Mediatani – Keuntungan yang menggiurkan dari menanam Porang membuat banyak orang tertarik untuk menanam tanaman satu ini.
Tak terkecuali anggora dewan di Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur. Mereka pun tertarik membudidayakan tanaman umbi-umbian tersebut.
Seperti sosok, Vinsensius Reamur, anggota DPRD Kabupaten Manggarai Timur misalnya. Dirinya sudah menanam 611.000 porang di lahan seluas 14 hektare.
“Saya target panen porang tiga tahun ke depan yang ditanam tahun 2021 yaitu panen di tahun 2024-2025. Sedangkan 5 hektare dari 14 hektar akan siap panen 2023. Saya beli bibit dari petani di Madiun, Jawa Timur. Saya beli biji katak 611.000 dengan total uangnya Rp 78 juta,” ujar Vinsensius kepada Kompas, Kamis, (15/4/2021), melansir, Sabtu (17/4/2021).
Vinsensius menjelaskan, dia tergerak menanam porang karena membaca sejumlah artikel di media, serta mendapat informasi dari relasi di Madiun.
Menurutnya porang merupakan investasi yang menjanjikan, khususnya dengan pemasaran yang sangat mudah. Menanam porang juga mendidik petani untuk mandiri.
“Ada kebiasaan petani di Manggarai Timur dengan mengatakan anggota DPRD saja bisa menanam porang, mengapa kita sebagai petani tidak menanam. Untuk itu saat ini petani di Manggarai Timur berlomba-lomba tanam porang di kebun masing-masing,” jelas dia.
Vinsensius menjelaskan bahwa pada 9 Februari 2019, dia berangkat ke Madiun untuk melihat langsung tanaman porang.
Di sana, dia pun mendapatkan banyak informasi tentang peluang menanam porang. Kemudian Vinsensius pergi ke salah satu mal di Madiun.
Di sana, dia juga melihat karung beras dengan merek Shirataki. Dia kemudian bertanya kepada penjaga di mal tersebut tentang merek beras tersebut.
Penjaga menginformasikan bahwa yang dililhatnya merupakan beras yang terbuat dari porang. Orang Jepang rupanya mengonsumsi beras porang untuk menjaga berat badan.
Untuk satu 1 kg beras Shirataki saat itu dijual seharga Rp 200.000; “Saya memperoleh informasi itu maka saya giat menanam porang saat ini. Saya sudah ke madiun 2019,” jelasnya.
Vinsensius mengatakan, beberapa tahun lalu, harga per kilogram porang berkisar Rp8.000-Rp9.000.
Kini harga porang di pasaran di Kabupaten Manggarai Timur Rp 10.000 per kilogram. Adapun biji katak porang dijual di Manggarai Timur Rp 200.000 untuk 1 kilogram yang berisi 300 biji katak.
“Menanam porang sangat praktis dan mendapatkan keuntungan yang menjanjikan. Umbi porang bisa dipanen dalam usia enam bulan, 1 tahun, 2 tahun, dan 3 tahun. Khusus panen dalam usia enam bulan, berat umbi itu 2 kilogram,” jelasnya.
Reamur menjelaskan, ia memperoleh informasi dari petani di Madiun bahwa kualitas terbaik memanen porang dalam usia tiga tahun.
Panen terbaik berada di bulan Juli dan Agustus dalam kalender tanam karena kadar air di umbi berkurang.
“Beras porang menjadi makanan pokok ganti beras di masa akan datang, bergizi. Sebaiknya petani tidak memakai pupuk kimia melainkan pupuk organik yang bersumber dari alam,” jelasnya.
Tak hanya Vinsensius, Ketua DPRD Manggarai Timur Heremias Dupa juga tertarik menanam porang.
Dia menuturkan, terpikat dengan menanam porang saat membaca informasi di media serta menonton televisi tentang kisah sukses petani porang di Madiun.
Lantas ia berpikir bahwa tanaman porang sangat menjanjikan bagi masa depan. Akhirnya Heremias memutuskan menanam porang di lahannya.
Kini sudah ada 60.000 biji katak porang yang ditanam. “Saya memperoleh biji katak dari petani di Desa Rana Kulan dan Kampung Lendo. Memang tanaman porang ini tumbuhan liar di hutan dan kebun-kebun. Saat ini belum ada benih tanaman porang yang bersertifikasi,” jelasnya.
Heremias mengungkapkan, tanaman porang memiliki banyak manfaat, salah satunya kesehatan. Tanaman ini bisa dijadikan pangan serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Komoditas tanaman porang sangat menjanjikan bagi kesejahteraan petani. “Saya memulai menanam porang untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat agar menanam tanaman jangka pendek untuk meningkatkan kesejahteraan dan keluar dari kemiskinan,” jelasnya.
Dia menyebut porang merupakan tanaman jangka pendek yang memiliki pasarannya di luar dan dalam negeri.
Tanaman porang sebagai bahan makanan akan bertahan lama karena pasti ditanam terus menerus. Ini sama seperti menanam padi yang menghasilkan beras.
Tanaman porang menghasilkan umbi yang bisa diolah menjadi bahan makanan, bahan minuman yang memiliki asupan gizi.
Cerita lainnya berasal Tarsan Talus, anggota DPRD Manggarai Timur. Selain menanam porang di kebun, Tarsan mencoba menanam umbi porang di polybag di halaman rumahnya.
Tarsan menanam porang sebagai bentuk dukungan kepada petani agar memanfaatkan lahan kosong. Dia yakin porang tidak akan mengecewakan para petani karena pasarnya sudah ada, baik di Indonesia maupun di luar negeri. (*)