Mediatani – Laut Indonesia saat ini dianggap perlu dimanfaatkan secara berkelanjutan. Pasalnya, eksploitasi laut yang dilakukan telah berdampak pada berkurangnya potensi laut yang bisa dinikmati untuk Indonesia di masa mendatang.
Praktik overfishing yang dilakukan hingga kini, yakni sekitar 38% dari ikan ditangkap atau telah melebihi kemampuan ekosistem untuk mengembalikan jumlahnya. Hal itu telah membuat sepertiga dari terumbu karang yang berharga bagi Indonesia berada dalam kondisi buruk.
Selain itu, berbagai ekosistem pesisir yang penting, salah satunya mangrove, yang telah mengalami pengurangan yang besar. Sementara sampah yang terdapat di laut telah menimbulkan kerugian bagi perekonomian Indonesia yang nilainya lebih dari US$450 juta setiap tahunnya.
Sejumlah destinasi wisata laut dan pesisir yang ada di Indonesia juga telah menunjukkan dampak dari terlalu padatnya pengunjung dan belum memiliki infrastruktur dasar yang memadai.
“Saya harap Indonesia akan bertransformasi ke ekonomi biru dan mendapatkan manfaat dari ekonomi biru ini,” ungkap Managing Director of Development Policy and Partnerships, Bank Dunia, Mari Elka Pangestu dalam peluncuran laporan Bank Dunia bertajuk Laut untuk Kesejahteraan: Reformasi untuk Ekonomi Biru di Indonesia, Kamis (25/3), dilansir dari Antara.
Dalam peluncuran laporan yang dilakukan secara virtual, Mari menjelaskan bahwa ekonomi laut yang berkelanjutan sangat penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan masyarakat pesisir yang sejahtera, lingkungan laut yang sehat, dan perekonomian nasional yang berkembang.
Ia mengaku percaya, ekonomi biru (ekonomi laut) akan membantu negara-negara termasuk Indonesia untuk mendapat sejumlah manfaat. Diantaranya yaitu laut yang sehat, kehidupan pesisir yang tangguh, serta pertumbuhan ekonomi.
“Jadi Indonesia bisa dapat keberlanjutan, dan juga mencapai pertumbuhan dan penghidupan,” tuturnya.
Mari menyampaikan, laut sangat berperan penting bagi kesejahteraan Indonesia, dengan sektor perikanan yang bernilai US$27 miliar dan dapat menghidupi 7 juta tenaga kerja serta memenuhi lebih dari 50% kebutuhan protein hewani masyarakat di Indonesia.
Untuk dapat melakukan transformasi pemanfaatan laut secara berkelanjutan, laporan ini memberikan beberapa rekomendasi.
Pertama, agar sektor perikanan dapat berkelanjutan dan produktif, pemerintah dapat menerapkan sistem Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Indonesia. Serta, memperkuat area taman laut yang terus mengalami perkembangan, dengan memanfaatkan beberapa potensi dukungan, baik dari dana abadi nasional maupun kemitraan dengan sektor swasta.
Pemerintah juga perlu melakukan perluasan moratorium alih fungsi hutan primer hingga meliputi seluruh ekosistem mangrove yang ada di Indonesia. Dengan begitu, kerusakan mangrove dapat dicegah. Selain itu, juga perlu dilakukan dukungan terhadap sasaran sasaran restorasi mangrove yang ada saat ini.
Laporan itu juga menyarankan langkah-langkah untuk mengurangi sampah plastik yang ada di laut. Termasuk menetapkan persyaratan minimum kandungan bahan daur ulang yang terdapat di dalam produk-produk tertentu dan memperluas larangan penggunaan produk-produk plastik yang dapat digantikan. Upaya untuk mengatur arus pengunjung ke destinasi wisata pesisir dan laut juga perlu ditingkatkan.
Sebagai bahan informasi untuk berbagai investasi dan kebijakan nasional, serta agar Indonesia dapat memanfaatkan peluang ekonomi biru, maka pemerintah dapat melanjutkan upaya untuk meningkatkan data dan penghitungan jasa ekosistem. Seperti potensi karbon yang tersimpan, habitat bagi keanekaragaman hayati, dan perlindungan dari badai.
Satu Kahkonen, Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, mengungkapkan pada tingkat global, reformasi yang mendorong ekonomi laut yang berkelanjutan telah terbukti dapat membuat potensi ekonomi laut mengalami perkembangan. Sekaligus mengatasi terjadinya perubahan iklim, memenuhi kebutuhan bagi ketahanan pangan dan keanekaragaman hayati.
“Investasi yang berkelanjutan dalam keterampilan, kelembagaan, infrastruktur, dan layanan akan membantu Indonesia memanfaatkan sumber daya lautnya secara berkelanjutan dan menyeluruh,” katanya.
Selain itu, tambahnya, di masa pasca pandemi covid-19, kegiatan restorasi dan konservasi ekosistem pesisir dan laut dapat membantu menyediakan pekerjaan jangka pendek sembari memperkuat ketahanan dalam jangka panjang.