Alumni Terbaik di Amerika Pilih Jadi Peternak

  • Bagikan

Mediatani – Meperoleh gelar sebagai lulusan terbaik dari salah satu kampus di Amerika Serikat ternyata tak membuat pria ini gengsi menjadi seorang peternak.

Ialah Tatag. Tatag membuat peternakan sapi modern di Tuban, Jawa Timur. Dirinya sama sekali tak gengsi meski setiap hari harus berurusan dengan sapi di peternakannya.

Padahal, dia adalah salah satu lulusan terbaik dari Oregon State University, Amerika Serikat. Tatag asli dari Tuban, Jawa Timur.

DIketahui termasuk pemuda yang gigih, mengenyam pendidikan SMA dan kuliahnya dengan mengandalkan beasiswa. Setelah lulus, Tatag tak memilih untuk bekerja di perusahaan bergengsi, ia justru memilih menjadi peternak sapi.

Dalam tayangan video youtube Pecah Telur (3/6), Tatag lalu membagikan pengalaman berharganya. Peternakan sapi yang ia bangun terbilang baru, karena baru memulai saat pandemi.

Meskipun terbilang baru, akan tapi peternakan sapi ini tak bisa dipandang sebelah mata. Sebelum mulai beternak, Tatag merupakan lulusan terbaik dari Oregon State University, Amerika Serikat sekaligus Sampoerna University, Indonesia.

Selama 4 tahun, Tatag berhasil menyelesaikan pendidikan di dua jurusan sekaligus dua negara ini. “Kuliah double gelar. Gelar dari Amerika dan Indonesia, keduanya Alhamdulillah cumlaude dan gratis,” kata Tatag dengan senyum.

Tak mudah menjalani pendidikan ganda seperti ini. Tatag mengaku setiap hari hanya punya waktu tidur selama 3 jam. Ia juga kerap bolak balik ke Amerika saat ada kegiatan di kampusnya.

Selama berkuliah, Tatag banyak berorganisasi serta mengerjakan proyek. Uang hasil kerjanya ini ia tabung untuk membeli tanah, kini tanahnya dimanfaatkan sebagai area peternakan sapi.

“Saat kuliah banyak handel proyek. Uangnya ditabung, saya beli tanah buat peternakan, kurang lebih 2.500 meter dan InsyaAllah mau bertambah,” ucapnya, sebagaimana dilansir dari situs detik.com.

Tanpa rasa gengsi sedikitpun, Tatag mengaku bangga menjadi peternak sapi. Ia kini fokus pada sapi potong yang di peternakannya menjalankan sistem modern.

Ia menuturkan, peternakan konvensional sebenarnya membutuhkan anak muda yang punya inovasi untuk membuat peternakan jadi modern.

Dengan latar belakang pendidikan di dunia bisnis dan akuntansi, tentu tak membuat Tatag langsung sukses menjadi peternak. Ia mengaku pernah beberapa kali gagal. “Jangan takut rugi karena itulah awal modal untuk kita belajar,” ujarnya.

Kini, peternakannya telah memiliki belasan ekor sapi. Ke depannya, ia berencana membuat peternakan yang bisa jadi pusat rekreasi sekaligus edukasi. Ia sudah mengonsep peternakannya ini dengan matang.

“Beternak itu bukan identik orangtua lagi, anak muda pun bisa. Banyak inovasi di dunia peternakan yang butuh anak muda. Punya sapi ibaratnya punya motor. Punya sapi 10 kaya punya motor 10. Kita bangun peternakannya mau rapi atau berantakan tergantung kita. Jadi peternak itu jangan anggap remeh,” bebernya.

Tatag mengakui bahwa dirinya akan terus menjadi peternak. Soal gelar pendidikan yang ia kantongi, Tatag sama sekali tak gengsi.

“Beternak itu juga bisa menghasilkan banyak uang. Ini pekerjaan yang instagramable kok, tinggal kita bagaimana mengelolanya,” pungkas Tatag.

Semetara itu, di Pacitan, rasa semangat menjadi salah satu modal utama untuk meraih kesuksesan, termasuk dalam menjalankan usaha.

Hal ini secara langsung dibuktikan Munir seorang peternak kambing asal Desa Tremas, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.

Sekarang, Munir memiliki ratusan domba yang siap dijual untuk kebutuhan rumah makan, dan hewan kurban pada Hari Raya Iduladha.

Pria gempal dan humoris tersebut memulai usahanya beternak domba sekitar 6 tahun lalu. Sebagai modal awal, Munir memelihara beberapa ekor saja.

“Saya beternak kambing dari tahun 2015, awalnya hanya mencoba dan belum tekun, jumlahnya sedikit, hanya 3 ekor,” kata Munir, Senin (19/7/2021), dikutip dari timesindonesia.co.id.

Melihat peluang yang ada, Munir semakin serius beternak domba. “Dulu tidak pernah berpikir untuk memiliki usaha ternak domba, namun saat melihat peluang saya jadi semangat untuk mencoba. Di samping itu, domba perawatannya cukup mudah, karena pakan rumput yang tersedia di sekitar Desa Tremas juga banyak,” terang pria 49 tahun ini.

Selain karena perawatan yang dianggap mudah, Munir juga memiliki alasan kuat lainnya untuk lebih memilih beternak domba, daripada jenis kambing lainnya.

Khususnya pada masalah pakan/ Domba diberi pakan rumput kering dan komboran bekatul juga tidak rewel, imbuh, Munir di sela-sela memberikan kombor di kandang kambing domba miliknya.

Dalam satu hari, Munir mengatakan, domba yang terjual tidak kurang dari 5 ekor. Sebagai peternak kambing yang tekun, Munir lebih memiliki relasi pertemanan dan pelanggan serta menjualnya ke pasar hewan.

Harga kambing domba milik Munir cukup beragam, yaitu antara Rp. 1,5 juta hingga Rp. 3 jutaan, harga-harga tersebut juga tergantung berat dan ukuran dari kambing yang ia jual.

“Selain di pasar hewan, para pelanggan biasanya lebih memilih datang langsung ke sini (kandang) karena bisa memilih kambing mana yang akan dibeli,” ucapnya.

Dengan ketekunan dan semangatnya, Munir sukses memiliki tiga kandang ternak yang masing diisi dengan domba juga kambing jawa untuk dibesarkan sebelum dijual.

Pria asal Bumi Patrem ini juga melayani penyembelihan dan jagal hewan untuk masyarakat yang memiliki hajatan dan kebutuhan konsumsi. (*)

  • Bagikan