Mediatani – Sekitar seratus tujuh puluh orang petani asal Desa Simalingkar A dan Desa Sei Mencerim, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara berjalan kaki ke Istana Negara di Jakarta untuk menemui Presiden RI, Jokowi demi mengadukan nasibnya.
Setelah sempat singgah di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu untuk beristirahat, para peserta aksi jalan kaki ini kembali melanjutkan perjalanannya.
“Aksi jalan kaki ke istana, hari ini kita lanjutkan, meskipun hari Minggu. Kita tetap kembali berjalan kaki walau tadi petani beristirahat jam 3 subuh, dan saat ini kita sudah menuju Kabupaten Labuhanbatu Selatan,” sebut koordinator aksi, Aris Wiyono, melalui WhatsApp menjawab SIB, Minggu (5/7) sore.
Aris Wiyono menyebut hari Minggu (5/7), perjalanan hari ke-11 petani Simalingkar dan Sei Mencerim menuju Istana Negara Jakarta dan telah menempuh jalan sepanjang 340 kilometer.
“Aksi kita terus berlanjut dengan berjalan kaki. Jalan yang kami tempuh sudah sejauh kurang lebih 340 kilometer hingga hari ke-11 ini,” sebutnya.
Semangat perjuangan mereka terus mengalir tanpa surut meski hampir 2 minggu berjalan kaki. Aksi ini bahkan diikuti oleh lansia. Suka duka dalam perjalanan seakan tak mereka hiraukan untuk bisa bertemu Presiden Joko Widodo untuk menyampaikan penderitaan yang sedang mereka alami, digusur paksa oleh pihak PTPN-2 dari lahan dan pemukiman mereka.
“Sebenarnya konflik ini sudah terjadi sejak tahun 70-an. Penggusuran terakhir terjadi pada Maret tahun 2020. Semua diusir, yang sudah punya sertifikat hak milik (SHM) pun ikut digusur,” katanya kepada wartawan.
Menurut Aris, penggusuran paksa itu merupakan tindakan semena-mena yang berdampak luas pada ribuan jiwa penduduk 2 desa tersebut. Namun, semua tetap tegar dan sepakat 17 Agustus 2020 adalah juga hari kemerdekaan buat seluruh petani yang tertindas dan bebas dari penjajahan PTPN yang menurutnya merupakan jelmaan penjajah Belanda.
Ketika disinggung tentang kondisi fisik para peserta aksi setelah menempuh perjalanan selama 8 hari, Aris mengatakan bahwa sampai hari ini kondisi fisik mereka masih baik-baik saja. Namun ia merasa prihatin atas sikap Pemkab Labuhanbatu yang kurang bersahabat.
Bahkan Aris Wiyono juga mengaku bahwa pihaknya telah disarankan untuk segera melanjutkan perjalanan oleh pihak pengelola GOR Rantauprapat. “Katanya besok GOR ini akan dipakai untuk suatu acara, jadi kami disuruh untuk pergi melanjutkan perjalanan, padahal setelah sepekan berjalan kaki sebenarnya kami ingin istirahat sehari, sekalian mencuci pakaian,” ucap Aris.
Senada dengan pandangan Aris, aktivis mahasiswa Labuhanbatu Tholib Ritonga, juga menyampaikan pendapat yang sama. Tholib mengatakan bahwa hanya pihak dari BPBD Labuhanbatu dan Puskesmas Desa Janji yang terlihat hadir, guna melakukan rapid test, dalam upaya antisipasi pencegahan penyebaran Covid -19.
“Selain GOR ini dan rapid test, tidak terlihat kepedulian dari Pemkab Labuhanbatu, seperti misal memberikan bantuan makanan kepada peserta aksi tersebut, yang notabene merupakan para petani,” ujarnya.
Sementara perwakilan dari LBH Agraria Labuhanbatu Yanto Ziliwu, mengaku bahwa pihaknya lah yang memberikan bantuan bahan makanan kepada para peserta aksi tersebut.
“Kami lah yang menyediakan makan malam dan sarapan besok pagi untuk mereka ini bang”, katanya kepada awak media.
Namun selain dari LBH Agraria, bantuan juga terlihat diberikan oleh seorang warga berupa 180 kaleng susu sapi kemasan, kepada para peserta aksi jalan kaki tersebut.
Terkait massa aksi meninggalkan GOR menjelang tengah malam, Plt Kadis Pemuda Olahraga Hobol Zulkifli Rangkuti menyebut, kesepakatan mereka dengan peserta aksi hanya istirahat dan menginap 1 malam.
“Kesepakatan kan cuma istirahat semalam. Ini sudah kita kasih mereka sampai Sabtu malam mulai mereka tiba Jumat malam. Kita melayani mereka dengan baik, kita sediakan karpet dan air 2 mobil tangki untuk mandi dan menyuci. Jadi, Sabtu kemarin kita sarankan mereka melanjutkan perjalanan karena GOR juga mau dipakai para atlet untuk latihan, tapi mereka meninggalkan GOR jam 10 malam,” sebut Hobol saat dikonfirmasi.