Mediatani – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk masih melihat penyaluran kredit ke sektor CPO masih berpeluang tumbuh pada 2023. Sekretaris perusahaan Grup Bank Mandiri Rudi As Aturridha memperkirakan produksi CPO naik 2-3 juta ton tahun ini dibandingkan tahun 2022.
“Permintaan juga meningkat terutama dari Tiongkok, selain permintaan yang kuat dari India akan menjadi sumber pendorong peningkatan permintaan, harga CPO tahun 2023 kami perkirakan masih relatif tinggi yaitu sekitar US$ 800-US$ 900 per ton (FOB Malaysia),” ujarnya dilansir dari Kontan, Minggu (22/1/2023).
Ia menambahkan, meski harga CPO tahun 2023 sedikit lebih rendah dibandingkan tahun 2022, harga tersebut masih berada di atas level yang sangat menguntungkan. Oleh karena itu, Bank Mandiri memperkirakan penyaluran kredit ke industri ini akan tumbuh positif mengikuti prospek bisnis yang relatif baik.
Sampai dengan November 2022, sektor perkebunan kelapa sawit & CPO masih menunjukkan pertumbuh yang positif, yaitu sebesar 3,4% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (YoY). Selain itu, kualitas kredit di sektor ini terjaga optimal, melihat posisi NPL yang berada di bawah 1% dengan tren yang terus membaik.
Untuk mempertahankan pertumbuhan, Bank Mandiri telah mengembangkan keahlian yang memadai di sektor ini, salah satunya ditandai dengan kualitas kredit yang dikelola dengan baik. Prospek harga perkebunan kelapa sawit dan CPO masih relatif menjanjikan di tahun 2023.
“Oleh karena itu, Bank Mandiri masih menjadikan sektor perkebunan sawit & CPO sebagai salah satu fokus pertumbuhan kredit di tahun 2023 dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian,” tuturnya.
Sementara itu, untuk mendukung pertumbuhan penyaluran kredit ke sektor ini, Bank Mandiri mempertajam penerapan perusahaan ekologis dengan mengadopsi Certificates of Sustainable Palm Oil in Indonesia (ISPO) dan Round Table on Sustainable Palm Oil (RSPO) sebagai persyaratan mutlak calon debitur.
Ia menjelaskan, RSPO sendiri merupakan organisasi internasional yang dibentuk atas inisiatif beberapa pemangku kepentingan untuk memastikan terpenuhinya prinsip dan kriteria tertentu diambil dari MFGs dalam melakukan proses produksi dan menggunakan minyak kelapa sawit secara berkelanjutan.
“Hal Ini dilakukan guna mendukung gerakan Pemerintah Indonesia dan regulator dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan keberlanjutan industri,” tambahnya.
Sedangkan pada September 2022, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan porsi pinjaman terkait CPO sebesar 5,96% dari total portofolio keuangan bank umum tersebut. Secara nominal, pinjaman ke CPO ini sebesar Rp 374,1 triliun pada sembilan bulan pertama 2022.
Laporan Profil Industri Perbankan OJK kuartal IV menyebutkan, nominal kredit CPO yang disalurkan oleh industri perbankan dalam 3 tahun terakhir terus menunjukkan peningkatan meskipun secara pertumbuhan cenderung berfluktuasi. Adapun kredit komoditas CPO mencatatkan pertumbuhan tertinggi yakni 12,72% YoY per September 2022.
Kenaikan pinjaman CPO sejalan dengan meningkatnya kebutuhan finansial para pengusaha. Hal ini sejalan dengan mulai pulihnya bisnis dan kenaikan biaya produksi akibat melambungnya harga pupuk kimia karena pembatasan ekspor bahan baku yang dilakukan Rusia dan Tiongkok.