Mediatani – Penggunaan kawat listrik untuk menjebak tikus di sawah kini telah disadari sangat berbahaya oleh para petani di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Karena itu, mereka meninggalkan cara tersebut dan beralih menerapkan metode yang lebih kreatif.
Untuk membasmi hama tikus yang mengganggu tanaman padi, para petani di Desa Klotok memanfaatkan burung hantu (Tyto Alba) yang sengaja dikembangbiakkan di areal persawahan Kecamatan Balongpanggang, Gresik.
Di area sawah yang luasnya sekitar 100 hektar itu tersebut terdapat 10 ekor burung Serak Jawa atau burung hantu yang ditempatkan dan dibiarkan terbang berpindah-pindah ke 55 rumah burung hantu (rubuha) yang disediakan.
Salah seorang petani setempat, Sulaiman, mengungkapkan bahwa sebelum adanya rubuha, serangan wabah hama tikus menjadi masalah yang terus menghantui Desa Klotok setiap tahunnya. Hama ini membuat tanaman padi rusak hingga hasil panen menurun.
Namun, dengan adanya banyak rubuha yang menjadi hunian dan tempat bertengger bagi burung hantu yang dipelihara, hama tikus sudah sangat berkurang.
“Ibaratnya burung ini jadi satpamnya tanaman padi petani. Dulu sebelum ada rubuha, banyak sekali tikus, sekarang sudah jauh berkurang, “ ungkap Sulaiman, dilansir dari Sariagri, Selasa (18/1/2022).
Ide kreatif ini sudah diterapkan lebih dari 2 tahun dan populasi burung hantu tersebut saat ini mulai berkembangbiak. Dari yang awalnya 10 ekor indukan, yakni 3 jantan dan 7 betina, kini bertambah 5 ekor anakan.
Menurutnya, dengan adanya rubuha ini, untuk yang diperoleh para petani bisa lebih berlipat. Sebab, hasil panen padi meningkat dari sebelumnya hanya dapat 75 sak per petak sawah kini menjadi kurang lebih 107 sak.
Sulaiman menjelaskan bahwa burung hantu merupakan predator alami atau musuh utama tikus. Karena itu, hama tikus yang berkurang membuat produksi padi lebih bagus dan pendapatan petani meningkat.
Selain pembuatannya dilakukan petani secara swadaya, beberapa rubuha maupun burung hantu yang ada di wilayah ini merupakan bantuan kepedulian dari PT Petrokimia Gresik.
“Ini CSR dari Petrokimia Gresik, ada berupa rubuha ada juga bantuan burung dares istilah sebutan warga sini untuk burung hantu. Bantuan ini sangat menolong petani dalam memerangi hama tikus,” kata Sulaiman.
Untuk tetap menjaga dan meningkatkan populasi burung hantu, pihak pemerintah desa juga sengaja membuat papan peringatan bagi orang-orang yang memburu burung hantu.
Papan ancaman bagi pemburu burung hantu itu dipasang di beberapa tepi jalan yang berbatasan dengan sawah. Bagi pelaku yang masing melanggar aturan tersebut akan dikenakan denda maksimal dan dilaporkan ke pihak berwajib.
Ia dan para petani lainnya berharap rumah burung hantu yang ada di area persawahannya lebih banyak lagi sehingga bisa meningkatkan populasi burung hantu untuk membasmi hama tikus secara alami dan ramah lingkungan.
“Para petani disini sudah lama tidak menggunakan jebakan kawat listrik maupun obat pestisida yang bisa membahayakan nyawa petani dan warga sekitar. Cara ini bisa ditiru oleh petani daerah lain, sehingga kesejahteraan petani meningkat,” pungkasnya.