Artani, Toko Ramah Lingkungan Kampanyekan Zero Waste dan Berdayakan Petani

  • Bagikan
Aktivitas di Artani.id
Pelanggan memilih produk di Cafe Artani, Jl. Nuri Makassar

Mediatani – Berawal dari aktivitas sebagai ibu rumah tangga yang harus mencukupi kebutuhan MPASI (Makanan pendamping Asi), Ria Lestari Baso mulai menyadari tentang pentingnya kebutuhan akan makanan sehat untuk anak dan keluarga, mulai dari sumber bahan-bahan makanan yang akan diolah serta cara memasaknya.

Memasuki pandemi, Ria melihat bahwa gaya hidup (pola konsumsi) sebagian masyarakat pun mulai berubah menjadi lebih sehat guna mengurangi risiko tertular virus corona. Misalnya, mereka yang awalnya tidak suka minum jamu akhirnya mencoba mengkonsumsinya untuk meningkatkan imunitas.

Selain itu, keprihatinannya melihat hasil panen petani yang melimpah dan tidak terjual saat ia berkunjung ke Desa Pajukukang, Bantaeng, Makassar bersama saudaranya yang merupakan penyuluh pertanian menjadi motivasi untuk membangun Artani pada pertengahan Juni 2020.

Untuk membantu petani menjual hasil panennya, cabai organik dari Bantaeng inilah yang kemudian menjadi produk pertama yang dijual oleh Artani.

Ia mulai memperkenalkan Artani dengan mengirimkan sample produk ke beberapa teman dekat dan bahkan orang-orang yang tidak dikenal untuk mendapatkan review yang lebih objektif. Isu pengawetan makanan (food preservation) secara sehat dan berkelanjutan yang sering dikampanyekan Ria di sosial media menarik minat banyak orang untuk bertanya.

Begitu juga dengan produk review yang diterimanya mendapat respon yang positif dari konsumennya. Sejak saat itu, Artani memulai menjual produk-produk pertaniannya secara online.

Komoditas yang dijual pun semakin beragam seperti rimpang-rimpangan mulai dari temulawak, jahe merah dan kunyit. Komitmen untuk bekerja sama dengan petani lokal juga dilakukan Artani dengan membeli dan memasarkannya.

Kerjasama yang sudah dilakukan antara lain menjual sayur lobak putih yang dibudidayakan oleh petani sayur di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, bawang merah Enrekang yang dikenal dengan kualitasnya dan berasal dari sentra bawang merah terbesar di pulau Sulawesi.

Ada juga dangke, makanan tradisional yang berasal dari Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Terbuat dari susu sapi yang diolah secara tradisional dengan cara direbus sampai mendidih. Dangke memiliki tekstur seperti tahu dan memiliki rasa yang mirip dengan keju. Selain produk pertanian, Artani juga menjual produk perikanan, olahan ikan seperti abon dan ikan asap.

Beberapa bulan setelah beroperasinya online store, Artani pun mulai membangun offline store berkonsep toko curah ramah lingkungan dan café yang berlokasi di Jalan Nuri Nomor 34, Makassar.

Produk curah yang dijual mulai dari tepung singkong, gandum, sagu, sorgum, jamur shiratake kering, black bean, garam laut, kacang hijau organic, bubuk kakao dan kokoa. Para konsumen bisa membeli bahan makanan sesuai dengan kebutuhannya untuk mengurangi penggunaan yang berlebihan dan food waste.

Artani juga mengajak para konsumen untuk membawa wadah sendiri ketika berkunjung ke toko, bisa membawa paper bag, kaleng atau botol bekas selai. Hal ini dilakukan untuk menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah dari kemasan dan tentu saja konsumen bisa lebih hemat.

Tidak hanya produk curah, Artani juga menjual produk kurasi yang bekerja sama dengan brand lokal khas Indonesia timur dan daerah lainnya. Pemilihan produk kurasi pun dipertimbangkan dengan sangat matang berdasarkan sistem budidaya berkelanjutan, dari hulu hingga hilir dimana melibatkan petani dan kelompok tani, serta adanya product knowledge yang jelas.

Komoditas yang dijual antara lain moringa powder atau bubuk daun kelor, gula aren bubuk, rempah Andaliman, madu Uray, minuman herbal khas Sumba, dan camilan sehat seperti kukis kenari dan keripik salak.

Pengunjung Toko Artani
Pengunjung Toko Artani menikmati salah satu menu favorit di sana, Teh Telang (Foto: instagram @artani.id)

Dengan mengunjungi toko Artani, pembeli bisa merasakan pengalaman langsung berbelanja produk-produk yang sehat, melihat bagaimana menimbang dan mengukur sendiri kebutuhan produk yang akan dibeli. Jika tidak ingin berbelanja, pengunjung bisa juga menikmati waktunya dengan minum teh di café Artani.

Ada berbagai menu minuman sehat yang disediakan, salah satu yang paling populer adalah “senyawa biru”, teh yang terbuat dari campuran bunga telang, jahe, serai dan pala. Pengunjung café bisa merasakan sendiri bagaimana pengalaman menyiapkan bahan, proses menyeduh hingga meminumnya.

Tentu saja tidak hanya pengalaman yang menyenangkan dan membantu petani lokal, kesadaran akan zero waste pun bisa digalakan.

Sesuai dengan jargon Artani “Beli Secukupnya, Pakai Semuanya.”

  • Bagikan