Mediatani – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPR) RI, Slamet Riyadi mengajak kaum milenial untuk menjaga populasi sapi Madura agar tidak punah.
Salah satu caranya ialah dengan berternak sapi. Itu berarti dia pun mendorong para pemuda terutama milenial untuk beternak dan berbudidaya hewan khas Madura itu.
Legislator asal Sampang Madura tersebut menuturkan bahwa populasi sapi Madura harus dipertahankan sebagai upaya menjaga ketahanan daging nasional.
Apalagi, lanjut dia, Madura menjadi salah satu daerah penyumplai hingga 30 persen sapi potong di kawasan Jawa Timur.
“Saya berharap ada generasi peternak milenial mampu menghidupkan gairah bagaimana populasi sapi Madura ini dijaga. Jangan pernah gengsi,” katanya saat berkunjung ke Kelompok Tani di Desa Samatan Kecamatan Proppo, Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Kamis (1/3/2021), melansir, Jumat (2/4/2021) dari situs portalmadura.com.
Pihaknya pun akan mendorong pemerintah pusat membuat regulasi tentang ternak sapi yang meliputi tata niaga sapi, timbang hidup dan lain-lain agar sama-sama menguntungkan, baik terhadap peternak atau pedagang.
“Harus ada regulasi yang berpihak kepada peternak dalam rangka menjaga ketahanan populasi sapi Madura, kami siap mendorong itu,” tambah politikus Partai Amanat Nasional ini.
Slamet melanjutkan, bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan peternakan sapi juga harus dipikirkan supaya bisa menyejahterakan masyarakat.
Tidak hanya soal regulasi, bahkan kotoran sapi juga harus bermanfaat dan bernilai ekonomis. “Dalam rangka budi daya sapi ini, kita tidak hanya hulu saja, tapi hilirnya juga kita pikirkan. Misalnya limbah atau kotoran sapi bisa bernilai ekonomis,” ujar dia.
Pembuktian menjadi peternak atau petani milenial pun kini tengah digarap Provinsi Jawa Barat.
Beberapa waktu lalu, sebanyak 2.204 petani muda mengikuti peluncuran program Petani Milenial Juara secara daring dan luring, Jumat (26/3/2021), yang berlokasi di tengah lahan pertanian Desa Suntenjaya, Lembang, Kab Bandung Barat.
Turut hadir dalam peluncuran itu Gubernur Jabar Ridwan Kamil.
Ribuan petani milenial itu pun, nantinya akan memilih jenis pertanian yang diminatinya. Termasuk bidang perikanan dan peternakan.
Seperti contohnya, salah satu petani milenial yang lolos dalam program ini yakni Brainy Brilliant. Dia mengaku tertarik untuk beternak burung puyuh.
“Saya ingin mengembangkan peternakan puyuh, sebab sudah hapal dengan peternakan burung puyuh ini,” ujar Brainy ditemui di sela-sela peluncuran, melansir Sabtu (27/3/2021) dari situs republika.co.id.
Brainy menuturkan bahwa dirinya sudah beberapa tahun ini bersama rekan-rekannya dalam sebuah kelompok tani di Desa Cikembar Kabupaten Sukabumi, membudidayakan burung puyuh.
Sebanyak 2.000 ekor burung puyuh kini berhasil diternakkannya.
Dari peternakan burung puyuh itu, kata Brainy, dirinya bisa mendapatkan penghasilan kotor Rp300 ribu rupiah per harinya, hanya dari jualan telur puyuh saja.
Brainy mengutarakan keinginannya untuk mengembangkan peternakan puyuh lebih luas lagi. Namun karena keterbatasan modal pribadi dan anggota dari kelompok tani, rencana itu masih belum dimulai.
Dia pun merasa beruntung mendapat informasi dari grup whatsapp tentang program Petani Milenial Juara dari Pemda Provinsi Jawa Barat.
“Saya tertarik lalu membuka website dan baca-baca. Ternyata sangat sesuai dengan passion saya. Saya kan sudah jalan dengan peternakan puyuh, jadinya langsung daftar,” kata anak muda berusia 22 tahun ini.
Brainy kemudian mendaftarkan diri dengan mengisi google form yang disediakan. Kemudian mengikuti seleksi hingga pada tahap wawancara. “Saat wawancara saya jawab santai saja, yang saya tahu saja, kebetulan kan memang sudah terjun di peternakan,” katanya.
Brainy mengaku tertarik dengan petani milenial karena merasa prihatin dengan semakin berkurangnya anak muda yang terjun dalam bidang pertanian dan peternakan. Ia mengaku tidak khawatir karena menurutnya ada dukungan dari Pemda Provinsi Jabar agar milenial sukses dalam bertani.
“Jika ada bantuan, saya ingin menambah bibit puyuh agar tentunya menambah penghasilan. Kalau 2.000 ekor, butuh bantuan sekitar Rp50 juta. Jika dihitung, seribu ekor puyuh mampu memberikan penghasilan Rp2 juta per bulan, jadi tinggal dikalikan saja,” katanya.
Brainy melihat pada masa pandemi COVID-19, ternyata sektor usaha yang berkaitan dengan makanan dapat bertahan dengan baik. Sehingga ia sangat yakin dengan usaha peternakan puyuh ini.
Selain hanya menjual telur mentah, timnya pun saat ini sudah mulai ada upaya untuk menambah nilai produk yang dihasilkannya. Yakni, membuat telur asin puyuh, mengemas daging puyuh matang dalam kaleng dan lainnya.
“Olahan hasil puyuh sudah disiapkan agar ada nilai tambahnya. Burung puyuh yang sudah tidak bertelur atau afkiran masih ekonomis dengan memanfaatkan olahan dagingnya,” kata Brainy. (*)