Atasi Kelangkaan Pakan Ternak, Mahasiswa UMM Buat Mesin Pencacah Rumput

  • Bagikan
Mesin Pencacah Rumput Buatan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang
Mesin Pencacah Rumput Buatan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Mediatani – Musim kemarau sudah menjadi momok bagi para peternak sapi di beberapa daerah, terutama di Desa Sempol Kabupaten Malang. Pasalnya, kemarau merupakan waktu dimana mereka kesulitan untuk mendapatkan rumput hijauan segar untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak.

Supandri (38), peternak sapi di Banduroto RT.28 RW.07 Desa Sempol Kecamatan Pagak Kabupaten Malang, mengaku ketika musim kemarau tiba, dirinya dan juga peternak lain selalu kesulitan untuk mendapatkan rumput hijauan.

Selain itu, desa tempat mereka kebanyakan adalah kebun milik petani yang sudah ditanami tebu. Sehingga, rumput di daerah tersebut menjadi sangat langka dan mengakibatkan kebutuhan pakan pada musim kemarau menipis saat sapi butuh banyak pakan.

“Kami sebagai peternak terpaksa mencari daun tebu itu pun hanya bisa digunakan Sebagian. Pucuk daun tebu sangat disukai oleh sapi, karena sapi tidak bisa mengunyah bagian batang daun tebu yang keras,”ujarnya, dilansir dari kompasiana.com, Jumat 8 Oktober 2021.

Akhirnya sekelumit persoalan yang dihadapi oleh peternak di daerah tersebut bisa sedikit teratasi berkat inovasi Mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Melalui program Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM), mereka membuat mesin pencacah rumput untuk pakan ternak. Program ini mereka canangkan untuk mengatasi kelangkaan rumput di Desa Sempol kecamatan Pagak Kabupaten Malang.

Ide tersebut diusulkan oleh Aditya Dwi Prasetyo yang merupakan mahasiswa UMM yang berasal dari daerah tersebut. Ia juga adalah perwakilan dari kelompok 84 PMM gelombang 13 di bawah bimbingan Dosen Lapangan, Nur Hayatin, S.ST.,M.Kom.

Aditya menyampaikan, kelompok 84 itu berjumlah 5 orang dan 4 diantaranya berasal dari jurusan teknik mesin. Mengetahui permasalahan yang dihadapi warga Desa Sempol, mereka pun berusaha menggabungkan ilmu keteknik mesinan yang dimiliki.

“Kemampuan yang kami miliki yaitu membuat suatu alat, diharapkan dapat sedikit membantu mengatasi kesulitan pakan ternak warga Desa Sempol di masa modern ini. Selain itu, kami juga melakukan penyuluhan untuk membuat draft cara pembuatan mesin, lengkap dengan bahan dan biayanya,”ujarnya.

Adapun proses pembuatan mesin cacah rumput ini membutuhkan waktu 10 hari. Dengan adanya mesin ini, masyarakat Desa Sempol dapat mengurangi masalah pakan ternak pada musim kemarau. Ini karena peternak bisa menggunakan rumput apa aja dan kondisi rumput yang tidak ditentukan.

Sebab, mesin pencacah rumput ini sangat simple penggunaannya, dimana rumput yang ditemukan hanya perlu dimasukkan ke dalam mulut mesin pencacah. Selain itu, kerapatan hasil cacahan pada alat tersebut juga bisa diatur.

Setelah keluar ke dalam bak penampung, tinggal menambah sedikit air dan satu genggam polar. Selanjutnya tunggu sekitar 10 menit dan pakan ternak sudah siap untuk digunakan.

Nur Hayatin, S.ST.,M.Kom sangat mengapresiasi inovasi yang dilakukan para mahasiswa tersebut. Ia selaku dosen pembimbing lapangan mengatakan bahwa inovasi ini sangat bermanfaat bagi khalayak luas khususnya di sektor peternakan.

Proyek ini juga disambut dengan baik dan antusias oleh masyarakat khususnya kelompok tani di Desa Sempol. Pada Pemberian mesin pencacah rumput itu diserahkan secara simbolis kepada warga pada hari Sabtu 2 Januari 2021.

  • Bagikan