Mediatani – Sebagian wilayah di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat terus dilanda cuaca buruk beberapa waktu belakangan. Untuk mengantisipasi dampak dari kondisi tersebut, petani bawang menerapkan siasat untuk menjaga kualitas tanaman bawang yang dibudidayanya.
Pemuda di Desa Juntikebon, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Hariyanto (27) merupakan salah satu petani yang melakukan hal itu. Kondisi tersebut coba diatasinya dengan rutin menyemprot obat ke tanaman bawang merahnya.
Terlebih, karena termasuk sebagai salah satu petani yang masih baru kembali menggeluti tanaman bawang merah, Hariyanto harus meningkatkan kewaspadaannya untuk menghindari gagal panen akibat kondisi cuaca ekstrem.
Ia mengaku baru kembali mulai bertani bawang sejak dua tahun belakangan. Sebelum menanam bawang secara mandiri, ia dulunya masih ikut dan belajar dari orang tuanya.
Luas lahan yang dikelola hari untuk menanam bawang cukup luas. Bawang tersebut ditanam di atas lahan bata seluas 130 bata (1 Bata = 14 meter persegi).
Menurutnya, kondisi cuaca ekstem yang dihadapinya saat ini merupakan pengalaman pertamanya. Siang hari yang kerap turun hujan membuatnya harus lebih waspadai. Sebab, kondisi tersebut akan menghambat pertumbuhan tanaman.
“Di awal bulan Januari sampai sekarang masih sering kena hujan di siang hari. Akibatnya, tanaman bisa ditumbuhi ulat terus ngaruh sampai ke daunnya,” jelas Hari dilansir dari detikJabar, Senin (6/2/2023).
Sesuai arahan orang tua yang sekaligus mentornya, Hari pun mencari cara untuk mencegah rusaknya tanaman bawang yang dibudidaya. Salah satunya dengan melakukan penyiraman (bilas) tanaman secara intens terlebih setelah terkena air hujan yang turun di siang hari.
Selain itu, Hari juga harus merogoh kocek lebih untuk membeli obat-obatan (pupuk dan sejenisnya) agar pertumbuhan umbi bawangnya tetap terjaga. Cara itu penting agar kondisi bawang yang dipanen bisa memiliki kualitas yang bagus.
“Jadi untuk obat dan semacamnya harus hati-hati apalagi sehabis hujan di siang hari. Harus sering dibilas,” ujarnya.
Tanaman bawang merah yang dikelolanya sudah memasuki hari ke-40. Berkat kerja keras Hari yang terus belajar mengelola, umbi bawang bawang merah tersebut mulai terlihat memiliki kondisi daun yang segar.
Hari mengungkapkan, biaya yang dikeluarkan selama menanam bawang merah sudah sebesar Rp10 Juta lebih. Biaya tersebut di luar dari bibit bawang merah yang harganya bisa mencapai Rp10 Juta dengan jumlah sekitar 2 kwintal.
Jika kondisi cuaca normal, tambah Hari, perkiraan hasil panen bisa mencapai hampir 2 Ton bawang merah basah. Panen itu diperoleh dengan jumlah bibit sebanyak 2 Kwintal.
Sebagai pemula, Hari pun merasa ingin segera memasuki masa panen yang rencananya akan dilakukan pada 10-15 hari ke depan. Ia pun berharap harga bawang merah tetap stabil (tinggi) hingga bulan puasa mendatang.
“Di sini biasanya pakai sistem lelang (tebasan). Ya harapannya harga minimal bisa tembus Rp30 ribu per kilogram,” pungkasnya.