuat dari gilingan kulit padi. Media tanam dari sekam biasa digunakan berupa sekam mentah dan bakar. Kedua jenis sekam ini memiliki tingkat porositas yang sama, jadi dapat memberikan peran penting dalam memperbaiki struktur media tanam itu sendiri. Penggunaan media tanam ini sudah tidak perlu lagi proses sterilisasi, karena mikroba telah mati selama proses pembakaran.
Kelebihan sekam adalah kemampuannya menyerap dan mengikat air, jadi tidak mudah lapuk dan juga merupakan sumber kalium yang dibutuhkan tanaman. Selain itu media tanam sekam tergolong lebih sulit menggumpal dibanding serutan kayu, sehingga akar dapat tumbuh dan menancap kokoh. Namun kelemahan media tanam ini ialah memiliki kandungan unsur hara yang minim, sehingga penggunaannya mungkin akan membutuhkan kombinasi dengan media lain.
Media Tanam dari Humus
Humus adalah hasil dari pelapukan dan pembusukan dari bahan-bahan organik seperti tumbuhan atau tanaman. Humus merupakan hasil produksi dari bakteri yang melakukan proses pembusukan tersebut. Humus memiliki peran dalam menambahkan unsur hara dalam tanah, membantu penggemburan, dan lain sebagainya.
Humus tergolong mudah ditumbuhi jamur apabila terpapar perubahan suhu dan kelembaban yang berlebih. Selain itu humus juga tidak mudah menyerap air, sehingga pada penanaman media seperti pot, air seringkali hanya lewat begitu saja. Karena itu humus lebih tepat bila dikombinasikan dengan media yang dapat menyerap air.
Media Tanam Gel
Media satu ini merupakan media buatan. Gel atau hidrogen adalah kristal polimer lunak, terdiri dari berbagai campuran bahan kimia yang dibutuhkan untuk tanaman. Menggunakan gel ini berarti tidak perlu lagi mengganti, memupuk, atau menyiram tanaman.
Media ini juga memiliki beragam warna, jadi dapat digunakan untuk mempercantik tanaman, terutama tanaman indoor.
Kebanyakan tanaman indoor dapat menggunakan media satu ini. Namun sebaiknya hindari penggunaan gel untuk akar keras semacam kamboja/adenium atau bonsai.
Media Tanam dari Kerikil
Kerikil merupakan media tanam dengan tekstur yang mirip dengan pasir. Kerikil biasanya digunakan sebagai media tanam hidroponik yang dapat membantu sirkulasi larutan unsur hara dan udara, sehingga dapat memberikan ruang lebih leluasa bagi akar tanaman agar dapat tumbuh. Kerikil sendiri memiliki sifat sulit mengikat air, mudah basah dan cepat kering, oleh karena itu penggunaan media tanam ini perlu dilakukan penyiraman secara rutin.
Saat ini telah tersedia kerikil sintetis yang memang diperuntukkan untuk media tanam. Kelebihannya adalah media ini memiliki tekstur seperti kerikil umumnya, namun lebih mampu mengikat air. Selain itu sistem drainase kerikil sintetis lebih baik, sehingga sirkulasi udara dan kelembaban dalam akarnya lebih terjaga.
Media Tanam dari Rockwool
Media tanam berikut ini merupakan pilihan bagi Anda yang berminat pada metode tanam hidroponik. Rockwool memiliki kelebihan yang jarang dimiliki oleh media tanam lainnya, yaitu dalam kemampuan rasio komposisi air dan udara yang mampu disimpan.
Rockwool sendiri adalah media tanam yang ramah lingkungan. Ia terbuat dari campuran batu, seperti batuan basalt, batu bara, dan juga batu kapur yang dipanaskan pada suhu 1600 derajat C. Campuran ini meleleh menyerupai lava yang lalu didingankan sehingga berubah menjadi serat-serat.
Setelah dingin, kumpulan serat tersebut dipotong sesuai dengan kebutuhan. Di dalam rockwool terkandung pH yang cenderung tinggi, sehingga mungkin beberapa jenis tanaman tidak cocok menggunakan rockwool.
Media Tanam dari Batu Bata
Bila di sekitar rumah Anda tersedia pecahan batu bata, Anda dapat menggunakannya sebagai media budidaya tanam. Media tanam batu bata dapat mencengkeram akar dengan baik. Selain itu batu bata ini dapat diubah jadi ukuran kecil-kecil seperti pelet, sehingga dapat menyimpan air dan unsur hara dengan lebih baik.
Namun perlu diingat bahwa batu bata tidak memiliki unsur hara. Padukan dengan media lain yang kaya unsur hara akan sangat penting dalam menggunakan media ini.
