Mediatani – Kenal dengan Agung Weda? Dia adalah duta petani millenial sekaligus ketua komunitas Petani Muda Keren yang berhasil memberdayakan banyak petani dan mengusung pertanian berbasis teknologi yang ramah lingkungan.
Dalam presentasinya di Webinar Nasional Dies Natalis Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, pada Kamis (12/8/2021), Agung menjelaskan tentang Pertanian dan Petani Millenial Menuju Era Society 5.0.
Agung memulainya dengan memberikan penjelasan tentang Forum Petani Muda Bali yang berkembang menjadi Petani Muda Keren. Komunitas ini mengajak para pemuda untuk menerapkan pertanian yang ramah lingkungan, bertani yang berbasis teknologi, tren, dan IOT (Internet of Things).
Menurut Agung, bertani secara organik adalah bagaimana menjaga tanah, air, dan lingkungan. Sehingga, output yang dihasilkan adalah petani yang sehat, tanah yang sehat, konsumen sehat, dan kantong petani yang sehat.
“Air adalah fundamental yang harus kita jaga. Ada pohon maka akan keluar air, aktif menjaga hutan, aktif menanam, karena tantangan Indonesia di tahun 2030 adalah perkiraan krisis air yang mengancam kehidupan,” ujar Agung
Petani Muda Keren juga mencetuskan sebuah gerakan “Orang Bali Suka Menanam” yang mengajak orang Bali agar gemar menanam dan menjaga lingkungan.
“Jika kita menjaga alam, maka kita juga akan kelimpahan rezeki. Saat kita memuliakan alam, maka alam juga akan memudahkan kita dengan cara-caranya,” jelas Agung.
Berbicara tentang aktivitas hulu Petani Muda Keren, Agung mengatakan ada beberapa kegiatan yang dilakukan, mulai dari bertani dengan menggunakan pupuk organik, menggunakan agen-agen hayati dalam mengendalikan serangan hama, hingga memberikan pendidikan pertanian.
Terkait prosesnya yang cukup panjang, Agung memberikan motivasi bahwa pertanian merupakan pekerjaan yang membutuhkan proses, namun dilakukan secara pelan-pelan untuk mendapatkan hasil yang pasti.
Sedangkan aktivitas hilir Petani Muda Keren terdiri dari beberapa kegiatan, seperti pasca panen, modern market & B2B, ekspor, dan berjualan dengan aplikasi mobile.
“Kita sudah mengekspor buah manggis, buah durian, mangga, dan berbagai jenis buah lainnya. Buah-buahan itu kita ekspor ke China, Timur Tengah, Eropa, dan pada tahun 2019 kita menjadi eksportir terbesar di Bali,” tutur Agung
Agung mengakui bahwa proses distribusinya sedikit terganggu di masa pandemi, sebab banyak bandara di dalam negeri maupun di luar negeri yang tutup.
Meski demikian, Agung dan taman-temannya tetap semangat karena merasa yakin peluang di bidang pertanian masih sangat besar.
“Jadi jumlah ekspor di pertanian itu sangat besar. Aneh jika anak-anak muda masih ragu untuk masuk di dunia pertanian. Dan untuk kamu yang sudah masuk di dunia pertanian, you are the best, kamu anak-anak pintar, kamu hebat, kamu cerdik,” kata Agung.
Hal itu disampaikannya bukan tanpa alasan, sebab generasi muda akan sangat dibutuhkan di masa depan di tahun 2025-2030, terutama di bidang pertanian.
“Sampai kapanpun orang akan butuh makan, jadi tangkap peluang ini karena jika bukan kita yang menduduki kursi kita, maka orang lain yang akan merebutnya, orang asing yang akan mengambil peluangnya,” ungkap Agung saat memberikan motivasi kepada generasi muda pertanian.
Agung juga menjelaskan tentang Business Model untuk petani muda yang dari hulu mereka membuat pupuk, menyediakan bibit, hingga di hilir mereka memasarkan produknya dengan memanfaatkan teknologi.
“Dari petani kita kolaborasi dengan Desa, di Desa kita dibawahi oleh koperasi petani muda keren, lalu dipasarkan melalui BOS (Bali Organik Subak), dan didrop ke market hingga ekspor,” jelas Agung.
Agung juga mengajak petani muda agar bergerak maju dan memajukan desanya.
“Jika kita mau maju, maka kita harus majukan desa kita. Bangga menjadi anak desa, berkarya di desa, berkreativitas di desa, berinovasi di desa, sehingga desa bisa maju bahkan go internasional,” tuturnya.
Motivasi yang diberikan Agung didengarkan oleh banyak mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, termasuk mahasiswa baru yang sedang menjalani kegiatan penerimaan mahasiswa baru secara daring.