Mediatani – Dalam mengantisipasi dampak anomali iklim global la nina yang saat ini terjadi, Kementerian Pertanian mengajak penyuluh pertanian untuk mampu memahami agroklimat dan mendukung petani mengetahui pengaruh cuaca.
Dilansir dari Sindonews, pada virtual meeting Ngobrol Asyik Penyuluhan (Ngobras) Vol. 11. yang berlangsung Selasa, (24/11), Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo mengatakan langkah tersebut dilakukan agar petani mampu merencanakan dan menganalisa lokasi yang cocok untuk budidaya tanaman pangan.
“Kementan mendorong penyuluh di seluruh Indonesia memiliki kemampuan membaca tantangan agroklimat untuk antisipasi dampak la nina dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan,” kata Mentan Syahrul Syahrul via video conference di Agriculture War Room (AWR) di Kantor Kementan, Jakarta.
Pada virtual meting yang dihadiri 500 peserta dan 5.000 pemirsa live streaming itu, Mentan Syahrul meminta keterlibatan aktif dari Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (Perhiptani).
Dalam hal ini, Perhiptani bertugas sebagai motivator penyuluh yang merupakan ‘pasukan khusus pertanian’ yang berhimpun pada Balai Penyuluhan Pertanian selaku pelaksana Komando Strategi Pembangunan Pertanian (BPP KostraTani) di tingkat kecamatan, locust pembangunan pertanian .
“Saya ingin ke depan, kemampuan penyuluh di atas rata-rata. Ini penting agar kita semua mampu menjangkau tantangan baru termasuk tantangan agroklimat, karena itu kuasai teknologi,” kata Mentan Syahrul.
Agroklimat perlu dipahami oleh penyuluh karena ilmu tersebut mempelajari interaksi ilmu klimatologi dan pertanian untuk mengetahui pengaruh cuaca dan manfaat pengaruh tersebut bagi pertanian. Sehingga petani mampu mempertimbangkan perencanaan kultur teknik misalnya pertimbangan irigasi, jarak tanam, waktu pemupukan dan seleksi varietas pemindahan bibit.
Syahrul mengatakan Kementan sendiri telah menyiapkan kelembagaan KostraTani di BPP yang terhubung langsung ke AWR. KostraTani memiliki peran yang vital dalam mengatasi tantangan dan kendala lapangan. Selain itu, juga dapat memutus rantai pasok yang dapat merugikan petani.
Menurutnya, hal tersebut penting dilakukan karena pertanian merupakan sektor yang menopang perbaikan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19. Berdasarkan data yang ada, pertumbuhan pertanian pada kuartal III/2020 mencapai 2,15%, kuartal I dan II cenderung tumbuh positif.
Bahkan, nilai ekspor pertanian Indonesia periode Januari – September juga telah mencapai Rp304,57 triliun, naik 10,12%, tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.
“Capaian ini masih bisa terus terjadi. Saya berusaha agar pada 2021, semua pertanian menggunakan cara modern untuk menggenjot produktivitas nasional,” tutupnya
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP)Dedi Nursyamsi yang mendampingi Syahrul pada virtual meeting itu menambahkan la nina merupakan anomali iklim global yang dapat mengakibatkan kerusakan tanaman akibat banjir/terendam dan ledakan organisme pengganggu tanaman (OPT).
“Penyuluh harus meningkatkan sinerginya dengan petani dan para pemangku kepentingan untuk mengantisipasi dampak la nina. Lakukan mapping wilayah rawan banjir dan longsor, karena bisa mengancam panen,” kata Dedi.
Oleh karena itu, dia meminta penyuluh menyosialisasikan Tujuh Strategi Antisipasi La Nina. Pertama, pemetaan mengacu pada intensitas curah hujan, dengan menetapkan zonasi warna: hijau, merah dan kuning. Kedua, menyiapkan sistem peringatan dini bersama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Ketiga, membentuk Brigade La Nina (Brigade DPI-OPT), Brigade Alsintan dan Tanam, Brigade Panen dan Serap Gabah Kostraling, yang harus ada di tiap kabupaten dan kota, sehingga bisa langsung bergerak.
Keempat, pompanisasi in and out dari sawah, rehabilitasi jaringan irigasi tersier dan kuarter, terutama di wilayah jalur merah. Kelima, penyediaan benih tahan genangan seperti Inpara 1 – 10, Inpari 29, Inpari 30 dan Ciherang.
Begitu pula benih varietas lokal juga harus disiapkan dengan optimal. Keenam, mendorong petani manfaatkan Asuransi Usaha Tanaman Padi (AUTP) untuk antisipasi dampak kerugian.
“Ketujuh, Kementan menyiapkan bantuan untuk kegiatan panen dan pascapanen seperti mesin pengering dan mesin penggilingan,” kata Dedi.