Media Tanam dari Spons
Para pehobi budidaya tanaman hias sudah pasti tak asing dengan media tanam satu ini. Media tanam spon sangat ringan, sehingga mudah dipindahkan dan ditempatkan di berbagai media. Meski ringan, media tanam satu ini tidak membutuhkan pemberat, karena setelah disiram oleh air, spons akan menjadi berat dengan sendirinya sehingga tanaman akan menjadi tegak.
Kelebihan dari media tanam ini adalah daya resap dan simpannya yang tinggi. Akan bagus bila spons juga disuntikkan dengan unsur esensial cair.
Namun media tanam ini mudah hancur, sehingga perlu diganti secara berkala. Oleh karena itu media ini lebih cocok digunakan pada tanaman hias seperti bunga potong.
Media Tanam dari Tanah Liat
Tanah liat adalah media tanam yang punya tekstur halus, lengket dan sedikit berlumpur. Ciri khas media tanam satu ini adalah ia memiliki jumlah pori-pori kecil yang banyak, sehingga mampu menyerap dan menyimpan air lebih kuat.
Namun seperti yang diketahui bersama, tanah liat minim pori-pori besar, alias sifatnya tidak gembut. Ini membuat media tanah liat miskin udara dan unsur hara. Media ini sebaiknya digunakan dengan kombinasi media lain yang berpori-pori besar seperti pasir.
Media Tanam Vermikulit dan Perlit
Vermikulit merupakan media buatan yang steril, dihasilkan dari pemanasan lempengan mika yang mengandung potasium dan helium.
Media tanam ini adalah jenis media tanam yang punya kapasitas kation yang tinggi, apalagi bila berada dalam keadaan padat atau basah. Vermikulit sendiri dapat menurunkan berat jenis dan juga mampu meningkatkan daya serap air apabila digunakan sebagai campuran di media tanam.
Berbeda dengan vermikulit, perlit adalah produk dari mineral berbobot ringan serta memiliki kapasitas tukar kation dan kemampuan serap air yang rendah. Dalam campuran media tanam, fungsi perlit kurang lebih sama dengan Vermikulit, yaitu mampu menurunkan berat jenis dan juga meningkatkan daya serap air. Menggunakan vermikulit dan perlit dalam media tanam akan lebih baik bila dikombinasikan dengan bahan organik, karena akan mampu mengoptimalkan tanaman dalam menyerap unsur hara.
Media Tanam dari Styrofoam
Gabus merupakan jenis bahan anorganik yang terbuat dari campuran kopolimer styren yang digunakan sebagai alternatif dalam media tanam. Pada awalnya, media tanam ini digunakan sebagai aklimatisasi tanaman sebelum ditanam di lahan luas. Namun saat ini di beberapa nursery dan rumah kaca, gabus adalah salah satu campuran yang paling mudah ditemukan, karena fungsinya untuk meningkatkan porosiutas pada media tanam. Penambahan styrofoam ke dalam media tanam membuatnya ringan. Namun, media tanam ini rawan menjadi sarang semut.
Media Tanam Air
Metode hidroponik lain yang cukup populer digunakan di berbagai negara adalah dengan cara Nutrient Film Technique.
Teknik satu ini mempunyai konsep dasar menanam dengan akarnya hanya mencapai lapisan nutrisi semata, sehingga menjaga sirkulasinya. Artinya tanaman tetap mendapat nutrisi, sementara asupan oksigen dan air tetap baik dan tercukupi.
Selain itu air yang tidak terserap juga tidak dibuang percuma, karena ada penalang air yang siap menampung. Bila Anda berminat, Anda juga bisa memelihara ikan di wadah airnya.
Alat-alat yang utama dibutuhkan dalam menggunakan media air dengan sistem NFT ini adalah:
- tangki untuk dijadikan sebagai penampung
- pipa atau talang yang telah dilubangi sebagai tempat tumbuh
- pompa.
Cara merangkai tempat untuk menanam pada dasarnya adalah dengan menyusun beberapa pipa atau talang yang menjadi tempat menanam tanaman, dengan ditampa bak penampung dibagian yang lebih rendah, kemudian di bagian penalang ini dipasangi pompa. Air kemudian dirotasi dari tanaman, menuju talang, lalu dipompa kembali ke pipa tanaman. Aliran ini dan bagian lebih tingginya disangga oleh tiang tertentu.
Media Tanam dari Pumice
Barangkali Anda tidak familiar dengan media tanam satu ini. Pumice adalah media untuk menopang tumbuhan dalam budidaya menggunakan hidroponik. Jenis media tanam satu ini berasal dari batuan basalt hasil letusan gunung.
Anda bisa menemukan pumice di pantai-pantai tempat lokasi gunung aktif. Pumice sendiri punya warna pucat seperti kapur.
Kemampuan mengikat air pada media pumice tergolong hampir sama dengan kerikil. Oleh karena itu, untuk menjadi media tanam yang optimal, Anda perlu melakukan kombinasi media tanam pumice dengan media lain seperti arang sekam bakar atau vermikulit, sehingga menjadi perpaduan yang pas.
